XXVI. Loved and Desired [18+]

4.8K 347 86
                                    

Badannya sulit sekali digerakkan. Tay mengerang pelan begitu bangun dari tidurnya. Kepalanya terasa amat berat dan tubuhnya pun mengalami reaksi yang sama. Matanya memincing untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke dalamnya.

"How's your sleep, Sleeping Beauty ?"

Tay merasakan pergerakan lembut pada kasurnya. New sedang duduk di sampong ranjangnya, kemudian menyentuh wajahnya dengan lembut. Tay selalu menyukai sensasi ketika New membelai wajahnya pelan dengan penuh perasaan.

"Kamu masih lelah ? Masih ingin tidur lagi ?"

"Aku..." Tay mencoba bangkit, namun rasa sakit di kepalanya tidak membiarkannya. Dahinya mengerut ke bawah, menahan denyut kepalanya dengan sekuat tenaga. "...tidak apa-apa."

"Liar," New mengambilkan segelas air dan mengulurkannya kepada Tay. "Minum dulu. Sakit saja masih ngeyel."

"How long have I slept ?" tanya Tay sambil berbaring kembali.

"Dua puluh jam," New mengira-ngira. "Persis koala. Lalu—bagaimana dengan kepalamu ? Masih sakit ?"

"Tidak seberapa—duh," ringis Tay. Kepalanya berdenyut lagi.

Sakitnya bukan main. Rasa stress, kurang tidur, dan aktivitas yang ia lakukan selama seminggu penuh telah menguras dirinya sampai ke tulang. Alhasil, ia tidak dapat melakukan apapun sekarang, kecuali berbaring tidak berdaya di tempat tidur dengan New yang menjaganya.

"Ini," New mengulurkan sebuah tablet kecil di tangannya. "Obat migrain."

"Thanks. I really need this," ucap Tay, kemudian meminum obat tersebut.

"Tidurlah kembali. Aku akan pergi sebentar untuk membeli sesuatu," New kemudian bangkit dari sisi samping kasurnya, namun pinggangnya ditahan oleh Tay terlebih dahulu.

"Don't go."

Ia tidak ingin ditinggal sendirian. Kesesakan selalu menghampiri hatinya ketika kesendirian itu datang.

New mencoba melepaskan tangan Tay dari pinggangnya, namun tidak berhasil. Sebegitunya Tay tidak mau ditinggal sendirian ? Jika dalam keadaan sekarat Tay masih dapat menahannya sekuat ini, New tidak dapat membayangkan seberapa besar tenaga Tay ketika ia sehat kembali nanti.

"Alright." Pada akhirnya, New memutuskan untuk mengalah. "Dasar bayi besar yang manja."

"Hug me," Tay menarik New hingga jatuh ke rengkuhannya, lalu memeluk New dengan erat di atas kasur dan mengerang. "Kamu selalu nyaman buat dipeluk—tunggu, hari ini hari apa ?"

"Jumat. Aku sudah memberitahu sekretarismu kalau kamu cuti hari ini," ujar New santai. "Tenang saja, semua pertemuanmu sudah dijadwalkan ulang. Tidak usah khawatir."

"Bukan itu. Bukannya hari ini kamu harus pergi ke luar kota—"

"Aku cancel," potong New. kemudian kedua lengannya melingkar pada pinggang Tay yang ramping. "Aku tidak bisa meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini."

"I'm sorry for troubling you," Tay mengecup kening New sebagai permohonan maaf. "Apa kamu tidur semalam ?"

"Tidur—di sofa. Aku tidak ingin mengganggumu terlebih dahulu." New membalasnya dengan kecupan ringan di hidung Tay. "You're not troubling me at all, dear."

"New, tentang yang kemarin..." Tay memainkan helaian rambut New yang terasa lembut. "...aku juga minta maaf. I shouldn't have shouted at you."

"I'm sorry for that too. Aku yang melempar ponselmu duluan."

coincidental | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang