BokuAka(2),TsukiKage(3), OiKage(2)

1.4K 127 20
                                    

'Peluk'

BokuAka x TsukiKage x OiKage,.. bonus

Tiga cerita singkat dalam judul yang sama ,~~~~

.
.
.
.
.

BokuAka

Hari ini bertepatan dengan hari meninggalnya ibu akashi yang sudah meninggal karena sebuah kecelakaan 2 tahun yang lalu.

Seperti biasa akashi selalu saja bersedih ketika hari itu tiba. Ia adalah seorang ibu yang bagaimana juga berpengaruh besar dalam kehidupan akashi. Sungguh, entah sudah beberapa kali akashi merasakan rasa sedih dan kehilangan ini, setiap hari itu tiba, perasaan akashi tidak pernah berubah.

Akashi lagi lagi mengacaukan permainan voli. Meskipun ia masih saja berwajah datar dan sama sekali tidak menampakkan masalah. Akashi meminta maaf lagi lagi, ia disuruh beristirahat, sosok bersurai hitam itu. Memilih menyendiri di belakang taman. Disana sepi karena semua orang sudah pulang, hanya ada klub voli yang berjalan hingga sore hari.

Akashi duduk di atas kursi dekat sana. Memandangi dedaunan hijau disana. Semua kenangan dan memori sosok bersurai hitam panjang itu kembali muncul. Akashi merasakan rasa sakit setiap mengingat ingatan itu lagi lagi. Akashi menahan sekuat tenaga, ia tidak mungkin menangis. Sudah besar juga, seharusnya ia lebih jantan dan tidak lagi cengeng.

"Akashi?, Sudah kuduga kau disini" suara familiar itu. Air mata akashi sudah sampai diujung, segera ditahannya lagi saat mendengar suara itu. Ia tidak mungkin menangis di hadapan senpai nya ini.

"Ada apa bokuto?" Tanya akashi. Berusaha mengalihkan pandangan nya. Air matanya belum kering sepenuhnya. Dan matanya masih berkaca kaca. Bokuto duduk di sebelah akashi. Ia mengangkat kedua tangan nya ke atas dengan gembira.

"Akh capek!, Enak ada kau akashi, aku dimarahi terus sama senpai lainnya" seru bokuto. Bokuto selalu ke kanak kanakkan, tidak mungkin ia bisa menunjukkan ekspresi sedihnya itu padanya. Itu memalukan..

"Ahaha, kau seharusnya mendengarkan mereka" seru akashi ia Berusaha menjawab seperti biasa. Tetapi tidak bisa, rasa perih di dadanya serasa muncul lagi dan lagi.

"Akashi!" Bokuto tiba tiba menangkup kedua tangan nya pada pipi akashi. Seketika akashi menatap bokuto. Bokuto terkejut saat akashi berkaca kaca. Akashi mengetahui itu. Ia akan tertawa kan?, Mana mungkin akashi yang selalu diandalkan kini menangis hanya karena hari kematian ibunya kan?

"Akh ma-maafkan aku, kau tidak seharusnya melihat ku seperti ini. Pergilah, nanti aku menyusul" seru akashi. Mengalihkan tatapannya. Tetapi bokuto malah menarik akashi ke hamparan dadanya.

Akashi terdiam. Bokuto memeluk Akashi, satu tangan memegang kepala akashi mengelus nya perlahan dan satu tangannya menekan tubuh akashi agar menempel di dadanya.

"Akashi, kau tidak seharusnya menyembunyikan semua hal sendiri. Aku juga sedih kok kalau ibu meninggal"

"Tidak, aku tidak sedih"

"Jangan berbohong akashi. Aku tau kok. Maka menangis lah. Aku tidak suka melihat akashi seperti ini. Rasanya sakit"

"Bokuto"

Bokuto mengelus kepala akashi perlahan. Akashi perlahan tenang. Rasa hangat menyusup ke dadanya. Tanpa sadar perlakukan bokuto itu membuat warna merah samar menghiasi kedua pipi akashi. Bokuto masih saja tersenyum senyum. Padahal biasanya akashi yang menjaga bokuto. Kini malah bokuto yang membuat dia merasa tenang.

Perkataan nya yang ceplas ceplos itu. Dan juga perlakuannya yang sedikit diluar dugaan. Perlakuan yang kadang kadang lebih dewasa dari akashi sendiri. Akashi perlahan terdiam. Menatap dedaunan cantik yang berterbangan perlahan.
Sangat nyaman..dan hangat

💮🌹Suki Desu🌹💮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang