Tujuh tahun sudah Eric maupun Juyeon menjalin benang merah yang mengait di antara kelingking keduanya. Juga, hampir tiga tahun pula Juyeon habiskan dengan senantiasa menemani Eric pergi untuk menghilangkan trauma semasa kecilnya.
Keduanya sama-sama melewati semuanya bersama, mulai dari Eric yang terkadang masih harus bolak-balik ke psikiater dan Juyeon yang sibuk untuk mempersiapkan diri lulus dari universitas pilihannya. Sampai sekarang kekasihnya itu sudah bersiap untuk lulus kedua kalinya membuat Eric tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
Hingga tiba lah hari ini, dimana baik Eric maupun Juyeon meluangkan waktu bersama di apartemen lama milik Eric-Jeno. Keduanya memutuskan untuk menonton film, meluapkan rasa rindu dengan cara saling memeluk satu sama lain.
Eric menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Juyeon begitu film yang tengah mereka tonton menampilkan adegan seram. Ia penakut, tapi Juyeon terus saja memaksanya agar menonton film horor.
"Kak, ganti film aja, please," rengek Eric sambil menarik tudung hoodie yang Juyeon kenakan.
Alih-alih mengganti filmnya, lengan panjang yang lebih tua malah semakin mengeratkan pelukan pada tubuh mungil Eric. Membuat tubuhnya semakin tenggelam di antara rengkuhan sang dominan. Juyeon terkekeh tatkala didapatinya Eric mendengus keras, sebelum tangan besarnya bergerak untuk mengganti film.
"Kak Juy," panggil Eric tiba-tiba.
Juyeon menunduk. "Kenapa?"
"Aku kangen Xiaojun."
Kening yang lebih tua mengerut, sebelum tangannya bergerak untuk mengelus pucuk kepala Eric. "Tiba-tiba?"
"Iya," kepala lelaki mungil itu terangguk dengan binar matanya perlahan mulai meredup. "Dia sama Om Chanhee 'kan mutusin buat pindah ke luar negeri, terus habis itu Xiaojun sama aku-Jeno langsung lost contact. Walaupun emang awalannya aku gak suka sama dia, tapi gara-gara apa dia baik banget aku jadi gak pantes kalau harus benci sama seseorang kayak Xiaojun."
Juyeon mendengarkan, dikecupinya berkali-kali pucuk kepala kekasih mungilnya itu tanpa suara. Ia ingin Eric selalu terbuka padanya, membagi bersama beban yang selama ini selalu dipikulnya seorang diri, dan menjadikan Juyeon destinasi terakhir kala dunia begitu kejam terhadap dirinya yang ringkih dan begitu rapuh.
"Kak, aku pengen tahu kabar Xiaojun. Jeno sama Jaemin juga sekarang udah jarang banget ngabarin semenjak milih tinggal di luar kota, ninggalin seluruh kenangan buruk dan kelamnya di kota ini. Cuman aku kayaknya yang masih betah mendekam disini." Tangan Eric meremat kaus hitam polos milik Juyeon, menahan sesak didadanya begitu ia ingat apa saja yang sudah ia lewati selama nyaris setengah umurnya.
"Aku kesepian, dulu 'kan masih ada Jeno kalau emang di apartemen, masih ada Xiaojun semisal emang Jeno sibuk sama Jaemin atau kuliahnya, masih ada Sunwoo, Hwall yang biasanya aku ajak hang out kemana-mana. Sekarang mereka udah punya dunianya masing-masing. Aku—"
Omongan Eric tidak diselesaikan dengan baik, sebab Juyeon tiba-tiba saja menundukkan kepalanya dan membungkam bibirnya hingga tubuh Eric membeku seketika. Begitu lelaki Lee itu menjauhkan wajahnya, menciptakan jarak antara wajah keduanya yang kini sama-sama memerah, Juyeon mengelus salah satu sisi wajah kekasihnya dengan lembut.
"Jangan ngerasa gitu, Eric masih punya kakak yang senantiasa nemenin kalau Eric emang kesepian, yang bakalan ajak Eric muterin kota seharian kalau emang Eric bosan, yang mau jadi apapun demi seorang Eric Bae. Jangan bilang kayak gitu lagi, ya?" Eric menatap manik Juyeon yang kini menatapnya teduh. "Kita hubungin Jeno aja, ya? Xiaojunnya nyusul."
Eric mengangguk, pikirannya masih mengawang akibat ciuman tiba-tiba yang ia dapat di bibirnya. Selama ini, Juyeon hanya pernah menempelkan bibirnya pada kening, pelipis, ataupun pipinya. Yang lebih tua baru sekali menciumnya tepat di bibir, itu pun saat ia di rumah sakit setelah kejadian penculikan serta penangkapan Sangyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
fake | juric. ✓
Fiksi PenggemarDi balik topeng bahagianya, ada tangan yang siap menampar dirinya agar kembali pada kenyataan mengenai kehidupannya. warn! bxb, sensitive topic, a lil bit mature content, typo(s). Ⓒ httptbz, 2020