Matahari mulai meninggi, sinarnya mulai menyengat kulit. Para siswa-siswi baru di bawa ke sebuah ruang kelas sementara.
Sejak tadi Jeongwoo mengikuti Hana, bahkan kini mereka duduk di satu bangku yang sama.
"Kenapa ikut gue sih? Kan bisa sama sejenis lo," tanya Hana.
"Kan gue kenalnya masih sama lo, lama-kelamaan gue kenal yang lain juga. Lagian, lo juga tampang kayak cowok," balas Jeongwoo.
"Iyadeh." kata Hana dengan pasrah, sebenarnya dia lebih senang duduk sendiri dibandingkan bersama orang lain.
Semua murid menyimak peraturan dasar sekolah itu yang dijelaskan langsung oleh panitia mereka.
Hana memutuskan untuk menelungkupkan kepalanya di meja, dia sangat bosan ternyata. Bohong jika ia mengatakan ke sekolah untuk belajar, ia pergi hanya untuk bisa tidak melihat wajah ayah dan ibu tirinya.
"Yang dibelakang! Jangan tidur!" tegas Jihoon.
Penjelasan dari Seulgi terhenti, ia menoleh ke meja belakang. Begitupun dengan Jihoon. Bahkan seisi kelas berbalik memperhatikan siswi yang masih nyaman dengan posisinya itu.
Jeongwoo yang sadar kalau yang ditegur adalah Hana, ia mendorong Hana dengan sikunya.
Namun apa daya, Jeongwoo tak berhasil membangunkan Hana. Padahal baru sebentar dia menelungkupkan kepalanya.
Dari depan, Hyuna menebak-nebak bahwa yang tengah ditegur adalah Hana. Tapi apa pedulinya, biarkan anak itu dihukum lagi.
Mashiho dan Jihoon berjalan menghampiri meja di sudut kiri belakang itu. Jeongwoo berdiri seraya memberi jalan pada Mashiho dan Jihoon.
"Woy!" kata Jihoon dengan keras.
Jihoon berjalan kembali ke depan, ia mengambil air mineral miliknya. Lalu, berjalan ke belakang lagi.
Perlahan tapi pasti, Jihoon menumpahkan air mineral itu tepat di atas kepala Hana. Hana terlonjak kaget.
"Kenapa gue disiram?!" tanya Hana.
Beberapa siswi berbisik-bisik atas sikap Hana yang terbilang sangat tidak sopan.
"Lo ini di sekolah, bukan dirumah. Kalau lo enggak niat, mending pulang aja!" cetus Jihoon dengan lantang.
"Gue kesini itu bayar, seragampun beli sendiri. Semua yang gue pake, punya gue. Jadi gak ada yang berhak ngatur-ngatur gue!" tegas Hana.
Jeongwoo mengusap wajahnya kasar, gadis itu benar-benar tidak berperilaku layaknya seorang gadis.
Seulgi keluar untuk memanggil Junkyu, tak lama datanglah Junkyu. Ia memecah keributan atas perdebatan Jihoon dan Hana.
Mashiho? Dia sejak tadi hanya terdiam.
"Lo lagi?!" tegas Junkyu.
Hana menunduk, tak berguna jika ada 2 lawan 1. Dimana-mana, 1 akan kalah.
Junkyu semakin kesal dengan perilaku Hana. Jika didiamkan saja lama-lama dia akan terus melunjak.
Junkyu menyuruh Mashiho agar membawa Hana ke ruang OSIS saja. Ada baiknya masalah ini diselesaikan disana, daripada menjadi bahan tontonan siswa-siswi baru.
Mashiho duduk di kursi, sedangkan Hana dibiarkan untuk berdiri.
"Kenapa?" tanya Mashiho pelan.
"Kak, bawa gue ke ruang kepala sekolah!" pinta Hana.
Mashiho mengerutkan keningnya, "Buat apa?"
"Gue mau keluar di hari pertama gue, gak peduli gue gak diterima di sekolah lain. Gue bisa berenti setahun," jawab Hana.
"Lo ada masalah?" tanya Mashiho.
"Banyak."
Mashiho memilih diam, Hana tampaknya malas diajak untuk berbicara. Apalagi sikapnya yang cenderung keras dan tak mau kalah.
Mashiho menarik kursi, lalu duduk di depan Hana.
"Cerita," ucap Mashiho.
Hana mengerutkan keningnya, "Buat apa?"
"Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, kalau lo enggak bisa selesaiin sendiri. Berarti lo butuh temen." jawab Mashiho.
Hana tersenyum miring, "Andai gue hanya butuh temen, udah lama masalah udah selesai. Buktinya, makin menjadi-jadi."
"Itu karena dia bukan orang yang tepat," balas Mashiho.
"Udah kak, mending diam aja. Gue enggak mau ekspektasi gue tentang lo itu rusak." ujar Hana.
Mashiho pun terdiam, dia memikirkan tentang bagaimana ekspetasi Hana pada dirinya.
Tak lama Junkyu datang, dan Hana kembali di ceramahi. Bahkan Jinny pun datang, ia terkenal akan mulutnya yang pedas dalam mengeluarkan kata-kata.
Setelah sesi marah-marah selesai, Hana dibiarkan untuk kembali saja ke kelasnya. Pun, gadis itu sedari tadi masa bodoh. Tak mau mendengar siapapun.
Sepulangnya dari sekolah, Hana mampir ke kedai roti. Dia harus kerja part time dulu. Karena kalau bukan seperti ini, ia akan kesulitan mencari uang.
"Hana, kok murung?" tanya pemilik kedai yang usianya sudah menginjak 40 tahun itu, biasa disebut Imo Jooyoung.
*Imo dalam bahas Korea berarti bibi atau tante.
"Enggak kok, Hana cuma capek. Kan hari ini hari pertama sekolah," jawab Hana.
"Wah, baguslah. Karena kamu sudah sekolah, kamu kurangin jam kamu saja disini." saran Jooyoung.
"Gak usah, Hana bisa kok!"
Jooyoung mengelus kepalanya Hana, gadis didepannya itu benar-benar pekerja keras. Dilihat dari tampangnya, Hana memang terlihat tomboi, nakal, pemalas, dan masa bodoh.
Setelah selesai dengan part time -nya. Dia memutuskan untuk langsung pulang.
"Dih, bau oven!" celutuk Hyuna saat Hana lewat di sampingnya.
Hana sudah kebal atas ucapan menyakitkan dari ibu tirinya dan Hyuna. Hana lebih memilih untuk segera mandi dan istirahat sejenak.
Saat makan malam, ia tidak dibangunkan. Ia terbangun pukul 11 malam. Sungguh jam makan yang tidak baik. Di dapur pun hanya ada sisa makanan yang sisa sedikit.
Hana memutuskan untuk keluar mencari makanan, ia tau ini sudah melanggar jam malam. Tapi ia punya alasan, dia bisa mati jika tidak makan malam ini.
Tibalah di minimarket yang tak jauh dari rumahnya.
"Loh? Hana yang anak kelompok 2 kan?"
Hana menengok ke sumber suara yang memanggil namanya itu.
"Kak Mashiho?"
Jangan lupa vote ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy || Mashiho Treasure ✓
Hayran Kurgu"Cewek kayak gue enggak cocok sama dia." "Siapa bilang enggak cocok?" Rank: #1 - remajastory (14-12-2020) #1 - treauremakers (18-07-2020) #3 - tomboi (20-07-2020) #4 - yoshinori (19-04-2021) #1 - ygtb (20-05-2021) #3 - asahi (04-10-2021) #2 - jihoo...