19

1.9K 312 33
                                    

selesai baca, usahain baca notes di bawah ya! hehehe

Juyeon menggenggam erat sebuket bunga mawar di tangan besarnya. Ia melangkah seorang diri di koridor rumah sakit sambil tak henti-hentinya mengatur debaran pada dadanya yang terasa aneh saat ini.

Ia mengingat-ngingat kembali ucapan resepsionis yang mengatakan dimana ruangan yang ia cari. Matanya melihat-lihat setiap pintu bernuansa sama dengan fokus, sampai tidak sadar bahu lebarnya menabrak seseorang hingga terjatuh.

Orang itu meringis, kepalanya tertunduk yang menyebabkan Juyeon tidak dapat melihat wajahnya. Kemudian terdorong perasaan bersalah, ia segera berjongkok dan berusaha melihat wajah orang tersebut.

"Eric?" Kedua bola matanya melebar, melihat sosok Eric kini malah terdiam dengan pandangan lurus tepat ke arahnya.

Eric mengerjap. "Kak Juyeon? Kakak kenapa disini?" tanyanya.

Juyeon mengulurkan tangan, sementara Eric menerima uluran tangan sang kakak kelas dan segera bangkit. "Gue mau jengukkin temen mama, lo sendiri?"

"Habis jenguk bunda, kak," jawab Eric sekenanya, tangannya masih sibuk menepuk-nepuk seragamnya yang sedikit kotor.

Juyeon mengangguk-angguk saja, kemudian baru menyadari sesuatu. "Eh? Bunda lo sakit? Tapi kenapa lo malah kayak habis dari ruang isolasi?"

"Bunda emang dirawat di sana, kak. Makanya gue dari sana, kakak sendiri?"

Kening Juyeon mengerut, menyadari nada suara Eric yang menurun dan terkesan aneh. "Temen mama juga katanya dirawatnya di sana, mau bareng?" tawarnya sambil memperhatikan Eric.

Namun Eric menggeleng, tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan dua buah permen. "Gue udah jenguknya daritadi, kak. By the way, nih." Tangannya terulur, menyerahkan dua buah permen tersebut ke depan wajah Juyeon.

"Buat gue?"

Eric mengangguk sekilas. "Iya, lumayan, kak. Sesuatu yang manis kadang bisa bikin gue tenang, siapa tahu lo butuh."

Kening Juyeon mengerut kembali. Ia sedikit terkesiap begitu Eric mengatakan hal yang benar-benar sedang ia rasakan saat ini. Akhirnya tak ingin berlama-lama, Eric meraih pergelangan tangan yang lebih tua.

Membuka telapak tangan besar itu dan menaruh kedua permen berperisa strawberry dan cokelat. Kemudian Eric tersenyum manis, sebelum melenggang meninggalkan Juyeon yang terdiam di tengah-tengah koridor seorang diri.

Younghoon berdiri di depan pintu apartemen milik Eric dan Jeno, pandangannya lurus memperhatikan pintu bernuansa gelap itu yang tak terbuka sejak satu jam lalu. Di tangannya, ia menggenggam sekantung plastik berisikan makanan serta minuman.

Younghoon menghela nafasnya lelah, ia cukup kewalahan menahan beban pada kantung plastik itu selama satu jam lamanya. Dan nyaris saja lelaki Kim itu berbalik pulang, matanya menangkap kehadiran sosok Eric keluar dari lift.

"Eric!" panggilnya lumayan keras.

Eric mengangkat pandangan, bertemu pandang dengan kakak kelasnya itu. "Oh, bang Younghoon udah daritadi?" tanyanya begitu sudah sampai di sebelah Younghoon.

"Engga, kok. Gue baru aja," balas Younghoon berbohong, tidak ingin membuat Eric merasa bersalah karena membiarkan dirinya menunggu lama.

Eric mengangguk, kemudian jemarinya mulai menekan sandi untuk membuka pintu. "Yuk, bang, masuk. Kebetulan Jeno tadi katanya mau nginep di apartemen Jaemin," ujar Eric, masuk ke dalam diikuti Younghoon.

Lelaki jangkung itu segera menuju dapur, memindahkan makanan dan minuman ke piring serta gelas. Sementara Eric sudah masuk ke dalam kamar untuk mengganti seragamnya. Setelah selesai, Younghoon membawa keduanya ke depan televisi. Eric menyusul dengan celana training serta kaus putih polos.

"Bang, tumben ke sini?" tanya Eric penasaran.

Younghoon melirik yang lebih muda sekilas, sebelum fokus kembali pada acara di televisi. "Gak boleh?"

"Nggak, sih. Cuman ya 'kan lo jarang banget main ke sini."

"Papah pengen gue kuliah di luar negeri, Ric," ucap Younghoon tiba-tiba sambil menundukkan kepalanya.

Eric tersedak, cukup terkejut. "Tiba-tiba banget, bang? Lo udah nolak? Atau ngomong ke kak Changmin, gitu?"

"Gue udah nolak, cuman ya lo tahu sendiri papah gue keras kepala. Dan soal Changmin..., gue juga bingung harus ngomong ke dianya kayak gimana. Secara gue sama dia baru aja jadian, suasananya masih hangat-hangatnya. Kalau gue ngomong hal ini ke dia bisa-bisa dia ngambek sama gue," jelas Younghoon panjang lebar.

Eric di sebelahnya hanya mendengarkan dengan seksama. Younghoon sering bercerita tentang beberapa hal yang mengganggu pikiran lelaki itu, meski akhir-akhir ini kakak kelasnya itu mulai jarang bercerita atau mendatangi apartemennya hanya untuk didengar.

"Tapi daripada lo sembunyiin? Gue kalau jadi kak Changmin bakalan sakit hati banget, bang. Kelulusan lo malah ninggalin dia padahal seharusnya kalian berdua seneng-seneng," respon Eric, merasa Younghoon tidak akan melanjutkan ceritanya.

Younghoon mengangkat kepalanya, menoleh dan menatap dalam Eric. "Tapi kalau berbohong demi kebaikan gak apa-apa 'kan, Ric? Gue gak mau kehilangan Changmin."

Eric terdiam. Bukan, bukan karena memikirkan jawaban atas ucapan kakak kelasnya itu barusan. Melainkan atas kata-kata yang Younghoon lontarkan mengenai sebuah kebohongan manis untuk kebaikan.




19 Juni, 2020

heu iya tau ini gajelas banget hikd. btw aku mau nanya lagi! *banyak nanya banget sih*

aku punua rencana mau pub short story, main castnya ofc anak tbz dong! cuman... bingung mau siapa. kalau juric aku udah punya 2 work castnya juyeon x eric, apa kalian gak eneg??

jadi, saranin dong kapal yang seenggaknya kalian pengen baca lewat tulisanku ini ~ *pede banget anjas*

fake | juric. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang