28|Heartbeat

659 214 9
                                    

Apa aku pernah bilang bahwa hidup itu penuh kejutan? Kalau sudah pun aku akan mengatakannya lagi dan mungkin berulang kali nyaris seperti dept collector menagih hutang haha lucu bukan? Ayo tertawalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa aku pernah bilang bahwa hidup itu penuh kejutan? Kalau sudah pun aku akan mengatakannya lagi dan mungkin berulang kali nyaris seperti dept collector menagih hutang haha lucu bukan? Ayo tertawalah. Jangan terlalu serius. Takdir memang menggelikan.

"Kenapa kau tertawa?"

Aku menoleh kesamping tepat kedalam iris hitam jelaga Renjun yang berpendar redup, "Kau baik-baik saja?" Tanyanya yang membuat tawaku semakin keras nyaris terbahak-bahak.

Kedua bahuku ia remat erat, "Bella kumohon jangan begini." Jemarinya terulur mengusap air mataku yang masih tetap berkelindan. "Semua akan baik-baik saja okay, percaya padaku."

"Benarkah?"

"Ya sayang, kau bisa percaya padaku kan? Semua akan baik-baik saja. Untuk kau dan Minhee bahkan adik-adikmu yang lainnya."

"Lalu kau sendiri bagaimana?" Renjun tak menjawab hanya membubuhkan ciuman di pelupuk mataku lalu memasang seatbelt untukku. "Aku tidak bisa janji akan satu hal itu." Lirihnya kembali duduk dengan benar di kursi kemudi.

"Kalau begitu pergilah. Biarkan aku bertanding sendirian." Aku mencoba melepas seatbelt Renjun namun kedua tanganku segera ia cekal, "Tolong pergilah Huang. Biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri!!!"

Alih-alih pergi seperti apa yang kuinginkan Renjun malah merangkum wajahku dan memangutku kedalam ciuman lembutnya. Hanya dalam beberapa sekon namun berbekas menelusup ke rongga dada, "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Lirihnya setelah itu menjalankan mobil ke arena balapan tanpa bisa kucegah lagi.

Renjun membuka kaca jendela mobil bersamaan dengan Jeno, ini mengingatkanku akan waktu itu dimana Minhee dan Jisung melakukan hal yang sama persis sebelum bertanding.

"Bercinta dulu heh?" Jeno bertanya sambil bersiul menjijikkan yang Renjun tanggapi dengan decakkan.

"Aku bukan lelaki brengsek sepertimu Lee."

"Owh masa Huang?" Kekeh Jeno dan mengerling menjijikkan kearahku, "Tapi kudengar si Kim itu bekasan Felix. Aku juga sempat melihat beberapa rekaman pergumulan mereka di handycam Felix."

"Tutup mulutmu sialan!!" Renjun berteriak keras dengan kedua tangannya meremat erat setir kemudi sementara aku sibuk mengingat kapan tepatnya Felix merekam semua itu.

Lamunanku terpaksa terhenti kembali kedalam realita ketika Renjun mulai menjalankan mobil dengan kecepatan diatas normal. Wajahnya mengeras dengan iris hitam jelaganya menatap lurus ke jalanan.

Ada banyak hal yang ingin kukatakan dan tanyakan pada Renjun namun aku tak ingin merusak konsentrasinya dalam mengemudi karna takut terjadi kecelakaan.

Apa lagi Jeno dan yang lainnya menjalankan mobil dengan cara kelewat bar bar sekali. Bahkan beberapa kali menabrakkan ke badan mobil Renjun yang kesekian kalinya hampir oleng namun segera ia atasi dengan lihainya.

NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang