1O

2.2K 354 29
                                    

Posisi matahari sudah tergantikan oleh bulan, namun Eric masih tetap bertahan di ruangan bundanya dengan tangan yang menggenggam erat tangan sang bunda. Wanita paruh baya itu jatuh terlelap setelah tadi diberikan obat oleh suster.

Satu tangan Eric lainnya sibuk membalasi pesan dari Jeno yang menanyai keberadaannya.


Jeno

| lo dimana?!
| lo ngebadut ya
| katanya sakit terus ijin

gue di rumah sakit |

| hah?!
| lo kenapa kucrut?!

jenguk bunda, jen |
gue rindu sama bunda |
hampir dua tahun gue gak ngobrol
sama bunda |

|. . . .
| lo sendirian?

enggak, ada bunda |

| ck. bukan itu mksd gue
| ada bang jae, gak?

enggak |
kenapa lo nanyain bang jae? |
bukannya katanya dia mau
nginep lagi malam ini? |

| enggak tuh,
| tadi dia bilang tiba-tiba
dapat telepon dari rs katanya
kondisi bunda memburuk dan
dia terpaksa harus pulang buat
jagain bunda

tapi bang jae nggak ada, jeno |

| jadi, maksud lo dia bohong?

nggak tahu, cuman gue ada
hal yang gue kasih tahu ke lo |

| apa?
| ada hubungannya sama bunda—bang jae?

😟 |
iya, kok lo tahu? |

| nebak aja
| yauda, cepetan pulang
| atau perlu gue jemput?

nggak perlu |
ini gue pulang, tapi bunda gak
ada yang jagain. gimana? |

| ada suster, titipin aja

hm |
oke |

| titi dj kembaranku

geli. |



Eric mengangkat pandangannya, kemudian dengan lembut melepas genggaman tangannya. Ia mengusap rambut yang sudah didominasi warna putih itu, sambil sesekali tersenyum kecut.

"Bunda, Eric pulang dulu, ya," pamitnya, beranjak dari kursi dan mengecup sekilas kening sang bunda.

Jeno berdiri di dekat pintu apartemen, menunggu kepulangan kembarannya yang katanya sedang pergi menjenguk bunda mereka. Kakinya tak bisa diam, sesekali mulutnya sibuk menggigiti jari kukunya sendiri tanpa sadar.

Kenapa sedaritadi ia tidak bisa tenang? Lelaki itu bahkan tidak tahu alasan untuk menjawab pertanyaan di benaknya sendiri.

Masih dengan kegelisahan yang Jeno rasakan, pintu apartemen tersebut perlahan mulai terbuka. Menampilkan sosok yang tidak pernah Jeno harapkan untuk hadir, apalagi berdiri di hadapannya seperti saat ini.

Tubuh Jeno membeku, sementara atensinya tak bisa lepas dari sosok yang perlahan mulai melangkah masuk dan mendekat padanya.

"Lee Jeno," panggil seorang pria dengan tatapan mengintimidasinya. "Ayah datang."













15 Juni, 2020

mumpung ideku lagi ngalir, up terus gapapa kali ya. jangan gumoh lho :')

fake | juric. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang