6 | Sayang?

67 6 1
                                    

"Gue sayang sama lo, Kak Reygan.
Jadi gue nggak bakalan biarin lo, jauh dari gue!
Kaya Allah kalau udah sayang sama hambanya."
_Bintang Alexa Arthawidya_

"Nanti sore semuanya harus kumpul di lapangan desa. Semua anggota B1NT4NG Crew bakal gue ajarin apapun yang gue bisa ke kalian semua!" ucap Dewa yang akan beranjak keluar kelas sambil menenteng tas dipundak sebelah kiri.

"Oke," seru para anggota B1NT4NG Crew di kelas XI MIPA 1 ini.

Bintang juga akan segera beranjak keluar kelas. Namun harus terhenti dengan Dewa.

"Bin, lo pulang sama siapa?" tanya Dewa.

"Nggak ngerti," ucap Bintang sambil menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

"Yaudah, lo sama gue aja!" ajak Dewa sambil menarik tangan Bintang ke parkiran sekolah.

"Ehh lo mau ngapain ha?" tanya Bintang tiba-tiba.

"Naik motor lah. Pinter."

"Dewa pertama gue ucapin makasih buat lo yang udah bilang gue pinter. Kedua motor itu di naikin setelah keluar dari gerbang. Ketiga kalok lo mau ngebantah, gue pengurus OSIS jadi tugas gue buat peringatin lo dan lo harus nurut. Keempat Lo juga anggota OSIS harusnya bisa jadi contoh."

"Iya iya. Bawel banget sih."

Dewa tak pernah bisa membantah permintaan Bintang. Bintang segala-galanya bagi Dewa. Bintang meminta apapun kepada Dewa pasti ia berikan. Sekalipun nyawa menjadi taruhannya.

Dewa sangat menyayangi Bintang sudah seperti adik kandungnya sendiri. Kebiasaan bersama sedari kecil membuat mereka bisa sedekat ini. Rasa sayang datang karena terbiasa bukan?

Akhirnya Dewa memilih mengalah dan menuntun sepeda motornya dari sebelah kiri dan Bintang di sebelah kanan dari motornya.

"Udah, buruan naik!"

"Iya." Dengan pasti Dewa mulai melajukan motornya memecah keramaian jalanan yang telah diisi pengendara lain.

"Ehh.." ucap Bintang sepontan. Membuat Bintang segera reflek memegang kedua pundak Dewa.

Dewa hanya terkekeh kecil. Rutinitasnya untuk mengerjai Bintang berjalan lancar.

Bagaimana tidak Dewa menjalankan motornya seperti orang yang ingin menghampiri maut.

Kali ini Bintang harus banyak bersabar menghadapi sahabat kecilnya ini.

"Ehh mau kemana? Rumah kita belok kanan tadi. Kenapa masih jalan terus?"

Baru saja Bintang ingin bersabar menghadapi Dewa. Dewa malah sudah membuatnya kesal kembali.

Dewa tak menjawab pertanyaan Bintang yang bertubi-tubi. Ia hanya dapat tersenyum dibalik helm full face nya.

Bintang ia tak tau dibawa kemana oleh Dewa. Ini sudah cukup jauh dari tempat tinggalnya dan Dewa.

"Udah sampai deh," ucap Dewa sambil menepikan motor di pinggir jalan setapak yang sangat sepi.

"Lo suka?" tanya Dewa kepada Bintang.

"Nggak usah ditanya. Lo paling tau selera gue Dew," ucap Bintang sambil menatap terus ke depan tanpa berkedip sedikitpun.

Dress...

Suara air terjun yang begitu bergemuruh. Membuat hati Bintang terasa begitu tenang. Separuh bebannya terasa hilang begitu saja.
Ia sangat senang diajak kemari oleh Dewa.

B1NT4NGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang