"Hai, semestaku. Apa kabar ?"
.
.
.Hujan? pikirku. Aku mendengar tetesan air jatuh ke tanah. Aku menoleh sebentar, lalu menghela napas. Ditemani dengan secangkir coklat panas yang masih mengepul, aku bersandar pada kasur ranjangku sambil termenung.
Aku tidak baik-baik saja.
Sesungguhnya, aku tidak pernah baik-baik saja.
Hati yang tidak sanggup melepas rasa, walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.
.
.
.London,
Spring 2019..
Mataku terbelalak. Jam dindingku menunjukkan pukul 08.45 pagi.
Shit.
Tanpa membuang waktu, aku segera mencari-cari baju untuk kupakai. Tidak ada waktu lagi untuk mandi. Nanti kupakaikan minyak wangi saja.
Aku berlarian keluar dari condominiumku. Hari ini adalah yang kesekian kalinya—aku sudah tidak dapat mengingatnya sama sekali sangking banyaknya.
Aku adalah seorang fotografer freelance yang sedang naik daun. Bukannya sombong, tetapi memang benar begitu faktanya.
Banyak sekali orang yang menekuni bidang pekerjaan ini, namun tidak banyak yang terkenal. Jika hasil pemotretanku tidak sebagus itu, aku tidak akan sesibuk ini sekarang.
Aku berlarian menuju tempat pemotretan. Aku baru saja teringat bahwa jarak dari condo-ku menuju tempat pemotretan lumayan jauh.
Seketika aku ingin merutuki sifat pelupaku.
Aku. Punya. Mobil
Ada apa denganku? Mengapa aku dapat melupakan kendaraan yang kubeli sendiri minggu lalu?
Oh Tuhan, ampunilah kebodohan hambamu hari ini.
Jika ada orang yang ingin menguburkanku ke dalam tanah hidup-hidup saat ini, aku akan mengiyakannya dengan senang hati.
Aku tidak punya banyak waktu lagi. Dengan terpaksa, aku tetap berlari ke tempat pemotretan dengan berat hati. Anggap saja hari ini aku sial.
Belum lama berlari, aku sudah merasakan rasa sesak di dada. Semenjak aku bekerja dalam bidang ini, aku memang jarang—ralat, tidak pernah olahraga. Menurutku, kesibukanku sebagai fotografer freelance sudah membuatku sangat lelah. Aku merasa lebih baik waktu luangku dipakai untuk tidur.
Aku tidak pernah merasa semenyesal ini untuk tidak pernah melakukan olahraga. Sekarang aku merasa sangat kesal.
Tak lama, aku merasakan tumpahan kopi panas terhadap tubuhku.
Oh great. Kesialan beruntun?
"Oh my God. I'm so sorry."
Rasa amarahku sudah sampai ubun-ubun, namun masih dapat aku tahan. Dengan halus, namun tersirat kekesalan aku berkata, "It's okay. Ini dapat dibersihkan, kok."
Aku menghela napas. Melihat noda tumpahan kopi yang begitu pekat di bajuku, aku yakin ini akan sangat sulit untuk dibersihkan.
Jika ada orang bertanya bagaimana hariku saat ini. Aku akan menjawab, "Today's great. Really really greaaat."
I'm so fucked up I don't know what to do anymore this time.
Aku mengadahkan kepalaku. Ternyata yang kutabrak adalah seorang pria.

KAMU SEDANG MEMBACA
coincidental | taynew
Romantik𝖈𝖔·𝖎𝖓·𝖈𝖎·𝖉𝖊𝖓𝖈𝖊 /𝖐ōˈ𝖎𝖓𝖘ə𝖉ə𝖓𝖘/ 𝕬 𝖗𝖊𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖇𝖑𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖈𝖚𝖗𝖗𝖊𝖓𝖈𝖊 𝖔𝖋 𝖊𝖛𝖊𝖓𝖙𝖘 𝖔𝖗 𝖈𝖎𝖗𝖈𝖚𝖒𝖘𝖙𝖆𝖓𝖈𝖊𝖘 𝖜𝖎𝖙𝖍𝖔𝖚𝖙 𝖆𝖕𝖕𝖆𝖗𝖊𝖓𝖙 𝖈𝖆𝖚𝖘𝖆𝖑 𝖈𝖔𝖓𝖓𝖊𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓. . WARNING ! There will be some mature...