09|Through the Night

857 249 2
                                    

Sudah tiga hari ini aku menginap di kamar hotel yang sangat jauh dari hotel mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga hari ini aku menginap di kamar hotel yang sangat jauh dari hotel mereka. Tentunya aku membayar dengan uang cash milikku tanpa black card dari papa Jongsuk karna aku tau pasti mereka bisa melacak keberadaanku.

Sedikit banyak ragu sih tentang mereka yang mencariku karna mungkin ini lah yang mereka inginkan.

Aku pergi dan tak pernah kembali.

Kruyukkkkk

Perutku berbunyi keras karna lapar dan for your information aku belum makan seharian ini karna kehabisan uang setelah menyewa satu unit kamar hotel ini dalam satu minggu.

Pikiran menjadi gelandangan di Venesia pun langsung terbayang yang membuatku bergidik ngeri langsung bangkit dari kasur.

Aku memilih pergi ke minimarket terdekat untuk membeli satu cup mie dari pada berpikir kemana-mana.

Sampai sepulang dari minimarket, aku melihat seseorang terduduk lesu di depan pintu kamar inapku.

Tidak mungkin kan kalau orang itu penguntit yang ingin membunuhku?!!

Haduhhh bagaimana ini? Mana lorong hotel ini sepi sekali.

Ini juga sudah lewat tengah malam.

Ya ampun. Ya ampun aku kudu otokeh?!!

Sepertinya lari adalah jalan ninja untukku saat ini namun belum sempat aku berlari orang itu mendongak memperlihatkan wajahnya.

"Jungmo?!!"

"Berisik." Katanya dengan nada lelah yang kentara terdengar, "Kepalaku pusing sekali."

Aku hanya berdecak pelan, "Memangnya aku peduli." Kataku dengan nada super dingin karna yah aku masih sangat-sangat sakit hati olehnya.

"Mianhae." Jungmo berucap lirih namun masih bisa kudengar sampai pergerakkanku membuka kunci pintu kamar inapku terhenti, "Apa aku tidak dengar?"

Jungmo bangkit berdiri yang membuatku harus mendongak untuk melihat wajahnya yang kini terlihat pucat seperti orang yang tengah sakit.

Reflek aku langsung berjinjit mengulurkan tanganku pada keningnya, "Kamu demam." Kataku panik segera menariknya masuk ke dalam kamar inapku.

Jungmo langsung merebahkan tubuhnya di kasur, "Tunggu aku belikan obat dulu." Kataku namun segera Jungmo cekal tanganku.

"Besok saja. Ini sudah sangat malam."

"Tapi--"

"Aku hanya butuh tidur." Katanya yang membuatku akhirnya duduk di sisi ranjang.

"Araseo." Kataku dan Jungmo pun melepas cekalannya yang perlahan jatuh tertidur.

Aku pun segera bangkit berdiri mencari sesuatu untuk bisa mengompres Jungmo.

Beruntungnya ada kotak persedian untuk menyimpan alat-alat mandi yang bisa kupakai sebagai baskom dan handuk kecil. Jadi aku bisa mengkompres Jungmo dengan air mineral dingin di kulkas kecil yang ada di kamar inapku ini.

Berulang kali aku mengompres Jungmo sampai kedua mataku berat dan akhirnya aku jatuh tertidur dengan kepala yang kusandarkan di sisi ranjang.

"Jungmo takut mama, kumohon mama hiksss pulanglah Jungmo takut..."

Aku terbangun saat mendengar Jungmo mengigau yang membuatku langsung mengusap puncak kepalanya lembut untuk membuatnya tenang kembali.

"Sakit ma... sakit... perut Jungmo sakit..." Lirihnya membuatku panik akan menghubungi Serim tapi tanganku diraih oleh Jungmo, "Jangan pergi lagi kumohon, jangan tinggalkan aku ma. Jangan pergi hikss..."

Aku kembali duduk lesehan di bawah ranjang dengan tanganku Jungmo genggam erat dan pandanganku langsung terpaku pada lengan Jungmo yang penuh dengan goresan sayatan.

Luka itu ada yang sudah lama dan baru mengering membuat hatiku mengepal sakit, "Sebenarnya kamu ini kenapa Jungmo?"

Aku mengusap air matanya dengan satu tanganku yang bebas dan mulai menyanyikan lagu lulaby yang sering mama nyanyikan ketika aku kesulitan tidur maupun habis mimpi buruk.

Perlahan isak tangis Jungmo berhenti dan ia kembali tidur dengan tenang membuatku menghela nafas lega, "Tidur yang nyenyak adikku sayang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang