Sangyeon dan Jaehyun berhasil ditangkap. Keduanya kini sedang diinterogasi, sementara Eric sudah dibawa secepatnya ke rumah sakit dengan menggunakan mobil Younghoon.
"Eric gimana?" tanya Jaemin yang baru saja datang setelah Jeno meneleponnya bahwa Eric sudah ditemukan.
"Belum ada kabar," sahut Jeno sendu, kepalanya tertunduk dengan jemarinya meremat ujung seragam sekolahnya.
Jaemin berjalan mendekat, mengelus pelan bahu lebar kekasihnya itu sebelum akhirnya menarik Jeno ke dalam dekapan hangatnya. Berkali-kali tangannya menepuk punggung Jeno, mencoba menenangkannya yang sekarang tengah terisak.
Jaemin menyentuh pipi tirus Jeno, menyeka jejak air mata. "Gak apa-apa, Jen. Percaya sama yang di atas dan para dokter, Eric pasti baik-baik aja," ujar Jaemin lembut, sambil mata indahnya menatap Jeno dalam.
Jeno sempat terlihat memejamkan matanya, lantas kembali menarik tubuh kurus Jaemin ke dalam pelukan. Sudut matanya kembali berair, sementara Jaemin senantiasa menepuk punggung kekasihnya yang bergetar itu.
Juyeon juga tak kalah cemas seperti Jeno. Ia memilih mengasingkan diri di sudut koridor, terduduk dengan kepala tertunduk dalam dan salah satu tangannya menggenggam erat ponsel milik Eric.
Lelaki Lee itu tak bisa memikirkan hal lain, kecuali bagaimana keadaan Eric di dalam sana. Karena saat ia menemukannya bersama Hyunjae, keadaan kekasihnya itu sama sekali tidak bisa dikatakan baik.
Apalagi begitu Juyeon sadar bahwa sprai di sekitar tubuh Eric terdapat darah dan sedikit lengket. Rasanya sekarang ini Juyeon ingin langsung datang ke kantor polisi untuk menghajar wajah Lee Sangyeon, pelaku yang membuat kesayangannya itu terpaksa harus menderita selama bertahun-tahun lamanya.
"Argh!" Diremat rambutnya secara kasar, lantas ia acak-acak.
Baru Juyeon hendak beranjak untuk mendekati para sahabatnya serta Jeno, ponsel di saku celananya bergetar. Tangannya segera merogoh saku, sebelum mendekatkan benda pipih itu pada telinganya.
"Halo?" sapa Juyeon, terlebih dahulu.
"Juy! Lo kemana aja?! Pulang sekolah katanya mau jenguk temen, tapi sekarang udah jam berapa?! Lo mau nginep di rumah sakit?"
Lelaki Lee itu berdecak. "Bawel banget," gerutunya, tidak sadar jika terdengar oleh sang penelepon.
"Heh, lo bilang gue bawel?! Gue ini kembaran lo, ya! Wajar kalau gue khawatir!"
"Iya, iya, Lee Minho," respon Juyeon terdengar malas. "Gue lagi di rumah sakit, ada insiden tak terduga. Jadi kayaknya gue gak bakal pulang malem ini, selamat tidur sendirian lagi! Bye."
Tut.
Tanpa menunggu balasan dari Minho, Juyeon langsung memutus sambungan sepihak. Ia menghela nafas panjang, sebelum akhirnya beranjak dan menggerakkan tungkainya untuk mendekati Hyunjae serta Hwall yang terlihat tengah memejamkan mata.
"Kalau ngantuk mending pulang, Eric biar gue sama Jeno aja yang nunggu," sahut Juyeon tiba-tiba, duduk disebelah Hyunjae.
Hyunjae dengan perlahan menarik kepala Hwall agar bersandar pada bahunya. "Gue gak ngantuk," balasnya, tanpa berniat untuk menolehkan kepalanya pada Juyeon.
"Gue gak ngomong ke lo, tapi ke pacar kucing lo itu," sungut Juyeon, malas.
"Terserah lo, Juy."
Mendengarnya, hanya membuat Juyeon merotasikan matanya malas. Sahabatnya yang satu ini selalu saja memancing emosinya, kapan dan dimana saja. Kemudian tanpa berkata apa-apa, Juyeon kembali beranjak, meninggalkan Hyunjae yang kini tengah mengelus rambut Hwall.
Melihatnya, membuat rasa iri dalam dirinya memberontak. Dan Juyeon benar-benar kesal akan hal itu.
"Juy, gue sama Sunwoo pamit duluan, ya." Tiba-tiba saja Younghoon muncul, berdiri di hadapan Juyeon dengan tangan merangkul pundak Sunwoo yang tertangkap sudah berkali-kali menguap.
Juyeon mengangguk, mengucapkan hati-hati pada keduanya sebelum berbalik dan duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk menunggu. Ia tak menemukan eksistensi kembaran kekasihnya itu, mungkin sedang bersama dengan Jaemin.
Sampai pintu ruangan disebelahnya terbuka, menampilkan sosok berpakaian putih dengan masker menutupi sebagian wajah berkeriputnya. Juyeon langsung bangkit, menghampiri sang dokter secepatnya.
"Dimana keluarga pasien Bae Eric?" Dokter itu bertanya pada Juyeon.
Juyeon sempat melirik ke sekitar, mencari keberadaan Jeno. Namun nihil, ia hanya menemukan Hyunjae dan Hwall yang duduk di dekat pintu tersebut.
"Saya, dok. Gimana keadaan Eric? Dia baik-baik aja 'kan?"
Pria paruh baya itu terlihat menarik nafas panjang, sebelum akhirnya bersuara, "dia baik, tidak ada luka yang terlalu serius hanya beberapa lebam pada tubuhnya."
Mendengarnya, pemuda Lee itu bernafas lega. Senyum tipis terbit bersamaan dengan kehadiran Jeno beserta Jaemin dari ujung koridor.
"Apa..., pasien boleh dijenguk?" Ragu-ragu, Juyeon bertanya.
Dokter itu mengangguk sekilas, sebelum menyingkir begitu Juyeon dan Jeno langsung melangkah masuk ke dalam ruangan bernuansa putih tersebut. Tubuh keduanya membeku, melihat tubuh Eric terbaring dengan perban melingkari kening juga salah satu lengannya.
"Eric," gumam Jeno, meraih tangan kembarannya itu untuk ia genggam erat.
Juyeon hanya menonton, melihat Jeno kini mulai kembali terisak dengan kepala tertunduk dalam dan kedua tangannya yang menggenggam erat jemari Eric. Mata pemuda Lee itu menangkap wajah pucat pasi kekasihnya, membuat hatinya berdenyut nyeri.
Eric yang malang, kenapa manusia seceriamu harus memiliki kehidupan yang buruk..
—
6 Juli, 2020aku ngetik apa ini... udh nyaris selesai malah kena wb rasanya HSHSHSHS banget :(
KAMU SEDANG MEMBACA
fake | juric. ✓
FanfictionDi balik topeng bahagianya, ada tangan yang siap menampar dirinya agar kembali pada kenyataan mengenai kehidupannya. warn! bxb, sensitive topic, a lil bit mature content, typo(s). Ⓒ httptbz, 2020