12

2.2K 345 40
                                    

"Sun, Eric hari ini nggak masuk lagi?"

Pagi-pagi sekali, Hwall datang menghampiri Sunwoo yang tengah sibuk mengerjakan sisa pekerjaan rumah. Kemudian secara random langsung menanyakan sesuatu pada lelaki bermarga Kim itu.

Sunwoo berdeham. "Bukannya biasa? Eric pasti 'kan setiap satu kali dalam seminggu bakal izin," jawabnya sambil tetap fokus mengerjakan tugas.

Hwall menghela nafas panjang. "Iya, sih. Cuman kemarin dia izin katanya sakit, terus sekarang?"

"Paling masih sakit. Udah, lo gak usah khawatir berlebih gitu. Mendingan siniin buku tugas lo, gue kesusahan jawab soal yang ini," ujar Sunwoo seenaknya, tanpa menyadari delikan Hwall.

Hyunjae sesekali melirik antara Hwall dan Sunwoo, kedua adik kelasnya itu tiba-tiba menjadi pendiam hari ini. Sementara Haknyeon yang duduk diapit keduanya pura-pura fokus pada makanannya, mengabaikan lirikan penuh penasaran dari Hyunjae.

"Lo berdua kenapa, deh?"

Suara Younghoon membuyarkan keheningan di meja, lelaki jangkung itu baru saja mengambil pesanannya bersama Juyeon. Hyunjae mengalihkan atensi pada Younghoon.

"Aneh gak sih lo, dua bocah pecicilan ini tiba-tiba jadi diem kayak lagi sariawan," katanya sambil sesekali melirik Sunwoo–Hwall.

Younghoon terkekeh. "Nggak aneh lah, biang kerusuhannya 'kan gak masuk hari ini."

"Biang kerusuhan?" Juyeon mengangkat sebelah alisnya, bingung.

"Iya, si Eric. Mereka bertiga 'kan biasanya kayak paket lengkap," balas Younghoon santai, mengambil duduk di samping kiri Hyunjae.

Juyeon mengikuti lelaki Kim itu, duduk di sisi kanan Hyunjae karena satu-satunya tempat yang tersisa hanya disitu. "Oh. Eric gak masuk lagi?"

Sunwoo mengangkat pandangannya. "Nggak. Dia 'kan emang suka gitu, seminggu sekali pasti gak masuk."

"Kenapa?"

"Alesannya suka gonta-ganti." Sunwoo mengedikkan bahunya, kemudian kembali melanjutkan memakan jajanannya.

Sementara Juyeon diam-diam malah kepikiran sesuatu tentang lelaki mungil itu.

Eric mengerang kesakitan, tadi pagi sekali seharusnya ia bisa pergi ke sekolah dan makan bersama teman-temannya di kantin. Tapi gara-gara semalam ia kedatangan tamu tak diharapkan, akhirnya dengan paksaan Jeno dan sakit diseluruh badan ia mengurungkan niat untuk berangkat.

Lelaki Lee itu memandang langit-langit kamarnya yang bernuansa putih dengan tatapan kosong. Jeno sendiri setelah tadi pagi sempat membuatkan sarapan untuk mereka memilih mengunci diri di kamarnya sampai siang ini.

Keduanya sama-sama bangun dengan keadaan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh, serta seluruh badan mereka rasanya remuk begitu mereka coba untuk gerakkan. Bahkan Eric mendapat lebam di pelipisnya, juga sobekan pada sudut bibirnya.

"ARGH!! SIALAN!"

Teriakan Eric berhasil mengundang ketukan pada pintu kamarnya. Jeno dengan susah payah keluar kamar dan cepat-cepat menghampiri kamar kembarannya begitu mendengar suara Eric.

"Eric, lo gak papa?" Eric dapat mendengar suara Jeno sebenarnya, hanya saja ia lebih memilih mengabaikannya dan perlahan tangannya mulai mencari sesuatu di atas nakasnya.

Manik hitam Eric mengkilat, persis seperti mata cutter yang kini tengah ia genggam erat-erat. Mengabaikan suara Jeno di luar, Eric dengan santainya mulai menciptakan sebuah mahakarya pada pergelangan tangannya yang sudah tidak bisa dikatakan mulus lagi.

Darah mulai mengalir dari hasil goresan-goresan yang ia ciptakan. Sementara senyumannya perlahan mulai terbit, disertai gumaman yang sudah pasti Jeno tidak akan bisa mendengarnya.

"Mati, mati."

Kemudian ia terkekeh, layaknya seorang anak kecil yang tengah bermain dengan mainannya.







15 Juni, 2020

up lagi karena...

wkwkw atas bawah gitu :( mana pada  ganteng hshshs

fake | juric. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang