Budaya tak akan pernah mati
Sekalipun tubuh ini terpatri
Ia akan tetap bergerak mengaliri diri.
★Ting tong ... Ting tong ....
Bintang yang mendengar bell rumahnya berbunyi secara berkala segera berlarian menuju lantai bawah. Karena Mbok Inem pembantunya sedang keluar rumah.
"Haii!" sapa mereka yang ternyata Salsha, Meisya, Cindy, Amara dan Shela. Setelah Bintang membuka pintu rumahnya.
"Udah dateng lo semua?" Bintang menatap kelima sahabatnya yang sudah berpakaian rapi. "Ayo masuk-masuk!" ucapnya melangkah kedalam terlebih dahulu.
"Wihh, ada sepasang jathilan," ujar Amara meneliti setiap pajangan dinding rumah Bintang. Berbeda dengan rumah Bintang rumah Dewa lebih di dominasi dengan pajangan dinding berupa topeng ganongan, celeng srenggi, pecut, dan masih banyak lagi.
"Lo anak seni banget ya, Bin," kata Meisya ketika melihat berbagai foto Bintang yang terpajang rapi dengan kostum tari.
"Gila! Dari kecil dia udah nari. Lihat deh, fotonya," ucap Shela heboh mengambil salah satu foto diatas meja.
"Eh iya," sahut Cindy. "Lo nari dari umur berapa sih Bin?"
"Gua lebih dulu kenal tari dari pada sekolah," ucap Bintang.
"Kok lo gak heboh sih Sha?" tanya Cindy.
"Gua kan udah sering main kerumah Bintang."
"Kita kekamar gue aja ya, nggak ada orang soalnya."
"Emang semuanya kemana?" tanya Salsha. "Mbok Inem lagi keluar, kak Rendy masih kuliah, Bunda tadi lagi bawa-in makan siang ke kantor Ayah dianter Pak Darto."
"Makanya kita tadi buka gerbang sendiri," ucap Meisya. "Gak ada orang ternyata."
Mereka pun memasuki kamar Bintang dan malah lebih terkagum lagi dengan piala berjejer di meja kamar Bintang yang memang di sediakan untuk menaruh pajangan. Mulai dari piala lomba menari, cerdas cermat, olimpiade sains. Tapi, lebih didominasi dengan piala lomba menari. Dan beberapa deretan rak buku yang berisi berbagai buku. Mulai dari buku pelajaran, novel, sampai antalogi puisi.
"Lo kesini mau lihat-lihat isi kamar gua apa mau main sih?" tanya Bintang seperti risih karena sahabatnya sangat heboh mengetahui isi kamarnya.
_ _ _"Ayo buruan!" seru Cindy. "Nanti kita ketinggalan tahu."
"Bentar-bentar, masih jam berapa sih?" tanya Amara. "Jam tiga kurang lima menit." Bintang melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.
Mereka sudah datang di rumah Bintang sejak tadi. Namun, mereka menyempatkan diri untuk bermain-main di kamar Bintang. Yang menyebabkan mereka lupa waktu.
"Woyy buruan! Tasnya tinggal sini aja. Cukup Lo bawa dompet sama handphone lo aja Shela," sahut Cindy. "Ini gua tadi naruh kunci motor dimana, ya?" Shela sibuk mencari kunci motornya kesana-kemari.
"Lo tadi nggak bawa motor She!" geram Meisya. "Ohh ... iya lupa gua," Shela menepuk jidatnya.
"Ayo buruan Bin!" Salsha berlarian menuruni tangga sambil menarik tangan Bintang, mengikuti Amara, Cindy, Shela dan Meisya yang sudah dibawah.
"Pelan-pelan, aja. Ini tuh deket banget. Kalau udah mulai suara gamelannya bakal kedengeran sampai sini kok," sanggah Bintang.
Mereka pun berlarian sambil berteriak-teriak untuk berpamitan kepada Bunda Bintang yang sudah pulang. Namun, tenang saja kali ini Bintang jujur, tidak sedang berbohong hanya karena ingin keluar rumah. Kedua orang tuanya tahu bahwa seni tari seperti candu bagi Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
B1NT4NG
Teen Fiction[Cover by: Arinakhai] Pada dasarnya... Memang tidak ada hubungan, yang bertahan lama Tidak ada sebuah cerita, yang tidak ada akhirnya Tertampar pada sebuah kenyataan Bahwa semua hanyalah kenangan Yang akan terkikis oleh waktu, Menjadikannya hanya se...