22 | Drian.

3 1 0
                                    

Happy reading!!

Hati-kati dengan setiap tindakan
Jika benar akan menghasilkan yang terbaik
Jika salah akan semakin menjerumuskan.

"Kak Rendy ayo buruan! Udah hampir telat nih gue." Bintang segera berlarian menuruni anak tangga di dalam rumahnya.

"Nggak sarapan dulu kamu, Bin?" Tanya Ira dari meja makan. "Nggak sempat Bun." Bintang segera meneguk susunya hingga habis.

"Ayo kak Ren!" Bintang berteriak karena Rendy masih di kamarnya. "Yaudah Bun, Yah Assalamualaikum." Bintang segera menyalimi tangan kedua orang tuanya.

"Rendy juga duluan Yah, Bun." Rendy mengikuti pergerakan Bintang juga berlarian. "Jam berapa, jam berapa dek?" Ia menuju motor kesayangannya.

"Emm.. ah jam tujuh kurang lima menit.." Bintang semakin gelagapan. "Yaudah buruan naik!"

Entah terkena setan apa. Pagi ini Bintang bisa bangun kesiangan. Memang ia sering begadang untuk membaca sebuah aplikasi orange itu. Tapi ia tak pernah sama sekali terlambat bangun, walau di hari minggu sekalipun.

"Assalamualaikum kak. Bintang duluan!" Bintang segera bersalim kepada Rendy dan berlarian kembali memasuki kelasnya.

SPEDA COMPETITION puntelah usai, menghasilkan para sang juara yang pastinya akan bermanfaat untuk mereka kedepannya nanti. Kini jam pembelajaran pun sudah terlaksana kembali di SMA Pelita Muda.

Sesampainya di kelas Bintang langsung menjatuhkan tubuhnya di bangkunya. Sambil mengatur nafas dan meminum air putih yang dia bawa dari rumah. Bintang sama sekali tak bisa jauh dari air putih.

Bintang celingukan di dalam kelas. Melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Seharusnya ia telat, namun kelasnya malah sepi sekali.

Tas milik Salsha ada, Dewa juga ada, Ditto juga ada, Meisya juga ada, hampir semua kursi sudah berisi tas. Namun pemiliknya yang tidak ada.

Bintang baru sadar kemana perginya Salsha? Pagi, dia tidak mungkin pergi ke kantin. Jika pergi saja pasti mengajak Bintang.

"Bin gawat." Ucap Amara datang bersama Meisya, Cindy, Shela, dan Salsha. "Gawat kenapa?" Bintang langsung gelisah, firasatnya tiba-tiba jadi tidak enak.

"Lo tahu kan betapa ketatnya SMA Pelita Muda, ya walaupun lo baru pindah semester lalu." Shela berusaha berbicara dengan nada setenang mungkin. Bintang hanya menanggapi dengan anggukan. Ia penasaran apa yang terjadi.

"Tadi pagi, pagi banget. Kak Drian dia.. dia ngaduin. Ngaduin kalok Candra, Dewa, Ditto Ferdi, sama Fredi ngerokok di kantin sekolah." Salsha sudah tidak bisa menahan air matanya. Sesak begitu menjalar di dadanya.

Hati Bintang langsung mencelos. Ia hanya bisa diam tak bergeming mendapat fakta dari Salsha. Ada masalah apalagi yang Dewa perbuat kepada kakak kelasnya itu.

"Sekarang Dewa dimana?" Tanya Bintang dengan datar. "Dewa sama yang lainya lagi di ruang kepala sekolah untuk dimintai keterangan. Kak Drian juga disana sebagai saksi." Meisya berbicara karena ia merasa keadaannya yang lebih baik dari mereka berlima.

Bintang segera beranjak dari tempatnya. "Gue mau lihat Dewa." Ia langsung berjalan keluar kelas menuju ruang kepala sekolah diikuti Salsha, Cindy, Meisya, Amara, dan Shela.

Mereka Cindy, Meisya, Shela, dan Amara adalah teman Dewa sedari kelas X. Mereka tahu betapa sengitnya api permusuhan yang Dewa dan Drian lakukan. Bukan hanya sekali dua kali Drian pasti mengganggu kesenangan Dewa. Ia tidak pernah suka melihat Dewa berada lebih diatasnya. Mereka sama-sama hebat baik dari segi pembelajaran. Tapi bisa dilihat sendiri Dewa jago menari, jago dalam hal agama, jago berteman dan menjadi pemimpin, terbukti dari temannya yang begitu banyak dan setia kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B1NT4NGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang