21)Manis

82 53 5
                                    

"Akhirnya, gue ketemu lagi sama lo." Ujar kevin. Mereka berdua duduk di ruang tamu untuk mengobrol.

"Gue juga seneng bisa ketemu lagi sama lo bang."

"Lo udah baikan?" Tanya kevin.

Seolah mengerti apa yang di katakan kevin, alan mengangguk. "Gak separah dulu. Tapi gue gak tahu, mungkin aja bakal lebih buruk lagi."

"Kalo lo butuh bantuan gue, gue akan selalu ada. Tenang." Sambil menepuk bahu alan menegarkan sosok tersebut.

"Thanks bang. Lo masih aja baik sama gue." Ujar alan.

"So pasti. Best friends gue dari orok." Kekeh kevin.

Alan pun tersenyum mendengar hal tersebut. Kevin pun bertanya kembali kepada alan ,"Orang tua lo gimana? Udah baikan?" Tanya kevin.

"Udah bang. Tapi penyakit bokap gue belum bisa sembuh." Ujar alan sendu.

"Emangnya sakit apa? Nyokap lo bantu ngejagain kan?" Tanya kevin.

"Jantung. Gue gak sudi punya nyokap kaya dia." Ujar alan sinis.

"Kenapa nyokap lo?" Tanya kevin heran.

"Gue benci banget sama dia bang. Dia itu bodoh." Ujar alan menatap lurus kedepan.

"Hah? Emang kenapa anjir? Perasaan dulu tante siska adem ayem aja dah." Ujar kevin keheranan.

"Dia ninggalin bokap gue dan nikah sama orang lain. Dan saat gue pergi ke pesta perusahaan bokap, dia dateng bareng laki-laki yang sudah beristri. Lebih sialnya istri laki-laki itu dateng ke acara pesta perusahaan." Jelas alan.

"Astaga. Maaf lan gue gak maksud bahas masalah ini." Ujar kevin.

"No prob." Ujar alan cuek.

Lalu tiba-tiba tatapan kevin berubah menjadi dingin ,"Lo tau kenapa abigail pingsan tadi?" Tanya kevin dengan tatapan tajamnya.

"Tadi gue pergi buat beli gulali. Saat gue balik, abigail ngeliat gue dengan tatapan aneh dan ーya sambil megang kepala dia. I don't know what happened to her. Tiba-tiba dia ambruk." Ujar alan panjang lebar.

Saat ini alan seperti sedikit kembali ke alan yang ーnormal mungkin?tanpa harus berbicara cuek ke semua orang. Hanya pada kevin saja. Mungkin karena kevin hanya satu-satunya sahabat yang paham betul akan dirinya dan bersikap loyal.

"Gue khawatir sama dia. Lo tau sendiri gue sedeket apa sama dia. Gue udah anggep abigail layaknya adek kandung gue sendiri. Saat gue liat dia sakit kaya gitu. So hurts. Kaya berasa separuh jiwa gue ikut sakit. Oke lo boleh ngatain gue lebay. But, itu kenyataannya." Ujar kevin dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

Sadar matanya hendak menjatuhkan air mata, ia pun mengusap matanya dengan punggung tangannya.

"I know. Dan perlu lo tau juga. Dia tetep perempuan kecil gue sedari dulu yang selalu ingin gue lindungi."

Kevin tersenyum mendengar perkataan alan. Setidaknya banyak orang yang menyayangi adiknya. Semakin banyak yang menjaganya, semakin aman juga keadaan abigail.

"Tapi lan. Maaf gue belum bisa cerita tentang apa yang terjadi dulu. Yang ngebuat abigail gak kenal kalian semua." Ujar kevin sambil menatap alan.

"Gapapa. Gue paham." Alan mengangguk kemudian beranjak dari sofa tersebut.

"Balik?" Tanya kevin.

"Hmm."

"Lan?" Panggil kevin.

"Lo ーmasih kaya gitu sama dia ?" Tanya kevin hati-hati. Takut alan tersinggung.

"Ya." Ujar alan singkat.

Gailan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang