17)Hampir

89 59 4
                                    

disini,di tempat ini pertama aku menemukanmu
-unknown

Begitu alan sampai ke rumahnya, ia langsung merebahkan badan di kasur king size miliknya. Sungguh ia lelah dengan kehidupannya. Terkadang ia berniat untuk menghilang dari muka bumi. Tapi, ia selalu memikirkan keadaan papahnya yang mulai sakit-sakitan.

Tembok yang selama ini dia bangun adalah akibat dari kurangnya keharmonisan keluarga sedari ia kecil. Keluarga alan memang pada awalnya seperti keluarga pada umumnya. Karena suatu kejadian yang membuat keluarganya hancur seperti sekarang. Remaja yang harusnya menghabiskan masa mudanya dengan nongkrong-nongkrong atau apapun, tapi ia tidak bisa. Miris.

Suara langkah kaki pun terdengar dari kamar alan. Pasti papah alan.

"Lan?" Ujar papah alan --susilo-- seraya membuka pintu kamar alan.

"Iya pah" Alan pun bangkit dari posisi tidurnya.

Susilo yang melihat alan duduk di kasur dengan raut wajah lelah pun bertanya, "Tumben,biasanya diem dulu di depan. Ada apa, hm?" Tanya susilo lembut.

"Abis bantu temen," Ya alan tetap alan. Sikap cueknya memang tidak dapat hilang. Tapi jika berbicara dengan susilo ia agak sedikit melunak.

"Bantu temen?," Tanya susilo.

"Iya, keserempet motor," Jawab alan.

"Astagfirullah haladzim. Keadaannya gimana?baik?,"

"Udah alan bantu kerumahnya,"

"Syukurlah kalau gitu. Yasudah papah kebawah ya, kamu mandi terus makan," Ujar susilo kemudian pergi dari kamar alan.

"Iya,"

Alan pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa menit ia pun keluar dengan kaos navy dan celana pendek miliknya.

Alan bukan tipe anak yang rajin, bukan juga yang malas. Kalau tidak ada pekerjaan rumah yang mengharuskan dikerjakan maka ia akan mengerjakannya, selebih dari itu ia tidak akan membuka bukunya. Pintar?jangan ditanya. Sewaktu kecil saja ia juara pertama terus menerus sedari ia duduk di bangku sekolah dasar hingga SMP. Ia juga dahulu sering mengikuti olimpiade ipa.

Begitulah,ada kelebihan dan kekurangannya. Sewaktu sekolah dasar ia sering di manfaatkan oleh teman-temannya untuk membagi jawaban saat ulangan,mencontek pr, dan hal lainnya. Saat itu alan tidak tahu harus bagaimana, ia hanya menuruti saja apa kata mereka. Mengingatnya sekarang ia bukan hanya kesal, ia ingin bertemu dengan mereka lalu memberi pelajaran. Tapi buat apa?hanya menambah beban saja.

Alan pun mengambil ponsel miliknya diatas kasur. Ia mempunyai akun media sosial, tapi ia jarang sekali membukanya. Padahal banyak notifikasi baik dari aplikasi chat hingga instagram.

Sebenarnya ia tidak sengaja mengikuti akun abigail. Niatnya ia hanya ingin melihat-lihat saja. Biasanya ia tidak akan sebegitu kepo dengan orang lain. Tapi dengan abigail ini berbeda.

flashback on

Saat itu alan sedang ingin melihat akun instagram milinya yang sudah terdapat banyak notifikasi. Dan entah kenapa tangannya tergerak untuk melihat akun milik abigail. Ia pun mengetik username milik abigail.

Niatnya hanya untuk melihat-lihat saja. Tapi ternyata ia mengklik untuk mengikuti akun tersebut.

"Ck,bego,"

"Ngapain gue ikutin sih?!," Geram alan. Saat ia hendak meunfollow, ia berfikir lagi

kalo gue unfollow, nanti keliatan gue stalk dia batin alan

Gailan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang