IX. Hickeys

3.1K 346 30
                                    

Tay mengambil beberapa pakaian dari penthouse-nya.

Sebuah pakaian terlempar tepat pada wajah New sehingga membangunkannya ketika ia sedang tertidur pulas. New mengucek-ngucek mata dengan kesal "Apa-apaan sih, Tay !"

Tay buru-buru masuk ke dalam mobil dan memakai sabuk pengamannya kembali. "Buat kamu ganti baju. Masa kita pakai baju yang kemarin ?"

New menatap pakaian yang berada di tangannya. "Dimana aku bisa ganti baju ? Harusnya kamu bangunkan aku biar sama-sama naik ke penthouse kamu."

"Lho, kamu kan bisa ganti di mobil," Tay mengemudikan mobilnya menuju kantor Off. Lagipula membangunkan kamu lebih susah daripada mendengarkan ocehan Off selama dua jam.

"HAH," New berseru dengan kaget. "Tidak mau. Nanti orang-orang lihat."

"Newwie-ku sayaangg." Sekarang Tay rasanya gemas sekali. "Siapa yang mau lihat badan kamu di sini ? Orang-orang mana peduli kalau kamu mau strip dance di jalan juga."

New mendecak. "Jahat sekali. Aku sudah bilang jangan panggil aku seperti itu."

"Why not ? It's a cute nickname, tho."

"It's not cute when the one that you called is a bulky man." New mendengus. Ia sudah lelah bercecok dengan Tay tentang nama panggilan kesayangan untuknya itu. Bukannya tidak suka, hanya saja ia sebal karena semenjak Tay mengatakan panggilan sayangnya itu semua orang mulai meledeknya.

Sontak, New mendapat ide. "Aku juga punya panggilan baru buat kamu."

Tay tertarik mendengarkannya. "Apa ?"

New tersenyum polos-diam-diam tertawa dalam hati. "Mas Tay ?"

Untung saja Tay tidak menekan pegas rem secara mendadak terhadap mobilnya. Walaupun raganya tidak menunjukkan reaksi, tidak bisa dipungkiri bahwa ia agak terkejut mendengarnya dari mulut New. "Kamu tahu arti dibalik panggilan itu ?"

"I heard it from my Indonesian friends in University back then," balas New. "Artinya semacam kakak laki-laki, kan ?"

"There is another meaning about that nickname thesedays," Tay melanjutkan perkataannya. "Not gonna tell ya. Sekarang, buruan ganti baju. "

"Tidak sabaran sekali." Walaupun New mendumel sepanjang perjalanan mereka ke kantor, New tetap melakukan hal yang Tay minta. New membuka semua kancing pakaiannya sehingga memperlihatkan seluruh bentuk dan lika-liku tubuhnya.

Tay meneguk ludah. Dirinya teringat kembali kejadian semalam—EHHH JANGAN PIKIRKAN ITU.

Tay sangat tahu bahwa New selalu memiliki bentuk tubuh yang bagus. Semalam ia diam-diam ikut merabanya, walaupun Tay tidak ingin mengakuinya.

Bestfriends don't imagine making out with eact other, Tay membatin.

Seriously. Just DON'T

Mata Tay tidak sengaja menangkap memar merah keunguan pada sisi sebelah kanan atas leher New. Tay ingin menggigit jari—Oh Lord, he fucking did that.

New menyadari bahwa Tay bertingkah aneh dari tadi. "Kamu kenapa, sih ?" tanya New sambil mengancingkan pakaiannya.

"Tidak apa-apa," Tay membelokkan mobilnya menuju parkiran kantor Off. Ia memakirkan mobilnya dengan cepat dan membuka sabuk pengamannya. "Cepatlah, New."

"Sabar sedikit. Kamu bawa mobilnya kasar, sih." New bersungut. "Kancing bajunya susah dilekatkan."

Tay mendecak. Ia malas jika mendapat ceramah tidak berguna dari Off selama berjam-jam. Orang lain tidak pernah mendapatkannya—hanya dirinya. Dasar pilih kasih.

coincidental | taynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang