14 (M)

14.5K 791 35
                                    

Suara hantaman rintik-rintik air masih terdegar keras di atas atap. Hujan ternyata belum mereda. Yoongi merasa ada sesuatu yang menarik kesadarannya kemudian matanya melirik pada jam dinding dengan menyipit. Masih pukul dua pagi. Tubuhnya melakukan gerakan sedikit bergeser ke kiri namun malah membentur sesuatu, ia cukup terkejut dan semakin terkejut mendapati kepala Jimin yang terkulai sejajar dengan punggungnya. Yoongi merasa kaku, otaknya meminta untuk bergerak namun hatinya justru enggan. Pada akhirnya ia hanya memutar tubuhnya dan kini perutnya bertemu dengan wajah Jimin yang sepertinya tidak terganggu. Pria pemilik nada suara unik itu tidur meringkuk seolah berusaha menjaga dirinya sendiri dari kedinginan.

Posisi keduanya tidak berubah sampai jarum pada jam bergeser. Kesadaran Yoongi bahkan hampir tertelan kantuk kembali namun kelopak matanya tertahan ketika merasakan sesuatu menggerayang pada perutnya, ia seidkit melirik ke bawah, ternyata tangan Jimin bergerak memeluk tubuhnya.

"Bergeserlah...." Yoongi melirih, tidak peduli Jimin mendengar suaranya atau tidak. Tangannya berusaha menyingkirkan tangan Jimin yang terasa berat. "Jimin—"

"Mn?"

Suara serak khas bangung tidur membuat Yoongi terhenyak.

"Sejak kapan kau bangun? menjauhlah sedikit dariku."

Jimin tidak mendengarkan ucapan Yoongi, tangannya justru semakin erat memeluk tubuh prianya bahkan terkesan gelisah. Dia juga merubah posisi tubuhnya menjadi sejajar dengan Yoongi. Di dekat telinga berkulit pucat itu ia menggumam. "Terimalah aku kali ini saja, hyung."

Yoongi tiba-tiba merasa otaknya berhenti berfungsi selama beberapa saat, kemudian tersentak ketika kulit lehernya diterpa oleh sesuatu yang hangat. Ia ingin menampar Jimin yang bernapas di dekat lehernya namun kedua tangannya tertahan oleh pelukan erat pria tersebut, ia juga ingin mengumpat namun lidahnya terasa mati rasa. Perlahan tubuhnya pun mulai bergetar halus dan napasnya memberat.

"Jimin—"

"Hyung, kau benar-benar begitu enggan menerimaku? bahkan sekadar berbicara kau juga sangat enggan."

Yoongi akhirnya mampu menelaah kalimat Jimin. Dia merasa sesansi perputaran sesuatu sebanyak seratus delapan puluh derajat pada Jimin, pria itu tidak seperti biasanya dan sangat tidak senang dibantah.

"Apa yang terjadi padamu?" Yoongi mencoba bertanya. Dia menunggu namun Jimin tidak kunjung menjawab. "Aku memintamu untuk bergeser sedikit. Apa susah bagimu untuk menurutinya?"

Jimin terkekeh berat. "Apa yang akan kudapatkan setelah itu?"

Pertanyaan sederhana itu malah membuat Yoongi merasa kepalanya berat. Menerima perintah–menuruti–lalu apa lagi? bukankah tidak ada lagi selain itu?

"Haha... bahkan orang buta tahu jawabannya tapi hyung tidak."

Biasanya Yoongi tidak akan membiarkan cemoohan orang lain menembus organ telinganya sampai mencapai hatinya. Namun kali ini tiba tiba ia merasa harga dirinya patah dengan mudah hanya karena sebuah pisau buah.

"Lalu apa yang kau inginkan?" Yoongi berkata dengan nada datar dan lirih namun sebenarnya penuh syarat akan rasa kesal dan marah.

"Mungkin... hanya hal sederhana...."

Selama mengenal seorang Jeon jimin yang tercatat sebagai matenya, Yoongi merasa tidak cocok dengan pria tersebut dan tidak pernah menaruh kepercayaan yang tinggi terhadapnya. Sekarang dia menganggap Jimin hanya sedang melantur atau mungkin pria itu baru saja meneguk alkohol kadar tinggi, jadi dia memilih menutup mulutnya.

HANDSOME VAMPIRE & CUTE BUNNY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang