Spesial Chapter : Song Hyeongjun

342 153 1
                                    

______________________________________
Undo my sad

Undo what hurt so bad

Undo my pain

Gonna get out, through the rain
______________________________________

🎵 Sanna Nielsen ~ Undo
.
.
.
.
.
.
.
.

Mama bilang bahwa apa yang kumiliki adalah anugrah dari Tuhan. Hanya orang-orang pilihan yang memiliki satu kelebihan yang kumiliki ini.

Aku bisa mengetahui masa depan seseorang atau diriku sendiri.

Itu terjadi dalam satu kilasan bayang yang tetiba saja menyergap pikiranku. Terjadi begitu saja tanpa bisa di tentukan atau diterka.

Jadi aku tahu lebih awal kalau mama akan meninggalkanku di satu panti asuhan yang akan memberiku penderitaan.

Tapi meskipun tahu lebih awal, aku tidak bisa mencegah itu agar tidak terjadi seperti yang kerap kali terjadi di film atau drama.

Aku hanya diberi kilasan tanpa bisa mencegah atau pun berbuat sesuka hati agar itu tidak terjadi.

"Hyeongjun." Aku lantas menutup kedua mataku. Mencoba untuk terlihat seperti sedang tertidur agar orang itu cepat pergi dariku.

Tapi bukannya pergi ia malah terkekeh kecil dan bisa kurasakan ia ikut duduk di sampingku.

"Aigoo lucu sekali." Katanya padahal aku lebih suka di bilang tampan.

Cup

Aku merasakan bibir orang itu mengecup pipiku sekilas dan aku membuka mataku sedikit untuk melihat apa yang ia lakukan sekarang.

Ternyata ia mengerjakan tugas sekolahku yang baru kukerjakan setengah jalan karna terlanjur mengantuk.

Dia tampak berpikir keras membuatku hampir berdecih karna ya ampun mengapa harus membuat ekspresi berpikir seperti itu.

Tugas anak sma bukankah lebih mudah di kerjakan oleh mahasiswi tingkat akhir sepertinya?

Ia mengkerutkan dahi dan beberapa kali mengusak puncak kepalanya frustasi, "Kenapa sulit sekali, sih?" Katanya pada dirinya sendiri membuatku tak bisa menahan diri lagi untuk tidak tertawa.

"Hyeongjun." Ia menoleh kearahku dengan iris biru tuanya yang membulat lucu, "Kau pura-pura tidur ya."

Aku mengedikkan bahu acuh dan merebut buku tugasku darinya, "Kata siapa aku tidur." Kataku yang membuatnya mendengus kesal tapi sekon berikutnya mengusak puncak kepalaku dengan sayang.

Dan harus aku akui kalau perlakuannya yang ini membuatku selalu merasakan kehangatan yang kerap kali disebut seperti rumah.

Menatapnya sesaat yang masih saja mengulas senyum walau beberapa waktu lalu aku ini membiarkannya jatuh tenggelam di kolam renang rumah.

Seharusnya ia membenciku atau bersikap canggung namun ia malah bersikap seperti biasanya seolah tak terjadi apapun.

"Bella Noona.." Aku memanggilnya yang membuatnya semakin mengulas senyumnya, "Mianhae.."

NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang