After Wedding

7.7K 221 1
                                    

Hari yang begitu melelahkan bagi kedua pasangan pengantin baru. Mereka sudah berada di sebuah apartemen mewah yang disiapkan oleh pak Marwan. Tujuannya supaya anaknya dapat menikmati malam pertama dengan nikmat tanpa ada gangguan dari siapapun.

Kelvin merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Sungguh hari yang melelahkan. Gumamnya.

Ardella menghampiri Kelvin, ia mengambil sebuah bantal. Kelvin menatap tajam ke arahnya.

"Hei, lo bocah,"

Ardella melirik Kelvin, "Iya om ada apa?"

"Hei, lo tadi memanggil gue apa?"

"Om, iya om."

Kelvin beranjak berdiri menghampiri Ardella, menarik pinggang gadis itu hingga jarak mereka cukup dekat. Ardella menyilangkan kedua tangan di dadanya berusaha mendorong tubuh Kelvin. Tapi tenaganya tak sebanding dengan pria itu.

Kelvin menatap tajam ke arah Ardella. Hembusan nafasnya menyentuh kulit wajah Ardella. Ia semakin mendekatkan jarak wajahnya hingga hidung mereka saling bergesekan. Tetapi Ardella dengan sigap menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Saat itu ia tidak sadar bahwa dadanya sangat rapat dengan dada bidang Kelvin. Pria itu merasakan sesuatu yang mengganjal di dadanya. Seringai senyum menghiasi wajah Kelvin.

Ini yang gue inginkan, besar, bulat dan kenyal. Bersiaplah bocah! Gumamnya dalam hati.

Ardella memberontak tapi apalah daya, tangan pria itu semakin erat menarik pinggang Ardella. Tangan Kelvin yang satunya mulai beraksi merayap menuju dada Ardella yang membusung. Gadis itu menyadari akan hal itu, ia langsung menepis tangan Kelvin. Tapi Kelvin dengan cepat mendaratkan bibirnya.

Tubuh Ardella seketika membeku bagaikan es, ia mematung menerima ciuman Kelvin. Jantungnya berdetak sangat kencang. Kelvin bisa merasakan itu, ia terus me*umat bibir imut Ardella. Napas mereka kian memburu. Ardella tersengal, hampir kehabisan napas. Kelvin melepaskan ciumannya sejenak.

"Ambil napas bodoh!"

Ardella ngos-ngosan hampir kehabisan napas. Sementara Kelvin mendengus kesal melepaskan pelukannya.

"DASAR BODOH!" bentaknya.

Gadis dihadapannya itu mulai meneteskan cairan bening yang sudah dari tadi ia tahan.

"Kakak jahat ..." lirihnya menangis dan berlari menuju ruang depan.

Kelvin tidak menghiraukan, ia berlalu ke kamar mandi. Dibalik celananya itu sudah ada yang berdiri meminta haknya. Ia terpaksa harus mandi air dingin.

Setelah selesai mandi, gadis itu tidak kembali ke kamar. Kelvin tidak perduli, ia beranjak naik ke atas ranjang meluruskan kakinya dan menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya.

Sialan gagal lagi, awas kau bocah tidak akan gue ampuni.

Lalu ia beranjak duduk dan mengambil sebuah laptop banyak file yang harus ia bereskan. Sehari tidak masuk kerja, pekerjaan di kantornya sangat numpuk, belum lagi harus tanda tangan ini itu.

***

Setelah kejadian itu, Ardella yang berada di ruang depan duduk di pojokan melipatkan lutut, membenamkan wajahnya di sana. Ia terus menangis, ternyata pernikahannya tak seperti yang di bayangkannya. Ia terlanjur sakit hati.

Jiwa kepolosannya masih terlihat saat menangis ia terus memanggil ayah dan ibunya. Isak tangisnya semakin lama terdengar cukup keras.

Kelvin yang sedang mengerjakan pekerjaan kantor, merasa terganggu dan beranjak menghampiri gadis itu.

Saat di ruang depan, ia mengedarkan pandangannya akan tetapi kemana gadis itu?

Ia mencari ke dapur, ke kamar mandi tapi gadis itu tidak ada. Seketika melihat ke pojokan terlihat kaki yang berselanjar. Kelvin mendekat menuju kaki itu setelah dilihat gadis itu pingsan.

Kelvin panik, langsung menggendongnya dan membaringkannya di atas ranjang. Ia berpikir sejenak memandangi Ardella.

Apa gue terlalu kasar ya hingga dia seperti ini.

Kelvin mengelus rambut Ardella. Ia menatap dalam gadis yang sedang memejamkan matanya.

Ternyata kalau pingsan, gadis ini imut juga. Gumamya dalam hati.

Saat pandangannya ke arah lain melihat sebuah gundukan indah yang menjulang sangat besar untuk gadis seusia Ardella. Kelvin menelan ludahnya. Tanpa di sadari kepemilikannya mulai menegang. Ia tidak bisa mengendalikan diri jika berdekatan dengan gadis itu.

Terlintas pikiran mesum, tangannya mulai beraksi meraih gundukan itu. Tapi Ardella mulai membuka matanya perlahan dan melihat apa yang akan dilakukan oleh Kelvin. Ia segera beranjak duduk dan menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

"Kakak mau apa?" tanyanya takut.

"Eh lo sudah sadar, gue nggk apa kok," jawabnya gelagapan salah tingkah.

"Kepala aku pusing kak," sahutnya memijit kepalanya.

"Ya sudah lo tidur saja disini, biar gue yang tidur di sofa."

"Makasih ya kak," sahut Ardella tersenyum.

Ternyata kak Kelvin baik juga.

Kelvin membalas senyumannya dan mengangguk sebari mengambil bantalnya dan berbaring di sebuah sofa yang cukup besar dan nyaman.

Ardella terjerat dengan sikap Kelvin yang baik padanya hingga ia melupakan sesuatu yang telah terjadi padanya.

Ardella mulai membaringkan tubuh lalu menarik selimut sampai menutupi dadanya. Ia memejamkan matanya tapi seketika terdengar suara decitan sofa. Dilihatnya Kelvin yang tengah membolak-balikkan tubuhnya dan terlihat ia seperti kedinginan.

Ardella beranjak berdiri mencari sebuah selimut di dalam lemari. Setelah menemukannya, ia langsung mengambilnya dan berlalu menuju Kelvin.

Sungguh pria tampan yang tertidur di sebuah sofa. Ardella membentangkan selimutnya dan menutupi tubuh Kelvin dengan selimut itu. Seketika hendak berlalu menuju ranjangnya, Kelvin menahan tangan Ardella.

"Terimakasih sayang."

Ardella mendengar itu, jantungnya kembali berdetak. Ia membalikkan tubuhnya, tapi ternyata Ardella menepis tangan Kelvin dan berlalu mendecak kesal.

Aku kira kak Kelvin beneran manggil aku sayang, ternyata dia sedang mengigau, aahh ....

Ardella kembali membaringkan tubuhnya, ia memejamkan matanya tetapi terus saja menggerutu memaki-maki Kelvin.

Sementara itu Kelvin tersenyum mengembang melihat tingkah Ardella. Ia menahan tawanya.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang