XXIX. Hug Me Tight

3K 298 107
                                    

Pagi masih belum tiba, namun Tay mendapati seseorang mengedor-ngedor pintu penthouse-nya.

Hei, orang gila mana yang bertamu jam setengah lima pagi ? Tay mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal. Mukanya kusut. Waktu tidurnya—yang sudah sangat kurang—terganggu. Kakinya berjalan menuju pintu, dan mulutnya sudah siap mengeluarkan serangkaian kata kasar kepada manusia sialan yang akan ditemuinya nanti. 

Tay membuka kenop pintu. "Bajingan mana yang bertamu sepagi in—tidak ada orang ?" Kepalanya menoleh ke sana ke mari. Tidak ada siapa-siapa, hanya kegelapan. Dahi Tay mulai mengerut. Ada orang iseng ?

Seharusnya itu tidak mungkin terjadi. Gedung yang ia tinggali dijaga sangat ketat oleh para penjaganya. Kecuali, yang mengetuk pintunya memang orang yang para penjaga tersebut kenal. Seperti New, mungkin ?

"U-uncle Tay ?" Suara anak kecil memanggil namanya. 

Tay menunduk. Matanya membeliak lebar ketika melihat seorang anak kecil yang dikenalnya. "Chimon ? Kenapa kamu ada di sini ?" 

"Uncle Off mengantarku ke sini. Katanya Uncle Tay yang akan menjagaku hari ini," cicit Chimon takut-takut. Mimik wajah Tay saat membuka pintu sedikit seram untuknya. 

"Off ? Dia tid—" Ponsel Tay berdering. "—kamu masuk dulu saja. Uncle angkat telepon dulu," ujar Tay sambil mempersilahkan Chimon masuk. "Halo ?"

"Tay, aku titip Chimon hari ini, ya !" ucap Off di seberang telepon. 

"BEDEBA—" Secara refleks, Tay langsung menutup mulutnya. Dia tidak mau kelepasan berbicara kasar di depan anak kecil. Kakinya melangkah menuju balkon, menjauhi Chimon yang masih duduk manis di atas sofa miliknya. "Kenapa kau menitipkan keponakanmu di rumahku ?! Off, please. Jam segini ?"

"This is urgent," jawab Off tenang. "Aku mengedor pintumu berkali-kali tetapi kau tidak bangun. Ya sudah, Chimon aku suruh tunggu sebentar di depan sana."

"You're fucking insane," desis Tay. Seorang paman meninggalkan keponakannya sendiri di depan pintu rumah orang lain ? Bagus sekali. "Di mana kakakmu ? Kenapa tidak dikembalikan saja ?"

"Dia sedang re-honeymoon—tidak bisa diganggu gugat. She isn't in London either," ujarnya. "Ayolah, aku ada jadwal penerbangan satu jam dari sekarang. Perusahaan. Tidak bisa bawa anak kecil. Rumah kosong. Tidak ada yang menjaga. Chimon sendirian."

Tay terdiam sesaat. "Fine. Kapan balik ?"

"Besok. Tay, kasih ponselnya ke Chimon. Aku belum kasih dia amanat," Off berucap. 

Tay menghampiri keponakan sahabatnya, lalu menjulurkan ponsel. "Uncle Off ingin berbicara dengan Chimon."

"H-halo ?" kata Chimon sambil menekan tombol pengeras suara.

"Maafkan Uncle, ya. Uncle punya urusan mendadak hari ini," ucap Off lembut. Tay melotot. Off berbicara dengan lembut—sangat lembut. Wow, sahabat sehidup sematinya yang menyebalkan bisa berbicara seperti ini juga ? Tay bersyukur dunia belum kiamat. "Chimon harus jadi anak yang baik, okay ?"

"Iya, Uncle. Chimon janji. Jangan lupa bawa oleh-oleh buat Chimon, ya ?"

Suara kekehan Off terdengar cukup keras. "Alright. Nanti Uncle bawa banyak makanan dari BangkokUncle tutup dulu teleponnya, ya ? Besok kita ngobrol lagi."

"Dadah, Uncle !" Chimon berkata dengan ceria. 

"Dadah," Off memutuskan hubungan telepon. Chimon mengembalikan ponselnya kepada Tay, kemudian mengucapkan terima kasih. 

coincidental | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang