Dilema

7.2K 190 2
                                    

Kelvin mulai mengunci pergerakan tubuh Ardella, kedua tangan Ardella di kunci rapat oleh sebelah tangan kirinya. Rasanya ia sudah tidak bisa menahannya lagi segera mungkin ingin melahap bocah yang sekarang sudah menyandang status istri Kelvin.

Ardella sedikit memberontak, ia belum siap untuk semua ini. Ia berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan kehormatannya. Ia sudah berjanji pada dirinya, hanya akan memberikan pada pria yang dicintainya dan juga mencintai dirinya.

Kelvin mulai membungkam mulut Ardella, dengan perlahan sangat lembut, entah kenapa ia memperlakukan istrinya secara lembut seolah-olah bibir istrinya barang yang rapuh sehingga membuat ia seperti harus berhati-hati untuk memperdalam pagutannya.

Sementara itu Ardella hanya memejamkan matanya saat sentuhan bibir itu menyentuhnya secara perlahan sampai ada gigitan kecil di bibir bawahnya yang memberontak ingin memasuki rongga dalam mulutnya. Entah mengapa Ardella sangat menyukai sentuhan itu. Ia membuka mulutnya membiarkan lidah Kelvin bermain di sana dengan sesekali membelit lidahnya.

Suara nafas yang memburu memenuhi ruangan itu. Kelvin semakin mengganas, ia terus merayangi bibir imut Ardella tangan kanannya sibuk mengelus-elus bagian bawah tubuh Ardella yang mulus di balik rok mini yang dikenakan oleh Ardella. Bahkan gunung kembar itu mulai bergelayut dan membusung tercetak jelas dibalik kaos transparan yang dipakai Ardella, hingga pagutan itu beralih turun menuju leher putih Ardella meninggalkan jejak kepemilikan.

"Kakkk aahhh... hentikan ahh kak," disela nafas memburu Ardella.

"Diam sayang, aku tidak akan melepaskanmu, nikmati saja." Bisiknya ditelinga Ardella.

Saat Kelvin merasa sudah tidak tahan dengan gunung kembar itu, sekarang sudah di hadapannya dua gundukan indah membusung menantangnya membangkitkan gairah dalam dirinya. Saat tangannya itu mulai merayap menuju gunung kembar itu dan saat itu juga suara ketukan pintu terdengar. Kelvin menghiraukannya, ia tetap terfokus untuk menjalankan rencananya tapi saat itu juga gedoran pintu semakin keras.

Kelvin menghentikan aksinya dengan nafas yang memburu, begitu pun Ardella wajahnya sudah merah merona. Kelvin beranjak turun dari tubuh Ardella. Ia memaki kesal, memunguti pakaiannya yang sudah berserakan dilantai dan kembali memakainya.

Sementara Ardella tengah terbangun dan duduk menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang itu. Ia menarik selimut sampai menutupi lehernya, ia memegangi kedua gunung kembarnya yang sudah mengeras membuat kaos yang dikenakannya meral.

Kelvin yang berjalan menuju ruang depan untuk membuka pintu terus memaki, sesekali mengacak-ngacak rambut kepalanya. Saat dibuka,

"Honey, aku merindukanmu." Sahut wanita itu seraya memeluk Kelvin.

"Ngapain kamu kesini?" Ketusnya.

Wanita itu mendongkak menatap ke arah Kelvin.

"Kan aku sudah mengatakan kalau aku merindukanmu, honey." Ujarnya dengan mata berbinar.

"Tapi aku tak punya banyak waktu untuk itu,"

"Kenapa honey?"

"Aku sekarang sudah menikah,"

Sontak wanita itu menatap tajam ke arah Kelvin seraya melepaskan pelukannya.

"Maksud kamu apa honey?"

"Ya aku sudah mempunyai istri."

"Honey?" menatap tajam ke arah Kelvin dengan mata yang mulai melihatkan cairan bening mulai membendung disana. "Kamu tega!"

Wanita itu menangis, memukul-mukul dada bidang milik Kelvin. Pria itu hanya terdiam tanpa suara, bagaimana pun wanita dihadapannya pernah hadir dalam kehidupannya. Isak tangis masih terdengar dari mulut wanita itu.

Ya, dia Friska kekasihnya Kelvin. Mereka berpacaran sudah cukup lama, tapi hubungan mereka terhalang oleh restu pak Marwan. Pria paruh baya itu tidak menyukai Friska.

Friska semakin terisak, Kelvin menyadari mungkin ini salahnya juga. Ia menarik Friska hingga terjatuh dalam pelukannya. Wanita itu membenamkan wajahnya di dada bidang milik kekasihnya atau mungkin sekarang bisa lebih cocok disebut mantan kekasihnya.

Entah bagaimana perasaannya saat ini?

Apakah Kelvin masih mencintai Friska?

Ataukah hatinya mulai berpaling pada istri kecilnya?

Entahlah Kelvin masih bingung dengan perasaannya. Saat ini ia dilanda dilema antara harus memilih untuk tetap bertahan dalam pernikahannya atau meninggalkan Friska?
Itu semua masih sulit untuk dicerna.

Sementara dibalik pintu itu, seorang gadis juga terisak dengan cairan bening yang mengalir membasahi pipinya. Ia merasakan sesak dihatinya. Entah perasaan apa itu? Yang jelas ia sesak melihat Kelvin bersama wanita lain.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang