He's back.
Selama tiga tahun terakhir, New sudah berusaha keras untuk berlari dari noda kelam hidupnya.
Kecacatan yang telah membuatnya jatuh dalam lubang tidak berdasar. Hidupnya yang ia bangun lebih dari dua puluh tahun, meninggalkan luka yang masih berbekas hingga sekarang.
New tidak bergeming ketika melihat Kayavine tertangkap dalam penglihatannya. Ia hanya berdiri, napasnya tercekat, dan matanya membeliak lebar—dalam mimpi maupun kenyataan. New sama sekali tidak bisa mengendalikan reaksi tubuhnya. Ketakutannya telah menelan dirinya bulat-bulat, mengekangnya hingga tidak berdaya.
Sekarang, Tuhan telah memutuskan untuk mempertemukan dirinya dengan sumber ketakutannya kembali. Rasanya New ingin menghilang saja.
Kayavine menatapnya dengan tersenyum ramah. Bukannya membuat New tenang, jantungnya malah berdegup lebih keras. Kemudian Tay ikut menoleh ke arahnya, melihat wajah pucat New yang memancarkan ekspresi tegang. Wajah Tay langsung dipenuhi dengan tanda tanya, namun ia tidak bertanya kepada New secara gamblang.
Off menyuruh semua stafnya untuk kembali bekerja, dan berbincang dengan Tay dan Kayavine untuk berdiskusi lebih lanjut tentang kerja sama yang mereka jalankan. New berjalan membelakangi mereka, kemudian mengambil kameranya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Lawan, New. Dia tidak boleh menghancurkanmu lagi, batin New. Kau tahu bahwa kau tidak bisa menghindarinya untuk selamanya.
Ia memejamkan matanya, kemudian memfokusnya dirinya terhadap syuting. Ia berusaha untuk mengalihkan pikirannya dengan berbincang dengan banyak staf, serta bercanda ria dengan para model yang sedang dirias, ataupun memeriksa hasil potret yang ia abadikan selama ini. Mungkin orang-orang melihatnya sedikit aneh hari ini, namun New sama sekali tidak peduli. Apapun ia lakukan agar dirinya sama sekali teralihkan.
Semuanya berjalan lancar, sampai Kayavine yang mendatanginya sendiri.
"New," sapanya. New hampir saja terperanjat. Kemudian ia menoleh ke arah Kayavine yang tidak lelah tersenyum sejak datang.
New tersenyum kikuk, merasa tidak nyaman dengan kedatangannya. Here we go, again. "Ya ?"
Apa lagi yang ingin dia lakukan ?
New menanti-nanti ragu. Tidak disangka-sangka, Kayavinemalah berkata, "I'm sorry for yesterday. Aku tidak menyadari bahwa kamu tidak nyaman denganku."
New tidak menjawab. Really ?
Setelah semua yang kau lakukan kepadaku ?
New tidak nyaman dengan senyuman Kayavine yang terus-menerus diperlihatkan kepadanya. Sorot matanya menatap New tanpa berkedip, siapapun akan merasa risih jika ditatap seperti itu.
New segera ingin jauh-jauh darinya. "It's okay," ujar New—akhirnya. "Tidak usah dipermasalahkan."
"Kalau begitu—"
"New ?" panggil Tay. Tay datang menghampiri mereka, kemudian ia menyadari ada seseorang berdiri di sebelah New, mengangkat alis. "Kalian sedang mengobrol ?"
"Sudah selesai, kok," ucap New dengan cepat, kemudian ia memalingkan wajahnya ke Kayavine dan berkata. "Let me excuse myself, aku masih ada urusan."
New langsung melenggang pergi. Tay menatap Kayavine, kemudian berceletuk. "Sepertinya kalian sudah kenal lama, ya ?"
"Sort of," balas Kayavine. "We're ex-bestfriends."
Tay tidak terlalu terkejut. Ia sudah menduga-duga siapa sosok Kayavine terhadap New, walaupun ia tidak pernah mengira bahwa New begitu dekat dengannya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
coincidental | taynew
Romance𝖈𝖔·𝖎𝖓·𝖈𝖎·𝖉𝖊𝖓𝖈𝖊 /𝖐ōˈ𝖎𝖓𝖘ə𝖉ə𝖓𝖘/ 𝕬 𝖗𝖊𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖇𝖑𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖈𝖚𝖗𝖗𝖊𝖓𝖈𝖊 𝖔𝖋 𝖊𝖛𝖊𝖓𝖙𝖘 𝖔𝖗 𝖈𝖎𝖗𝖈𝖚𝖒𝖘𝖙𝖆𝖓𝖈𝖊𝖘 𝖜𝖎𝖙𝖍𝖔𝖚𝖙 𝖆𝖕𝖕𝖆𝖗𝖊𝖓𝖙 𝖈𝖆𝖚𝖘𝖆𝖑 𝖈𝖔𝖓𝖓𝖊𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓. . WARNING ! There will be some mature...