XVI. Terbalas

2.7K 356 77
                                    

"Ck !" decak Kayavine. Ia memijit kepalanya yang berkedut. Kayavine sudah tahu bahwa hal ini tidak akan mudah, namun ia tidak berpikir bahwa New akan langsung pergi seperti itu. Rencananya berantakan.

"Told you," ucap seseorang. Kayavine menatapnya datar, kemudian memalingkan kepalanya dan berusaha untuk tidak peduli. Orang tersebut kemudian menghampiri Kayavine dan duduk di hadapannya. "Kau gagal."

"Aku tidak butuh pujianmu," sarkas Kayavine. "Dan jangan ganggu aku, Krist."

Krist memangku wajahnya dengan telapak tangannya sambil terkekeh. "Aku-menurut padamu ? Jangan mimpi."

"Bukannya jadwal dokter biasanya padat ? Aku tidak tahu kamu tidak laku."

"Bangsat," desis Krist kesal. "Kau yang kurang kerjaan."

"Apanya ?"

"Mengungkit hal yang sudah berlalu terus. Bagaimana orang tidak risih ?"

"Kerjaanmu juga mengurusi hidup orang lain terus. Menurutmu aku tidak risih ?" balas Kay sengit.

Kayavine langsung beranjak pergi dari tempat duduknya, meninggalkan Krist yang speechless. Ia langsung merogoh ponselnya dari saku celana dan menghubungi seseorang.

"Cari lokasi New Thitipoom," ujar Kayavine dingin. "Beritahu aku secepatnya."

.

Sepanjang hidupnya, Tay tidak pernah merasa se-random ini.

New bersenandung dengan senang, matanya terlihat semangat walaupun ada kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.

Tay teringat dengan New yang mendadak berada di depan gedung kantornya, kemudian langsung menjadikannya supir untuk membawanya pergi.

Apa Tay merasa keberatan ? Tentu saja tidak.

Selama New Thitipoom senang, Tawan Vihokratana pun senang.

Tay sudah berindikasi budak cinta akut memang.

"What has gotten into you ?" tanya Tay penasaran. Ia tidak oernah melihat New yang bertindak impulsif sebelumnya, dan ini merupakan hal baru bagi Tay.

"Bukannya aku sudah bilang ? Aku ingin saja," balas New. "Mungkin."

Tay menaikkan salah satu alisnya. "This is all so sudden."

"Yeah, I know." ujar New sambil menatap Tay, "Feels fun, right ?"

Tay mengganguk, ia memutuskan untuk tidak mempermasalahkan tindakan sahabatnya hari ini. Apa pun akan Tay lakukan demi seulas senyuman dari New.

"Tay ?" New memanggil namanya.

Tay langsung menoleh, kemudian menjawab. "Hm ?"

"Aku tidak membawa baju ganti."

"Aku juga."

"Aku juga tidak membawa apapun," tambah New lagi.

"Kamu bisa pakai black card milikku terlebih dahulu. Everything's alright," ucap Tay santai.

"Te."

"Yes ?" Tay menjawab ragu. New memanggilnya apa tadi—Te ?

"Look at me."

"Ha—" Klik. Suara jepretan kamera terdengar. New menyeringai senang. Ia langsung menurunkan kameranya dan melihat hasil potretnya.

"Kamu sengaja banget, ya ?" New menyengir, dan segera memposisikan kembali kameranya.

coincidental | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang