XI. Triggering and Realisation

2.9K 350 28
                                    

Matahari sudah menjulang tinggi. Sinarnya menyeruak ke jendela kamar Tay, namun keduanya masih terlelap dalam pelukan masing-masing.

Tay-lah yang pertama kali membua mata. Ia mengedip-ngedipkan mata untuk menyesuaikan cahaya mentari yang masuk. Ia bergerak menjauhkan badannya, menengadah ke bawah, menatap New yang masih tertidur nyenyak.

Tay menyibak poni New, menyentuh dahinya—memeriksa suhu tubuh New. Panas tubuhnya sudah mereda.

Tay bangun dari kasur, berjalan menuju dapur untuk mengambil air. Ia berjalan sambil meregangkan otot tubuhnya yang pegal karena tidur semalaman dengan posisi saling menindih satu sama lain, lalu bergerak mencari ponsel yang kemarin ia lempar begitu saja.

Ponselnya ditemukan dalam keadaan mati. Tangannya direntangkan untuk mengambil charger untuk mengisi baterai ponsel. Sambil menunggu, ia segera mengambil handuk dan memutuskan untuk mandi.

Beberapa saat kemudian, suara gemercik air dari kamar mandj membuat New mulai terbangun. Tak ingin diganggu, New mengambil bantal di samping dan menaruhnya di atas kepalanya, meredam suara bising dari telinganya.

"Berisik banget," lirih New. Suara gaduh tersebut masih terdengar dengan jelas. Ia tidak bisa tidur dengan keadaan berisik. New juga sering terlambat bangun di hari kerja karena suara ramai dari unit kondominium sebelah.

Tak lama kemudian, Tay keluar dari kamar mandi dengan keadaan telanjang dada dengan handuk yang menggantung di pinggulnya. Tay menyibak rambutnya yang masih basah, kemudia ia melangkah ke kamarnya dan membuka gorden.

"Wake up, sleepyhead." Tay mengguncang badan New. Ia menepuk bantal yang berada di atas wajah New, sehingga New mengerang. New berniat untuk memukul Tay kembali, namun Tay sudah menghindar duluan sehingga tangannya hanya memukul udara.

"Aku masih mengantuk—kamu pergi sajaaa," erang New sebal. Sedari tadi Tay berusaha melepaskan bantal yang berada di atas wajahnya tanpa kenal lelah.

Tay berhasil mengambil bantal tersebut dari New. Walau begitu, New sama dekali tidak berniat untuk bangun. Ia malah membalikkan posisi berbaringnya untuk menghalau sinar matahari yang masuk ke matanya.

Tay berkacak pinggang sambil mengatur napasnya. "Ini sudah tengah hari, New. Nanti kamu tidak bisa tidur nanti malam."

New tidak mengindahkan perkataannya. Tidak kehabisan ide, Tay merentangkan tangannya dan mulai bergerak menusuk-nusuk pinggang New. Tidak melihat adanya reaksi dari New, ia mulai menusuknya lebih keras.

"That won't work for me, duh." New membalikkan badan. Ia menarik selimutnya kemudian menunjuk ke arah gorden. "Sekalian kamu tutup gordennya."

Tay mendecih. Tentu saja ia tidak akan melakukan permintaan New. Ia tidak pernah tahu bahwa New susah sekali dibangunkan. Kali ini, Tay menggunakan kakinya untuk mendorong badan New yang sayangnya sama sekali tidak bergeming dari posisinya.

"Kamu batu atau apaan sih ? Susah sekali dibangunkan," Tay frustrasi.

"Kamu saja yang lemah," ujar New asal.

"Oh begitu," ucap Tay bernada. Tay menunduk mendekati wajah New kemudian meniup telinganya. New bergidik dan langsung menjauhkan kepalanya.

Tay menyeringai. Ia malah semakin menjadi-jadi. "Ayo sekarang bangun !"

Karena tidak nyaman, New mulai membuka matanya dan mendorong Tay, memintanya berhenti. Melihat Tay hampir terjungkal, mata New langsung membola dan refleks menahan badan Tay agar ia tidak terjatuh.

Tangannya menahan pinggang Tay yang tidak tertutupi sehelai kain pun. Tay berada di atasnya dengan jarak wajah yang begitu dekat dengannya, bahkan New dapat mencium wangi mint dari sampo yang Tay pakai.

coincidental | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang