Masalah

6K 197 2
                                    

"Ayolah Fris, mengertilah aku sedang berusaha menyelesaikan masalah di perusahaanku. Bisakah kamu tunggu dulu sampai aku selesai," ujar Kelvin melepaskan tangan Friska yang tengah melingkar dilehernya.

Kelvin menatap sekretaris yang tengah berdiri di dekat pintu, memberikan kode hanya dengan satu kali kedipan. Sekretaris itu langsung menghampirinya dan meraih tangan Friska.

"Diam, jangan pegang saya!" bentak Friska pada sekretaris itu.

"Sayang, lihatlah sekretarismu begitu jahat, tanganku sakit!" ungkap Friska meringgis kesakitan.

"Aku mohon mengertilah Fris, tolong kamu keluar dulu dari sini!" ungkap Kelvin menunjukkan nada seolah-olah mengusir Friska.

"Sayang?" panggilnya dengan tatapan binar.

Sudah terlihat dipelupuk mata itu ada cairan bening yang tengah menggenang. Namun Kelvin hanya acuh dan tetap terfokus pada kertas yang menumpuk di hadapannya.

Friska menghentakkan kaki begitu sangat keras, ia berlalu keluar dari sana membanting pintu ruangan Kelvin dengan cukup keras. Berhasil membuat Kelvin menahan amarah karena kepalanya sudah terasa sangat pening ditambah dengan sikap Friska yang tidak tahu sopan santun.

"FRISKA!" teriak Kelvin membentak wanita yang tengah berlalu keluar dari ruangannya.

Namun, Friska tak menggubris ucapan Kelvin. Ia berlalu meninggalkan pria yang sedang marah itu.

Kelvin menggerutu dan memukul meja sekeras mungkin. Saat ini pikirannya benar-benar sangat kacau. Entah dia harus bersikap seperti apa, namun hari ini begitu sangat sial untuknya.

Ketika sudah merasa mulai tenang, Kelvin kembali terduduk dan mengecek kembali setiap kertas yang ada dihadapannya. Kali ini tentang tunjangan peminjaman para pegawai yang bekerja di proyeknya itu. Kelvin mengamati salah satu kertas yang menjadi pusat perhatiannya, atas nama pak Reyhan.

"Do, coba cari tahu perihal pekerja atas nama pak Reyhan!" perintahnya.

"Siap tuan," ucap Ado.

Ado mulai mencari tahu mengenai pekerja atas nama pak Reyhan hingga ia menemukan sebuah bukti tentang pak Reyhan.

"Maaf tuan, ternyata orang ini diam-diam mengambil uang proyek," ungkap Ado menunjukkan sebuah bukti yang memperlihatkan bahwa pak Reyhan telah mengambil uang proyek.

"Cepat cari alamat orang itu dan segera proses segala sesuatunya!" sahut Kelvin dengan menahan emosinya.

"Baik tuan."

Ado segera menyelesaikan perintah bosnya. Sementara Kelvin bersiap-siap untuk pulang ke rumah.

Sampainya di rumah kawasan elite

Rumah yang begitu megah dan mewah dengan pagar rumah yang menjulang tinggi, disertai puluhan cctv disetiap penjuru rumah itu. Kelvin memasukkan mobilnya menuju garasi yang khusus untuk menyimpan mobilnya itu.

Kelvin turun dari mobil dan berlalu memasuki rumah, disana sudah ada ayahnya yang tengah duduk di sebuah sofa di ruang keluarga.

Pak Marwan menyadari akan kepulangan putra tunggalnya ini. Pak Marwan berdiri menghampiri anaknya yang tengah menyelonong masuk tanpa memberikan salam atau rasa hormat pada orangtuanya.

"KELVIN!" teriak pak Marwan.

Kelvin berhenti dari langkahnya, berbalik melihat pria tua yang tengah menahan emosinya. Kelvin menghela nafas dan menghampiri pria itu.

"Ada apa sih yah?" pekiknya.

Plakkk ....

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kanan Kelvin. Rasa panas yang menjalar di sekitar pipi itu. Kelvin memegangi pipinya lalu menatap ke arah ayahnya.

"Jaga rasa hormatmu terhadap orang yang lebih tua!" bentak pak Marwan.

"Aku pusing yah, kepalaku terasa ingin pecah. Bisa tidak jika ayah tidak memperlakukanku seperti ini!" ungkap Kelvin.

"Memang apa yang kamu pikirkan? dari mana saja sampai selarut ini baru sampai rumah?" tanya pak Marwan mulai mengecilkan sedikit intonasi marahnya.

"Proyek pembangunan itu mengalami kerugian, banyak hal yang harus aku urusi di perusahaan yah," ungkap Kelvin menahan emosinya agar mereda.

Seketika pak Marwan memegangi dadanya yang terasa sesak. Kelvin yang melihat itu seketika menahan tubuh pak Marwan yang mulai limbung.

"Ayah, ayah kenapa?" sahut Kelvin panik.

Kelvin membawa ayahnya untuk duduk di kursi lalu memjiat tangan ayahnya.

"Ada masalah apa dengan proyek itu nak?" tanya pak Marwan dengan nada berat.

"Ada orang yang mencuri uang proyek yah," ungkap Kelvin berterus terang.

"Siapa orang itu? Mengapa ia begitu jahat mengambil uang proyek yang jelas-jelas bukan haknya!" ujar pak Marwan.

"Kelvin juga tidak tahu namun namanya itu pak Reyhan," jelasnya.

"APA REYHAN?" tanya pak Marwan dengan mimik wajah terkejut.

Kelvin berpikir sejenak mengapa ayahnya begitu terkejut saat mendengar nama pak Reyhan.

"Apa ayah mengenalinya?" tanya Kelvin menatap serius ke arah ayahnya meminta penjelasan.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang