Setelah pertemuan

5.7K 202 0
                                    

Pak Marwan mengangguk, membenarkan bahwa ia mengenali pak Reyhan dan menjelaskan semuanya pada Kelvin.

Kelvin pun berniat untuk menemui pak Reyhan esok hari dikarenakan esok hari adalah hari minggu dimana pekerja libur.

***

Waktu terus berlalu, pagi hari yang disambut dengan kicauan burung terdengar sangat merdu. Kelvin sudah bersiap-siap untuk menemui pak Reyhan ke rumahnya.

Tepat pukul 07:00, Kelvin berangkat dengan sekretaris pribadinya yaitu Ado. Hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke rumah pak Reyhan.

Rumah yang begitu sangat sederhana dan bangunan dengan kayu yang mulai rapuh. Kelvin berjalan ke halam rumah itu diikuti oleh Ado dibelakangnya.

Tok ... tok ... tok ....

Kebetulan sekali pak Reyhan yang membukakan pintu. Pak Reyhan terkejut melihat kedatangan Kelvin dengan memakai jas hitam. Wajah datar yang sulit di prediksi apa tujuannya.

"Tuan," ucapnya membungkuk.

Kelvin hanya mengangguk dengan wajah dingin.

"Silahkan masuk tuan! maaf jika rumah saya jelek."

Kelvin memasuki rumah itu, mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan disana. Melihat seorang gadis kecil yang tak lain adalah anak kedua pak Reyhan.

Kelvin duduk di kursi yang sudah sedikit rapuh lalu pak Reyhan duduk juga di kursi yang berbeda sedangkan  Ado berdiri di samping kursi yang diduduki Kelvin.

"Maaf tuan, ada apa anda kemari?"

Kelvin tersenyum menyeringai lalu berkata," Apa anda tidak tahu apa tujuan saya kemari?"

Pak Reyhan tersadar akan sesuatu yang saat ini mungkin membahayakan dirinya.

"Maafkan saya tuan."

"Saya tidak suka basa-basi, katakanlah apa alasan anda mengambil uang proyek?" tanyanya dengan sorot mata tajam.

Deg ... sudah pak Reyhan akui pasti akan ketahuan juga.

"Maaf tuan, maafkan saya," ujarnya langsung menunduk dan bersujud di kaki Kelvin.

Seketika Ardella keluar dari kamarnya setelah mendengar keributan di rumahnya. Ardella terkejut ketika melihat ayahnya menunduk di bawah kaki pria muda. Ardella menghampiri ayahnya lalu menatap tajam ke arah pria itu.

"MAAF TUAN MUDA YANG TERHORMAT! BISAKAH ANDA MENGHARGAI ORANG YANG LEBIH TUA DARI ANDA!" pekik Ardella.

Pak Reyhan menampar Ardella yang tengah berbicara tidak lancang terhadap Kelvin.

"Jaga ucapanmu Della!" bentak pak Reyhan.

Seringai senyum tercetak jelas di wajah Kelvin.

"Saya tidak akan memaksa anda membayar semua kerugian uang proyek tapi saya ingin anak anda yang menjadi pengganti uang yang telah anda ambil!"

Ardella melotot tak percaya dengan ucapan pria dihadapannya. Pak Reyhan pun terkejut mendengar ucapan Kelvin tapi apa boleh buat ia tidak bisa mengembalikan uang itu hingga akhirnya pak Reyhan mengangguk dan menyetujuinya. Ardella yang melihat itu seketika menangis.

Kelvin tersenyum puas hingga tanpa basa-basi, ia keluar dari rumah itu berlalu meninggalkan Ardella yang tengah mematung dengan cairan bening yang membasahi pipinya.

Setelah kepergian Kelvin, Ardella tak hentinya menangis dan mengurung diri di kamar. Pak Reyhan menjelaskan semuanya dan membujuk Ardella untuk mau menikah dengan Kelvin. Awalnya Ardella menolak namun ayahnya keras kepala hingga akhirnya Ardella harus menerima semua kenyataan ini.

***

Setelah pertemuan itu Kelvin terus saja terbayang-terbayang wajah Ardella. Eh, tidak mungkin kan, jika Kelvin hanya sekedar kagum. Apalagi ditambah otak mesumnya. Ya, ia membayangkan Ardella karena postur tubuhnya yang mampu mengundang gairah kaum pria.

Kenapa gue jadi kepikiran tuh bocah ya, Ahhh... lekukan itu.

Tak berapa lama datang bu Raisa memasuki kamar Kelvin.

"Kamu sedang apa, nak?" tanya bu Raisa seketika melihat anaknya seperti melamun.

"Eh enggak kok bu, ini lagi mikirin urusan kantor,"

"Oh ya sudah, cepat ke bawah, ayahmu sudah menunggu untuk makan malam!"

Setelah itu Kelvin mengikuti ibunya bergegas menuju ruang makan dan duduk di sebelah ayahnya.

"Bagaimana nak, Ardella cantik kan? dia anak yang baik," puji pak Marwan.

"Hem," ketus Kelvin cuek.

"Hem, Hem ... apa?" tanya pak Marwan dengan nada serius.

"Iya yah iya, dia cantik kan cewek masa tampan," ketusnya.

"Ayah serius Kelvin," sahutnya menggeram kesal.

Kelvin tidak menjawab, ia fokus melahap makanan itu. Tidak ada yang berbicara hanya suara dentingan sendok dan piring.

***

Ardella sibuk dengan buku-buku yang menumpuk bagai gunung menjulang tinggi.

Bagaimana tidak?

Sebentar lagi ia akan menghadapi ujian di sekolahnya. Ia fokus belajar dan hanya belajar. Tetapi sesekali dalam fokus terlintas wajah Kelvin.

Ya ampun ini otak kenapa ya? Apa karena terlalu banyak yang harus di hafal jadi konslet. Tapi kok bisa kepikiran sama om-om, dih ... apa aku memang harus menikah dengannya? Gumamnya.

Tak berapa lama, nomor asing muncul di layar ponselnya. Ardella mengabaikan, tapi lama-lama menjengkelkan juga.

Siapa si yang malam-malam begini nelepon, tidak ada kerjaan sama sekali.

Ardella menerima telpon itu dan seketika ...

"Ini saya Kelvin,"

"Oh iya ada apa anda menelpon saya terus tahu nomor saya dari siapa? gak ada kerjaan apa malam-malam menggangguku," ketus Ardella.

"Dih galak bener bocah! Saya cuman mau mastiin ya kalau besok anda harus menepati janji anda untuk menikah dengan saya!" sahutnya.

"Percaya diri sekali anda, saya menerima semua kenyataan ini dengan terpaksa."

"Apa yang anda katakan barusan? ulang lagi!" sahutnya dengan nada kesal.

"Om-om mesum," ledek Ardella diiringi gelak tawa.

"Dasar bocah ingusan!"

Seketika telpon dimatikan. Ardella menggeram kesal.

Enak saja bilang aku bocah ingusan. Dasar om-om tua.

Sementara Kelvin membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia pun sama kesalnya seperti Ardella. Tidak jauh beda dong sama-sama bocah kalau gitu.

Bocah ingusan tapi sangat menggoda.

Ya, pikiran Kelvin teringat Ardella karena lekukan dadanya yang indah. Bisa dibilang ia benar-benar pria mesum.

***

Malampun semakin larut,Ardella sedari tadi tidak bisa tidur, matanya sulit untuk terpejam.

Ia terus memikirkan bagaimana besok?

Menikah dengan om-om?

Pria mesum? Apa-apaan ini?

Hanya itu yang merasuki pikirannya. Ardella di landa gelisah. Ia memutuskan untuk menonton video di laptopnya.

Sebuah film drama korea romance mengandung unsur dewasa. Semakin larut meratapi setiap detik demi detik. Seketika adegan dewasa itu muncul seorang pria mencium bibir wanitanya itu keluar desahan. Ardella yang melihat itu menelan ludah dan membelakkan matanya lebar. Pikirannya serasa melayang membayangkan jika adegan itu terjadi pada dirinya.

Tak terasa ia menonton itu sudah hampir dua jam, ia pun tertidur pulas dengan layar laptop yang masih menyala.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang