XXXVIII. Memanusiakan Diri Sendiri

1.6K 175 72
                                    

"How do you know that I'm here?" tanya Tay.

.

New awalnya tidak ingin meninggalkan Kayavine dan Namtan sendirian.

Namun, New memilih untuk melarikan diri ke stasiun kereta terdekat lalu memesan tiket menuju Bristol, yang hanya berdurasi sekitar satu setengah jam untuk tiba. 

Now what?

Tay hanya mengirimkan sebuah pesan singkat berupa screenshot peta GPS tanpa penjelasan apapun yang menyatakan dirinya berada di Inggris bagian Tenggara tanpa lokasi spesifik.

Sepertinya New sudah sedikit sinting.

Gara-gara dia.

"Thanks," ucap New begitu sang penjual makanan. Padahal perutnya masih kenyang karena ajakan makan dessert beberapa jam yang lalu, namun tetap dibeli.

Kroket kentang panas di udara sedingin ini? New membatin. Ini tidak akan tahan terlalu lama.

"Boleh kubeli payungnya?" New segera membayar sejumlah uang setelah melihat anggukan.

Ini di mana? Kecerobohan yang kesekian kalinya, New tidak ingat stasiun mana yang ia tuju karena terburu-buru. Setelah berkeliling sebentar, matanya menangkap papan petunjuk di seberang jalan, bertuliskan—

"Clifton ...Brigde Railway Station." New menggumam pelan.

Suasana stasiun terlihat sepi. Ia beruntung karena menumpangi kereta terakhir menuju ke tempat ini, akibat hujan salju lebat mendadak. Pemuda manis itu merapatkan jaket Tay yang membalut tubuhnya, berusaha menahan rasa hangat yang rentan pergi. Embun napas menguar bebas, berhembus kencang udara di udara dingin.

Jangankan mendapatkan kehangatan, menahan dinginnya Bristol saja New tidak kuat. 

Musim dingin tahun ini terlalu kejam. Ini adalah salju pertama di Inggris dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kakinya melangkah pelan-pelan dengan payung yang ia pegang gemetaran. 

What am i doing? Tay tidak bilang secara jelas bahwa dirinya berada di Bristol—ada kurang lebih empat kota yang berdekatan di bagian Inggris Tenggara—dan dia jalan kaki. Serta, tidak ada satupun mobil pun yang lewat di cuaca seperti ini.

Aku sudah ada di sini, New memerhatikan tudung payung transparannya yang mulai diselimuti salju. Tidak ada waktu untuk menyesal

Jikalau sekarang ia menelpon Tay pun, belum tentu akan diangkat. Melihat situasi yang ia hadapi beberapa jam yang lalu, New masih tidak bisa menata keberantakan hati. 

Rasa campur aduk yang New rasakan tertuang dalam setiap langkah kakinya. New beruntung—ia sedang memakai sepatu kulit, sehingga bagian dalam kaki tidak basah terkena lelehan salju. New menoleh ke sekitar, melihat warna putih bersih mendominasi di sekelilingnya, serta perhatiannya terfokus pada sebuah jembatan besar tidak jauh dari tempat dia berdiri.

 New menoleh ke sekitar, melihat warna putih bersih mendominasi di sekelilingnya, serta perhatiannya terfokus pada sebuah jembatan besar tidak jauh dari tempat dia berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
coincidental | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang