Ku rasa tidak ada yang buruk, jadi ku ikuti saja alur-Mu.
Menantang adrenalin, mengenal hal baru.
★Teng.. tengg..
Bell istirahat berbunyi nyaring. Membuat seluruh murid Speda segera menuju surganya, kantin.
Hari ini seharusnya Dewa sudah masuk sekolah. Namun ia malah absen dengan tertanda izin. Entah kemana, sahabatnya itu Bintang juga tidak menahu.
"Sha gue takut kalau Dewa berantem lagi." Dengan hobinya yang satu ini Dewa sering kali membuat Bintang gelisah.
"Enggak. Absensinya kan izin Bin, bukan alfa. Jadi lo tenang aja," ucap Salsha menenangkan Bintang.
"Gimana gue mau tenang, Sha. Dia terlalu sering berantem, anaknya itu brandal banget, susah deh kalok dibilangin," ucap Bintang tanpa jeda.
"Itu dulu atau sekarang?"
"Dulu sama sekarang masih sama aja!" jawab Bintang penuh penekanan.
Bell istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun mereka tetap di kelas tanpa ingin beranjak sedikitpun.
_ _ _Dengan rumah Bintang yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah Dewa. Membuat Bintang pergi ke rumah Dewa sore ini hanya dengan berjalan kaki.
Pintu rumah Dewa yang terbuka lebar membuat Bintang hanya berteriak-teriak tanpa ada niatan untuk mengetuk pintu rumah.
"Assalamualaikum. Dew.. Dewa... " ucap Bintang.
"Waalaikumsalam, eh Bintang. Cari kak Dewa ya?"
"Iya Ma. Kak Dewa nya ada?" Tanya Bintang kepada Sarah, Mama Dewa.
Begitulah kebiasaan Bintang memanggil Dewa dengan embel-embel 'Kak' jika didepan orang tuanya dan orang tua Dewa.
Orang tua Bintang dan Dewa memang sudah menjadi sahabat sejak masa sekolah dulu. Jadi maklum saja jika anaknya juga ikut menjalin persahabatan. Dan soal embel-embel 'mama' sudah dibiasakan sejak kecil.
Dan sebaliknya Dewa memanggil bunda Bintang juga dengan sebutan 'bunda'.
"Sini-sini masuk aja dulu, Bin." Mama kangen sama kamu." Sarah berjalan memasuki rumah mengajak Bintang duduk di sofa ruang tamu.
"Dewa nya keluar dari tadi pagi. Tapi belum juga pulang tuh, Bin. Biasa, ada job tari sama temannya, tadi juga izin sekolah dia kan," papar Sarah.
"Job dimana, Ma? Masa bisa seharian?" tanya Bintang merasa janggal.
"Palingan udah selesai terus kumpul sama teman-temannya. Coba aja kamu pergi ke Lapangan desa. Biasanya Dewa itu suka ngumpulnya di sana."
"Yaudah Bintang mau nyamperin kak Dewa dulu, Ma. Assalamualaikum," ucap Bintang menjabat tangan Sarah.
"Waalaikumsalam."
Mungkin dapat sedikit diperjelas. Dewa adalah seorang seniman jalanan. Bukan tentang melukis atau sebagainya yang kalian bayangkan. Tapi tentang sebuah seni pertunjukan yaitu, sebuah seni tari.
Waktu menunjukan pukul empat lebih empat puluh delapan menit. Senja pun sudah terlihat di langit barat sana. Namun langkah Bintang tetap pasti, untuk mencari Dewa. Bukan sendirian tapi ia mengajak Salsha.
Sampainya di lapangan ternyata di sana ada banyak sekali teman Dewa. Tidak hanya cowok, cewek juga ada. Kemungkinan besar mereka semua bagian dari komplotan Dewa di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
B1NT4NG
Teen Fiction[Cover by: Arinakhai] Pada dasarnya... Memang tidak ada hubungan, yang bertahan lama Tidak ada sebuah cerita, yang tidak ada akhirnya Tertampar pada sebuah kenyataan Bahwa semua hanyalah kenangan Yang akan terkikis oleh waktu, Menjadikannya hanya se...