Juyeon tak henti-hentinya ternganga begitu Eric menceritakan bagaimana kehidupannya selama ini. Ia tidak bisa membayangkan jika seandainya hidupnya dan Eric ditukar, bagaimana rasanya?
"Jadi, gitu deh, kak."
Kening yang lebih tua mengerut. "Gitu gimana?"
"Selama dua tahun belakangan, Ayah gak dateng lagi karena emang gue sama Jeno sepakat buat gak berkomunikasi sama Dejun. Tapi waktu itu tiba-tiba dia udah ada di dalem apartemen, bahkan Jeno udah—"
Nafas Eric tercekat. Bagaimana ia selama hampir tiga jam lamanya menguak kembali kisah masa lalunya yang kelam. Ia tidak bisa begini terus, tapi mau bagaimana lagi? Jeno juga pasti punya masalahnya tersendiri dan Eric, sebagai kembarannya harus memakluminya juga terpaksa memikul seluruh beban dipundaknya sendiri.
Juyeon diam, memperhatikan cairan bening mulai membasahi kedua pipi adik kelasnya itu. Tatapannya meneduh, melihat bagaimana bahu Eric bergetar dan pandangannya kosong. Tangan besarnya mulai menyapu pipi Eric, mengusap jejak air mata yang belum terlihat akan segera mengering.
"Ayah lo namanya siapa?" tanya Juyeon lembut.
Eric melirik lewat sudut matanya. "Kenapa?"
"Pengen gue kasih ajar supaya gak bikin manusia segemesin lo nangis dan menderita," jawab Juyeon spontan.
Kedua pipi Eric memerah, sementara ia segera membuang muka dan menghindari tatapan Juyeon. Kedua tangan Juyeon yang masih menangkup pipi Eric pun ia gerakkan supaya wajah sang adik kelas kembali terarah padanya.
"Lo kenapa, sih, Ric?" tanya Juyeon tiba-tiba, pandangannya tak sengaja jatuh pada bibir merah milik Eric.
"Ke-kenapa apanya, kak?" Eric benar-benar gugup, terlebih begitu menyadari bahwa pandangan Juyeon bukan ke matanya.
"Selalu ngehindarin tatapan gue," jawab Juyeon sambil mengangkat kembali pandangannya. "Beberapa hari terakhir lo kelihatan ngehindarin gue. Lo gak suka, ya, gue selalu hadir dideket lo?"
Bibir Eric kelu, ia bingung harus menjawab apa karena wajah kakak kelasnya itu perlahan mulai mendekat. Mencoba menghapus jarak di antara keduanya, sampai Eric mendorong dadanya. Tapi Juyeon tidak bergeming, kepalanya mulai dimiringkan dan semakin menghapus jarak di antara keduanya.
Eric menangis lagi, tubuhnya sudah gemetaran akibat ingatannya kembali memutar memori tentang apa yang selama ini Sangyeon lakukan kepadanya. Ia trauma, apalagi sekarang ini Juyeon seperti hendak mencium—
"Kak Juyeon!"
—
24 Juni, 2020belibet banget ya? hshshs, ini gara-gara tangan aku gatel banget buat up terus biar ini cepet selesai hehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
fake | juric. ✓
FanfictionDi balik topeng bahagianya, ada tangan yang siap menampar dirinya agar kembali pada kenyataan mengenai kehidupannya. warn! bxb, sensitive topic, a lil bit mature content, typo(s). Ⓒ httptbz, 2020