1.Selamat Tinggal Luka

980 192 678
                                    

WARNING!

BANYAK KESALAHAN DALAM PENULISANNYA.

INI CERITA PERTAMA YAYA. MOHON MAAF JIKA TERDAPAT BANYAK TYPO 🙏😂

TEMAN TEMAN BISA MENGINGATKAN DALAM BENTUK KOMEN😉

SELAMAT MEMBACA🤗

---------

Kamu harus bangkit, di luar sana banyak cinta yang menunggu.
Jangan biarkan cinta itu hilang dan pergi hanya karena kebodohanmu yang terlalu sibuk menangisi cinta yang telah pergi.

------------

"Sarapan yang banyak. Biar fresh belajarnya," ujar Aisyah memecah keheningan di tengah-tengah dentingan sendok dan garpu.

Gadis tersebut hanya mengangguk menanggapi ucapan Aisyah, sembari tersenyum datar.

Seperti hari-hari biasanya, ia memang tidak terlalu banyak bicara. Bahkan, untuk memulai percakapan saja ia enggan, terkecuali lawan bicaranya yang memulai terlebih dahulu.

"Anak Abi kok makin pendiam saja?" tanya Abdullah.

"Kalau ada masalah, cerita sama Abi dan Umi," ujar sang ibu sambil menuang air susu ke gelas dan memberikannya pada anak semata wayangnya.

"Hauraa gak papa Umi," jawab Hauraa seraya menyambut susu yang disodorkan Aisyah.

Aisyah menghembuskan nafas pasrah, lalu menatap suaminya. Beberapa detik kedua mata mereka saling bertemu, hingga terputus karena Aisyah kembali mengalihkan pandangnnya pada anak tercintanya.

"Mungkin kamu enggan atau belum siap cerita sama Abi dan Umi, tapi jangan lupa satu hal!" ujar Aisyah mengingatkan. "Minta petunjuk pada yang maha kuasa," lanjut Aisyah.

Hauraa hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa ia mengerti. Ia memang belum siap menceritakan masalah yang ia alami saat ini. Bukan belum siap, tapi tidak akan pernah.

"Abi, umi, Hauraa berangkat," pamit Hauraa serya mencium telapak tangan Abdullah dan Aisyah secara bergantian.

----------

"Eh, iya. Makasih Pak," ucap Hauraa seraya bangkit dari duduknya untuk keluar saat taxi ia tumpangi telah sampai di depan gerbang sekolahnya. Kemudian menyerahkan selembar uang berwarna biru.

"Neng, kembaliannya," ujar supir taxi sedikit keras saat melihat penumpangnya mulai menjauh.

"Ambil aja buat Bapak," sahut Hauraa tersenyum. Lalu melanjutkan langkahnya.

Jam baru menunjuk kan pukul 06:50, belum banyak siswa-siswi yang datang. Jadi, ia bisa lebih tenang untuk menuju kelasnya.

Ia berjalan tenang tanpa merasa ada beban.
Tanpa beban? Oh, bukan berarti dia telah melupakan masalahnya. Tanpa beban yang di maksud di sini adalah terhindar dari tatapan orang lain.

Hauraa memang kerap menjadi pusat perhatian murid lainnya. Baik laki-laki ataupun perempuan. Itu membuatnya jengah.

Sebagai realita kehidupan, pastinya ada dua sudut pandang yang berbeda dari berbagai orang. Begitu juga dengan Hauraa.

BIRU [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang