Wedding Day

6.5K 220 2
                                    

Pagi yang cukup cerah, kicauan burung terdengar sangat merdu. Di rumah megah dan mewah keluarga besar pak Reyhan sedang bersiap-siap untuk acara pernikahan anaknya di rumah sakit.

Ardella yang sudah di balut dengan gaun putih memancarkan aura mempesona meski pun acaranya hanya mengucapkan janji suci saja tapi pak Reyhan ingin melihat putrinya menjadi wanita paling cantik.

Ardella, bu Laila dan adiknya bergegas menuju masjid dimana pak Reyhan sudah menunggu disana ditemani oleh skretaris utusan pak Marwan.

Tak berapa lama, mereka sudah sampai lalu memasuki masjid itu ternyata penghulu sudah disana sedang mempersiapkan keperluannya sementara keluarga pak Marwan masih belum kelihatan batang hidungnya.

Mereka di ruangan itu sudah menunggu lama, penghulu pun sudah mulai melirik jam tangannya.

Baguslah kalau dia tidak datang, jadi aku tidak jadi menikah. Gumam Ardella.

"Pak, apa acaranya akan dilanjutkan karena saya tidak punya banyak waktu!" sahut penghulu mulai membereskan surat-surat.

Ketika penghulu hendak berdiri, pak Reyhan menarik tangannya.

"Mohon tunggu sebentar lagi pak!"

"Baiklah pak," sahut penghulu itu kembali duduk.

Suasana di ruangan itu semakin menegang, apalagi pak Reyhan dengan wajahnya yang semakin pucat, ia juga sangat gelisah karena pak Marwan tak kunjung datang.

***

Di kediaman pak Marwan, mereka masih menunggu Kelvin yang sedari tadi mondar-mandir menuju kamar mandi. Pak Marwan sampai lupa tidak memberi kabar pada pak Reyhan padahal mereka sudah sangat telat.

"Kelvin, cepat!" sahutnya berteriak.

Setelah mendengar teriakkan itu Kelvin segera berlari ke depan, ia bahkan sampai lupa memakai jas hitam yang sudah disiapkan bu Raisa.

"Kelvin mana jas mu?" tanya bu Raisa.

"Ya ampun," Kelvin menepuk dahinya dan kembali menuju kamar mandi untuk mengambil jas nya yang tertinggal.

Pak Marwan dan bu Raisa menggeleng kepala melihat kelakuan anaknya. Setelah Kelvin kembali, mereka langsung melajukan mobil menuju rumah sakit.

***

"Mohon maaf pak, saya harus pergi," ujar penghulu.

Akan tetapi ketika penghulu hendak beranjak, keluarga pak Marwan muncul dari balik pintu. Senyum mengembang menghiasi wajah pak Reyhan dan istrinya. Pak Marwan berjalan ke arah pak Reyhan dan memeluknya.

"Maaf kami terlambat karena ada sedikit kendala," sahut pak Marwan.

Sementara Ardella yang tadinya tersenyum sekarang wajahnya ditekuk tetapi ia tidak melihat sosok Kelvin di sana.

"Mari pak, bisa kita mulai?" tanya penghulu mempersilahkan pak Marwan duduk di sebelah Ardella.

"Eh, masa iya saya calon pengantin pria nya," sahutnya tersenyum.

Ruangan itu dipenuhi gerai tawa, ya kecuali Ardella yang hanya senyum terpaksa. Sementara bu Raisa menatap tajam ke arah suaminya. Pak Marwan segera mencairkan suasana memberi kode pada pak penghulu.

"Eh saya kira bapak calon suaminya, maaf pak," sahut penghulu menunduk kepala.

"Tidak apa-apa pak, apa segitu mudanya saya pak?" Ujarnya bercanda.

Eh muda gimana, sudah brewokan begitu, kulit keriput. Mingkin saja kan, yang tua juga dapat berondong. Gumam penghulu sebari menahan tawa.

Tak berapa lama muncul seorang pria muda dengan jas berwarna hitam sangat cocok perpanduan dengan kulitnya yang putih, tubuh kekar dan tinggi, wajah tampan bisa membuat semua wanita pingsan ditempat.

Ardella yang sedari tadi menundukkan kepala, sekarang pandangannya beralih pada pria yang di hadapannya tapi ia sama sekali tidak tertarik.

"Oh jadi ini calon pengantin prianya. Cepatlah saya tidak punya banyak waktu!" ujar penghulu.

Kelvin duduk di sebelah Ardella dan mengucapkan janji sucinya. Semua orang disana tersenyum bahagia melihat kedua anaknya yang akan menjadi sepasang suami istri.

Setelah mengucapkan janji suci, Ardella dan Kelvin memeluk kedua orang tuanya. Air mata mengalir dari pelupuk mata Ardella, entah ia harus sedih atau bahagia dengan pernikahan ini.

Ardella memeluk bu Laila dan menangis di pelukannya antara harus bahagia atau bersedih. Pak Reyhan tersenyum lega baya melihat putrinya karena mau mengorbankan dirinya untuk pria itu.

"Kau begitu cantik anakku," sahutnya mengelus punggung Ardella.

Air mata Ardella pun kembali tumpah membasahi pipinya.

"Terimakasih ayah, aku hanya berusaha untuk membahagiakan kalian. Biarkanlah hanya aku yang menerima kenyataan pahit ini ...." lirihnya dalam isak tangis.

"Jadilah istri yang baik untuk suamimu, jangan pernah membuatnya kecewa!" nasihatnya pada Ardella.

Pandangannya beralih menatap Kelvin. Pak Marwan yang sedang memeluk Kelvin segera melepaskannya dan menyuruh anaknya menghadap pak Reyhan.

"Untukmu nak Kelvin, ayah titip Ardella jangan pernah kau membuat hatinya terluka. Tolong bahagiakan Ardella, ayah mempercayaimu akan hal ini."

Kelvin memeluk tubuh pak Reyhan, ia merasa iba mendengarnya.

"Baik ayah mertua, saya akan menjaganya untuk ayah mertua."

Pak Reyhan tersenyum da menepuk-nepuk punggung Kelvin. Ardella melihat itu kembali menatap Kelvin.

Apakah ini keputusan yang benar? Ayah sangat mempercayainya, meskipun aku belum mengenalnya lebih jauh. Aku akan berusaha menjadi layaknya seorang istri.

***

Setelah itu mereka saling memperbincangkan tentang rencana bulan madu untuk anaknya. Berbeda dengan Ardella dan Kelvin mereka hanya saling menatap mencoba menerima semua kenyataannya.

"Kelvin sebaiknya kamu melakukan pemotretan supaya ada kenangan di acara pernikahanmu. Pergilah ke sebuah taman. Ayah sudah mengirimkan seseorang untuk kalian!"

Kelvin dan Ardella hanya mengangguk menyetujuinya demi kebahagiaan keluarganya. Mereka bergegas menuju tempat yang disarankan oleh pak Marwan. Benar saja disana sudah ada seorang fotografer.

Mereka berdua langsung diarahkan untuk melakukan pemotretan, tapi kelihatannya mereka sangat canggung.

"Ayolah sepasang pengantin baru jangan canggung seperti itu," sahut seorang fotografer itu.

"Baiklah," sahut Kelvin dan Ardella secara bersamaan.

Ardella hanya mengangguk mengikuti arahan fotografer itu. Saat mereka diarahkan untuk saling memandang dan tersenyum. Entah perasaan apa yang ada dikeduanya, mereka tersenyum seperti pasangan yang benar-benar berbahagia di hari pernikahannya.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang