part 4

5.2K 965 121
                                    

Mashiho mengajak Hana untuk duduk sebentar di depan minimarket.

"Lo malam-malam gini masih keluyuran?" tanya Mashiho sambil menyeruput susu full cream yang baru saja ia beli.

"Lah, lo juga keluyuran, Kak." kata Hana tak mau kalah.

"Gue keluar karena genting, gue gak bisa belajar dengan baik tanpa minum susu dulu. Kalau lo?" 

"Gue laper," jawab Hana.

"Lo belum makan malam?" tanya Mashiho, Hana mengangguk.

Dengan segera Mashiho berdiri dari tempat duduknya, "Tunggu disini, jangan kabur!" pesanannya.

Tak cukup 5 menit, dia kembali dengan membawa satu cup mi yang masih panas.

"Nih, tunggu sampai lembek." kata Mashiho.

Hana menerima uluran mie itu. "Kenapa lo kasih ke gue, gue punya sendiri kok, Kak." kata Hana.

"Makan aja tuh, untung dikasih air panas sama kasir minimarket." ujar Mashiho.

Tak berselang lama, Hana memakan mie itu dengan lahap. Sungguh lega baginya, sedari tadi cacing-cacing di perutnya telah berdemo.

Mashiho memperhatikan gadis yang sedang makan itu, dia makan dengan lahap seperti sudah 3 hari tak makan.

"Hana, lo gak ada niatan gitu buat minta maaf sama Junkyu dan Jihoon?" tanya Mashiho pelan.

"Gak tau, Kak." jawab Hana, gadis berpenampilan lelaki itu melahap habis makanannya.

"Yaudah deh, tapi pliss ya. Besok pas ke sekolah, seragamnya harus rapi. Dasinya dipake, terus rambut disisir rapi. Kalau bisa, lo pake poni." saran Mashiho.

Mashiho berpikir, Hana disampingnya ini sangat berbeda dengan Hana tadi siang.

Hana tersedak mendengar kata poni, sungguh amit-amit baginya saat membayangkan dirinya sendiri memakai poni.

Dengan sigap, Mashiho memberikan susu bekas yang telah ia minum sebagian itu. Hana menerimanya tanpa pikir panjang.

Gadis itu meminum habis susu itu, sedetik kemudian ia tersadar. "Loh, ini bukannya bekas lo, kan kak?!"

"Yang penting lo gak mati gara-gara kesedak," kata Mashiho santai disertai tawa kecil.

Hana mencuri-curi pandang melihat Mashiho yang tertawa kecil itu. Itu sangat manis menurutnya.

Mereka berdua memutuskan untuk pulang, sesampainya di rumah, Hana disambut oleh ayahnya di pintu.

"Kamu darimana?" tanya ayahnya dengan dingin.

Hana menunduk, "Beli mie,"

Dengan keras, ayahnya menarik Hana masuk ke rumah. Hana sudah menebak, malam ini dia akan dieksekusi entah yang ke berapa kalinya.

Pria yang seharusnya menjadi pelindung Hana, menampar pipi mulus milik anaknya.

"Sudah berapa kali ayah peringatkan, jangan keluar lewat jam 10!" tegas Moonbin, ayah Hana.

Hana tidak memperdulikan bentakan Moonbin, ia masih meringis memegang pipinya yang kemerahan.

Hana merasakan sesuatu mengalir di ujung bibirnya, gusinya berdarah lagi. Bisa dibayangkan sekeras apa tamparan itu, hingga dapat membuat gusi Hana berdarah.

Dengan cueknya, Hana meninggalkan Moonbin yang masih mengomeli dirinya. Masa bodoh, gusinya perih sekarang.

Hana masuk ke kamarnya, ia mengambil kaca mini. Dilihatnya pipi memerah serta darah basah dan bekas darah kering di bibirnya.

"Gigi gue kayaknya goyang lagi," kata Hana.

Jika kalian menebak bahwa Hana akan menangis seperti anak perempuan lainnya saat di pukul oleh orang tua. Maka kalian salah, Hana bahkan tertawa terbahak-bahak.

"Gak sakit tuh, inimah luka anak-anak." monolog Hana.

Hana mengambil handuk lalu membasahinya, ia berniat untuk mengompres pipinya. Karena jika tidak, pipinya akan membengkak sampai besok.

Gadis malang itu tertidur tanpa mengganti piyama dan dengan handuk basah di pipi kanannya.

Keesokan harinya, ia tidak terlambat lagi. Jam wekernya sudah ia bedah sendiri. Hana berangkat tanpa pamit. Toh, tidak ada yang perduli pada dirinya di rumah.

Sesampainya di sekolah, Hana mencari ruang kelas sementara kemarin. Tak lupa ia juga menghubungi Jeongwoo.

Hana duduk di bangkunya, kelas masih kosong. Masih ada dirinya, udara masih terasa sangat sejuk. Gadis itu menuruti saran Mashiho kemarin, terkecuali poni. Ia tidak mau berponi.

Hana merasa lebih tenang di kelasnya, ia tidak mendengar celotehan kasar dan hinaan kecil dari ibu tirinya pagi ini.

20 menit kemudian, kelas telah ramai. Jeongwoo pun telah datang, ia juga telah berkenalan dengan teman barunya, So Junghwan. Yang duduk tepat di seberang meja Hana dan Jeongwoo.

Tak lupa, Hana turut berteman dengan Junghwan juga. Jeongwoo dan Junghwan sibuk bermain game bersama, sedangkan Hana tertidur.

Tak berapa lama, ketiga panitia datang kembali. Jihoon membacakan hal-hal yang akan mereka lakukan hari ini, begitupun Seulgi dan Mashiho.

Hana memperhatikan bangku Hyuna yang masih kosong di depan, saudara tirinya itu belum datang. Dia sudah tentu terlambat, ini azab karena Hyuna seringkali menghina Hana.

Tiba-tiba, gadis dengan dandanan menor itu datang dengan tergesa-gesa.

"Maaf kak, saya ada musibah kecil pagi ini. Ibu saya masuk ke rumah sakit secara tiba-tiba." kata Hyuna dengan wajah yang memelas.

Hana sudah tau kalau ini hanya akal-akalan ibu dan anak itu. Hana berdoa, ibu tirinya itu benar-benar masuk ke rumah sakit dengan penyakit tingkat yang sangat serius.

Panitia memahami Hyuna dengan mudah. Jadi kali ini salah satu dari mereka akan dibawa ke kelas lain untuk memperkenalkan diri, dan sebaliknya dari kelas lain.

Murid yang paling banyak tingkah akan di bawa, Hana sangat ogah dibawa, sedangkan Hyuna didepan, sudah merapikan rambutnya, beberapa siswi lain juga mulai memperbaiki tatanannya.

"Han, lo mau?" bisik Jeongwoo.

"Kagaklah, ngapain juga coba." jawab Hana dengan acuh.

"Yang dibelakang, Park Jeongwoo dan Jeon Hana!" kata Seulgi.

Semua tatapan kelas tertuju pada dua anak manusia yang saling cengo.

"Mashiho bawa Jeon Hana, Jihoon bawa Park Jeongwoo." ucap Seulgi.

Demi apa, ini semua gara-gara Jeongwoo yang memulai bisik-bisik tadi.

"Gue bunuh lo pas pulang!" ancam Hana pada Jeongwoo.

Jeongwoo hanya membalas sambil cengar-cengir gak jelas, "Gue rontokin gigi lo!" ucap Hana lagi.

Jeongwoo menaik-naikkan alisnya jahil, "Gue cukur alis lo!"

Akhirnya keduanya di bawa, Hana merasa canggung dengan Mashiho.

"Kenapa?" tanya Mashiho saat Hana tiba-tiba berhenti.

"Ah? Gapapa," jawab Hana yang berjalan cepat menyusul Hana.

Hana di bawa ke kelas kelompok 3, dimana Hyunbin dan Jisung ada disana.

Baru saja selangkah, Hyunbin sudah heboh melihat Hana. "Udah gue duga, hahaha." kata Jisung.

Jinny menatap sinis pada Hana, atas kejadian tak sopan kemarin. Hana masa bodo dengan Jinny, toh dia bukan anak kepala sekolah juga, mungkin.

"Ayo, kenalkan diri lo!" suruh Mashiho yang segera ikut duduk di dekat Yoshinori.

Raesung berdiri, tiba-tiba ia bertepuk tangan. "Lo jago ya, bisa kesini!" katanya tegas.

Hana kebingungan, apa yang terjadi. Dasar, ini masih masa pengenalan sekolah. Dirinya pasti akan dibully habis-habisan.

Jangan lupa vote ya(. ❛ ᴗ ❛.)

Tomboy || Mashiho Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang