17

2K 321 57
                                    

Eric cepat-cepat membuka pintu kamarnya, rasa khawatir sekaligus penasarannya mengalahkan rasa takut yang sedaritadi hinggap. Kedua matanya melebar, menemukan sosok yang menjadi sumber ketakutan terbesarnya itu kini terbaring dengan pelipis membiru.

"Eric!" Atensi lelaki mungil itu beralih, "gue gak telat datengnya 'kan?" lanjut seseorang yang dengan cepat Eric hampiri.

"Lo ngapain disini?!" Meski bertanya begitu, lengannya bergerak merengkuh tubuh yang lebih tua.

"Awalnya gue disuruh mamih buat nyari papih, tapi gak tahu feeling gue malah nuntun gue ke sini," jawab lelaki itu sambil membalas pelukan Eric.

"Wah, gila. Feeling lo bukan main juga, tapi kok lo bisa tahu apartemen gue?!"

"Waktu itu—"

"Eric!" Jeno tiba-tiba keluar dari kamarnya. "Eh—lo kenapa bisa di sini, Jun?!"

Lelaki yang masih berada di dalam pelukan erat Eric itu, Xiaojun Lee menoleh dan tersenyum tipis. "Ceritanya entar aja, ini keburu papih sadar kita bawa turun dulu."

"Terus kalau udah dibawa?" tanya Eric, melepas pelukannya.

"Masukkin mobil gue, kasihin ke mamih."

"Mamih? Bukannya wanita itu udah mati?" Eric menatap Jeno, ia baru tahu tentang fakta tersebut.

"Bukan yang itu, tapi mamih baru," balas Xiaojun sambil menarik salah satu lengan Sangyeon. "Udah, bantuin sini! Berat banget ini."

Keadaan hening menguasai antara Eric maupun Jeno. Xiaojun sudah pulang setelah memastikan Sangyeon terikat dan dipastikan tidak akan sadar dengan cepat. Keduanya sama-sama masih sedikit ketakutan, terlebih tentang ingatan masa lalu yang terus menghantui mereka. 

"Ric," panggil Jeno.

Eric hanya meliriknya sekilas, kemudian berdeham pelan.

"Gue gak yakin buat lanjutin hidup," gumam Jeno sambil menundukkan kepalanya.

Eric mendekat, sedikit merapatkan tubuhnya pada kembarannya itu. "Jangan ngomong kayak gitu, kasihan Jaemin kalau lo tinggalin. Dia udah kehilangan sosok ayahnya, masa sekarang mau kehilangan pacarnya juga?"

"Terus kita?"

Eric menoleh. "Apa?"

"Kita gimana, Eric? Apa lo gak pernah mikirin diri lo sendiri? Lo gak pernah mikir kalau kita ini udah rusak, bahkan sejak kecil. Pernah gak, sih, lo mikir gimana kita kedepannya kalau terus-terusan dihantui masa lalu gini?"

Jeno menitikkan air matanya, namun dengan cepat ia tutupi dengan melipat kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya di antara lututnya. Sayangnya, Eric sudah melihatnya. Ia perlahan mulai menarik bahu Jeno yang bergetar mendekat.

Gue juga gak yakin hidup gue bakalan panjang dan menemukan titik kebahagiaan, Jen.

Keduanya memutuskan masuk, meskipun dengan mata yang memerah. Eric hari ini memiliki ujian di beberapa mata pelajaran, sama halnya dengan Jeno. Maka dari itu mereka masuk dan berakhir mendapat serbuan pertanyaan dari teman-temannya.

"Ric, mata lo kenapa? Begadang gara-gara belajar?" Hwall yang baru saja datang itu sedikit merendahkan tubuhnya, memperhatikan wajah Eric yang tengah duduk seorang diri di kelas.

fake | juric. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang