Eric mengerjapkan matanya, merasakan cahaya yang tiba-tiba masuk. Kemudian arah pandangnya teralih pada sosok lelaki dengan setelan seragam lengkapnya.
"Nah, sudah bangun dari mati surinya, Tuan Putri?"
Suara lelaki itu menghasilkan decakan serta umpatan kecil dari Eric. Ia baru bangun, tapi sudah disuguhi sindiran dari kembarannya itu.
"Diam, Jen. Lagipula gue laki-laki," balas Eric sambil beranjak dari kasurnya.
Sementara Jeno, kembaran Eric hanya menyilangkan kedua lengannya di depan dada. "Cepet! Senin nih, gue gak mau ya disuruh diri di depan murid lagi."
"Iya, iya, ini mau mandi dulu." Lantas Eric segera meraih handuk yang tersampir di bahu Jeno dan keluar dari kamarnya menuju kamar mandi.
—
Jeno berdecak, ia sudah mewanti kembarannya yang hanya berbeda lima menit itu untuk segera bersiap dan cepat-cepat memakan sarapannya supaya mereka tidak terlambat datang ke sekolah. Namun yang namanya Eric, tidak mungkin tidak membuat keributan di apartemen.
Lelaki mungil itu tanpa sengaja menyenggol gelas kaca berisikan susu yang seharusnya ia minum. Jeno menghela nafas gusar, kebiasaan Eric tidak pernah lepas sejak kecil. Ceroboh.
"Pel dulu aja, pecahannya beresin entar pas pulang," ujar Jeno, keluar dari arah dapur dengan pel-an digenggamannya.
Sementara Eric malah tertegun melihat pecahan demi pecahan kaca yang berserakan itu, sempat meneguk salivanya sendiri sebelum Jeno menepuk pundaknya dan menyuruhnya untuk segera membereskan hasil kecerobohannya itu.
Berkali-kali mata Eric mencuri pandang pada pecahan kaca yang berada dekat dengan kakinya, tapi segera saja ia gelengkan kepalanya dan melanjutkan acara membersihkan kelengketan susu sapi yang ia tumpahkan.
"Ric, masih lama?"
Jeno muncul sudah dengan helm full face bertengger di kepalanya, tasnya tersampir di punggungnya. "Cepetan, anjir. Niat sekolah kagak, sih?"
"Kagak."
Jawaban Eric mengundang delikan mata Jeno dari balik helm full face-nya, lalu saat melihat Eric yang sepertinya sudah menyelesaikan bekas kecerobohannya ia langsung menarik pergelangan lelaki itu.
Namun Eric dengan cepat menepis kasar tangan kembarannya, diam-diam meringis pelan. "Gak usah pegang-pegang!" ujarnya dengan nada cukup tinggi.
"Ya, ya, terserah lo. Cepetan makanya!" Kemudian Jeno melanjutkan langkahnya keluar apartemen, meninggalkan Eric yang menunduk dan dengan perlahan menarik lengan panjang hoodie-nya.
Memperlihatkan sayatan-sayatan yang sudah ia hasilkan selama ini, dengan darah segar perlahan kembali menetes.
—
31 Mei, 2020chap pertama kenapa garing mulu deh wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
fake | juric. ✓
FanfictionDi balik topeng bahagianya, ada tangan yang siap menampar dirinya agar kembali pada kenyataan mengenai kehidupannya. warn! bxb, sensitive topic, a lil bit mature content, typo(s). Ⓒ httptbz, 2020