Spesial Chapter : Ham Wonjin

500 180 6
                                    

______________________________________
Deep inside me, I'm fading to black, I'm fading,

Took an oath by the blood of my hand, won't break it.

I can taste it, the end is upon us, I swear.

Gonna make it.

I'm gonna make it.
______________________________________

🎵 Imagine Dragons ~ Natural
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku tidak pernah tahu siapa orangtua kandungku sendiri. Sejak awal ingatanku aku sudah berada di panti asuhan Jungji yang setiap tahun pasti ada saja anak panti yang tumbang mati dengan satu alasan yang jelas bahwa tubuh sudah mencapai batasnya karna kelelahan bekerja.

Demi sepotong roti atau beberapa suap nasi untuk menyambung hidup. Aku juga sama seperti halnya mereka, bekerja untuk menyambung hidup karna kematian adalah suatu hal paling akhir yang kuinginkan.

Bekerja di pabrik robot saat itu membuatku mengerti caranya meretas atas bimbingan Wonho hyung. Aku berhutang banyak sekali padanya namun sayang belum pernah bertemu lagi sejak aku ikut serta dengan yang lainnya diadopsi oleh Papa Jongsuk.

Harapan sempat kujunjung tinggi ketika Papa Jongsuk mengadopsiku bersama yang lainnya. Kupikir hidupku akan penuh dengan permen kapas yang menyenangkan sama halnya seperti anak lainnya.

Tapi derak waktu bergulir membuatku mengerti bahwa Papa Jongsuk mengadopsi kami bukan untuk kasih sayang secara cuma-cuma. Sementara Mama Hyojoo berbeda, ia tak mengetahui apapun.

Ia menyayangi kami semuanya seperti putra kandungnya sendiri tanpa terkecuali. Namun sepertinya Tuhan memang selalu mengambil umatnya yang baik lebih cepat karna Mama Hyojoo diagnosis kanker pankreas saat musim panas ketika umurku tepat tujuh tahun.

Hujan turun dengan derasnya saat itu ketika aku menemukan Mama Hyojoo duduk tergugu menangis di lantai kamarnya bersahutan dengan suara guntur. Ia mendongak menatapku kelewat sendu dan meminta maaf kalau ia tak akan melihatku dengan yang lainnya tumbuh lebih lama.

Sekon itu aku merasa bahwa untuk kali pertamanya hatiku remuk redam dan menangis tergugu memeluknya. Bukan aku saja tetapi Seongmin dan Taeyoung pun ikut serta yang sepertinya mencuri dengar di luar kamar Mama Hyojoo.

Lalu keesokan harinya Mama Hyojoo membawaku beserta Seongmin dan Taeyoung pergi secara diam-diam dari rumah. Wajahnya terlihat berseri-seri seperti seseorang yang baru saja bebas dari sangkarnya.

"Mama, kita akan kemana?" Tanya Seongmin tepat ketika kedua tungkai menapaki lantai kereta yang langsung berderak melaju cepat.

"Rumah Nenek Jukyung, Ibunya Mama." Jawab Mama sambil mengulas senyuman yang sampai pada kedua matanya. Sesuatu hal yang untuk pertama kalinya kulihat dan menular padaku kala itu.

Saat itu aku tidak terlalu mengerti namun kini sadar bahwa Mama Hyojoo telah di kurung oleh Papa Jongsuk dalam sangkar emasnya dalam waktu yang lama karna ketika bertemu Nenek Jukyung, Mama langsung tergugu menangis dalam kebahagiaan dan berulang kali mengucap kata maaf karna tidak pulang selama bertahun-tahun lamanya.

Sementara Mama Hyojoo sibuk mengiba meminta maaf pada Nenek Jukyung, aku pun mengedarkan pandangan melihat sekitar dan tak sengaja bersitatap dengan perempuan beriris biru tua.

NOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang