Spesial Chapter : Kang Minhee

421 175 1
                                    

______________________________________

Cant help myself.

Got secrets I cant tell.
______________________________________

Sam Tinnesz ~ Play With Fire
.
.
.
.
.
.
.
.

Kupikir aku yang paling kuat dari yang lain tapi ternyata aku lah yang paling lemah. Kalau saja aku sekuat mereka mungkin tidak akan ada kepribadian lain dalam diriku.

Aku tidak sanggup menahan segalanya sampai kepribadian ganda itu muncul menjadi tameng sekaligus boomerang bagi diriku sendiri.

Dia sering kusebut sebagai Mini. Tidak semanis nama panggilannya karna pribadinya yang begitu kelam layaknya kumbangan hitam yang siap menelan siapa saja tanpa tersisa.

Tapi aku tidak terlalu peduli karna toh ia yang menanggung segala penderitaanku sehingga aku bebas dari rasa sakit dan penderitaan yang meskipun acap kali ingatanku memberikan spasi masif dengan yang lainnya.

Mereka memang sering melihatku tak mengerti tatkala ingatanku tak sinkron dengan yang dimiliki mereka karna mungkin saat-saat itu Mini lah yang bersama mereka bukan aku tapi aku bisa mengatasi segalanya dengan dalih ingatanku itu payah.

Aku tidak bisa mengatakan kebenarannya kepada mereka karna tidak mau memberatkan beban yang mereka pikul selama ini. "Aku tahu tubuhmu bukanlah hanya milikmu."

Wonjin tersenyum seolah apa yang ia katakan bukanlah sesuatu yang patut untuk di khawatirkan, "Tenang saja. Itu bukanlah hal buruk bukan? Setidaknya kau tidak harus menanggung penderitaan selama berada dalam cengkraman si sialan Jongsuk, Hee."

Aku tidak berkata apa-apa. Hanya diam dan menatap hamparan laut yang membentang dengan pandangan buram. "Kau masih mencari si Kim itu?" Tanyaku memecah keheningan.

Wonjin hanya berdeham mengiyakan lalu menghela nafas berat dan duduk begitu saja di pasir pantai sampai ombak-ombak kecil membasahi telapak kakinya yang telanjang.

"Kebaikkan hanya membuatmu menderita Ham. Kupikir lebih baik berhenti mencarinya toh dia bukanlah tanggung jawabmu."

"Aku terlanjur berjanji pada Taehyung." Katanya dengan pandangan redup mengingatkanku akan diriku sendiri.

"Lelaki yang dibunuh si Jongsuk minggu kemarin?"

"Hn."

"Kenapa kau berjanji?"

Wonjin hanya diam dan akhirnya membaringkan tubuhnya tanpa peduli pakaian kotor oleh pasir, "Hidup itu rumit ya." Lirihnya setelah aku ikut berbaring di sampingnya menatap birunya langit yang kontras sekali dengan warna hidupku ataupun Wonjin.

"Hei, apa orangtua itu ada?" Tanyanya retoris membuatku menoleh sekilas dan kembali menatap langit, "Tentu saja ada bodoh. Kalau tidak, mana mungkin kita ada di dunia ini."

Wonjin terkekeh senggau. Kosong dan menyakitkan. "Lalu dimana mereka ya? Sedang apa? Kenapa tega sekali menelantarkan anaknya begitu saja seperti sampah?"

Aku berhenti menatap langit dan memusatkan atensi pada Wonjin. Dari semuanya hanya kami berdua dan Serim hyung yang tidak mengetahui orangtua kandung karna ditinggal di depan pintu panti asuhan Jungji ketika masih bayi merah. Miris sekali.

NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang