Pluem dan Chimon, dua anak kecil yang terdampar dalam realita hidup Tay dan New hari ini. Jika ditanya bagaimana keduanya dapat datang secara bersamaan—entahlah, hanya alam semesta yang tahu.
Kedua bocah ini memiliki pribadi yang hampir bertolak belakang. Pluem yang aktif dan jahil, kekacauan yang ditimbulkan olehnya membuat kedua orang dewasa di hadapannya hampir berteriak frustrasi. New masih meratapi kulkasnya yang tidak mau menyala. Stop kontaknya rewel karena kebasahan. Sedangkan Tay, terik matahari yang mengenainya hampir membuatnya jatuh terlelap begitu memasuki ruangan yang dingin.
Chimon sedari awal tidak banyak berbicara. Tangannya masih menggenggam erat jari Tay, dan masih sedikit malu terhadap Pluem dan New. Tay adalah orang yang paling dikenalinya saat ini, dan dirinya pun masih sungkan untuk bertindak sebebasnya. Chimon hanya butuh waktu untuk terbiasa dengan lingkungan yang baru ini.
"Kak, Pluem mau yang ini, ini, dan ini !" kata bocah yang lebih tua sambil menunjuk gambar-gambar makanan yang berbeda. "Boleh, kan ?"
"Boleh," ucap New ceria. "Chimon ingin yang mana ?"
"Eh ? Chimon boleh memilih ?" Bocah yang lebih muda mengerjap-ngerjapkan mata dengan cepat, membuatnya terlihat imut sekali.
"Why not ?" Kali ini Tay yang bertanya. Menurutnya, Chimon dan Off itu terlalu berbeda untuk dikatakan sebagai sebagai dua orang yang memiliki hubungan darah. Chimon terlalu canggung, anak ini takut orang-orang merasa dirinya melewati batas atas tindakan yang ia lakukan. "Pilih yang kamu suka, Chimmy."
Sedangkan Off, sang sahabat yang selalu bertindak semaunya. Lihat saja drama subuhnya. Sungguh menyenangkan memang berteman dengan titisan dajjal satu ini.
"Kalau begitu, apa Chimon boleh memilih yang ...ini ?" tanyanya pelan sambil menunjukkan gambar menu macaron cokelat kepada Tay dan New.
"Kamu cuman pilih satu ?" tanya New lagi. "Tay di sini uangnya masih banyak, tenang saja."
Tay menoleh ke arah New, melotot. "Aku ?" Dia bahkan tidak suka makanan manis ! Hanya New dan Pluem yang sedari awal sudah pesan macam-macam. Tidak cuman macaron—molten cake, es krim gelato, brownies, cookies, dan masih banyak lainnya.
"Bercanda," ujar New sambil menyengir lebar. "Kamu tidak mau pesan ?"
"Peach tea-nya satu." Tay merasa dirinya sudah kenyang membayangkan pesanan oleh kedua pemuda berkulit putih di hadapannya. Makanan kelebihan gula itu tidak baik untuk kesehatan keduanya. Tay tidak ingin kekasihnya terkena diabetes dini.
Bajunya ditarik pelan oleh Chimon. "Uncle, Chimon mau yang ini." Tangannya menunjuk pada gambar sepotong cheesecake yang cukup besar.
"Bilang saja sama kakak yang disana," Tay menunjuk New. "Pasti dibolehin. Kak New orangnya baik banget, lho." Tay pernah membaca suatu buku taktik 101 menghadapi anak yang pemalu; diantara semuanya, cara paling efektif adalah dengan memberikan arahan. Karakter anak yang terlalu pemalu sejak dini tidak baik untuk dipertahankan. Pada saat dewasa nanti, sikap tersebut akan terus terbawa, dan terkadang akan sulit berhubungan dengan orang baru. "Kamu hanya perlu bertanya."
"Hm ? Ada apa, Chimon ?" kata New ceria begitu Chimon memanggil namanya, walaupun hampir tidak terdengar. New paham sekali, saat dia kecil pun pernah melewati masa-masa yang terlalu malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Hanya saja Ayah dan Ibunya dulu tidak pernah terlalu mempermasalahkannya, sampai akhirnya New berubah dengan sendirinya. "Mau pesan yang cheesecake ? Boleh."
"Thank you," ujar Chimon senang, melihat senyuman New yang menyambutnya dengan hangat. Menurutnya, New adalah sepersekian persen dari seluruh orang yang dikenalnya yang tersenyum dengan begitu tulus. "Kakak harus terus tersenyum."

KAMU SEDANG MEMBACA
coincidental | taynew
عاطفية𝖈𝖔·𝖎𝖓·𝖈𝖎·𝖉𝖊𝖓𝖈𝖊 /𝖐ōˈ𝖎𝖓𝖘ə𝖉ə𝖓𝖘/ 𝕬 𝖗𝖊𝖒𝖆𝖗𝖐𝖆𝖇𝖑𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖈𝖚𝖗𝖗𝖊𝖓𝖈𝖊 𝖔𝖋 𝖊𝖛𝖊𝖓𝖙𝖘 𝖔𝖗 𝖈𝖎𝖗𝖈𝖚𝖒𝖘𝖙𝖆𝖓𝖈𝖊𝖘 𝖜𝖎𝖙𝖍𝖔𝖚𝖙 𝖆𝖕𝖕𝖆𝖗𝖊𝖓𝖙 𝖈𝖆𝖚𝖘𝖆𝖑 𝖈𝖔𝖓𝖓𝖊𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓. . WARNING ! There will be some mature...