Sial

4.3K 120 1
                                    

Apartement Brilionerd

Sampainya di apartement, Kelvin masih memasang wajah masam. Kini ia sangat kesal pada karyawan yang berani memaki istrinya.

Ardella menghampiri Kelvin yang tengah terduduk sehari menekuk wajah. Kini dirinya duduk di sebelah Kelvin.

"Kak?" panggil Ardella sebari mengintip Kelvin menatap ke arah wajah yang masam itu.

Ardella cemberut karena Kelvin tak kunjung menjawab sahutannya. Ia duduk sebari melipat kedua tangannya di dada lalu menghentakkan kakinya keras pada lantai.

Kelvin masih tidak bergeming, ia hanya terdiam kali ini memasang wajah dingin dan datar. Ardella semakin mendengus kesal.

"Kakak ini kenapa sih! Kok cemberut mulu, Della kan jadi kesal lihatnya," ungkapnya.

Pandangan Kelvin beralih pada Ardella lalu senyum menyeringai terukir di bibirnya. Kini giliran Ardella masih dengan mempertahankan wajah cemberutnya.

Kelvin menarik pinggang Ardella lebih mendekat pada dirinya. Namun Ardella masih memandang ke arah lain, ia kesal karena tadi Kelvin cuek padanya.

Lihatl saja, rasakan bagaimana rasanya di cuekin begitu. Gumamnya dalam hati.

"Della, kau masih tidak mau berbicara padaku?"

Kamu saja tadi tidak menjawab sahutanku, ya sudah kalau begitu aku juga tidak mau menjawab. Gumamnya.

"Lihatlah bibirmu seperti pantat bebek, menggemaskan," goda Kelvin sehari mengusap bibir yang tengah mengerucut itu.

Dasar pria aneh bibir sexy begini dikatain pantat bebek ternyata selera anda pantat bebek.

Kelvin terus saja menggoda Ardella, namun Ardella tetap tidak bergeming masih mempertahankan kekesalannya.

Kelvin seketika menarik bahu Ardella hingga wajahnya kini saling berhadapan sangat dekat dan begitu intim karena hembusan nafas segar pria itu menerpa kulit mulus wajah Ardella.

Ardella merasakan jantungnya berdetak sangat cepat, sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Kelvin memiringkan wajahnya, sementara Ardella memejamkan matanya. Pertemuan bibir yang baru saja beberapa jam kini terulang kembali.

Ardella melepaskan pagutan itu lalu menatap lekat ke arah Kelvin meminta pria itu untuk menghentikan aksinya. Kelvin memasang wajah masam saat Ardella memintanya untuk berhenti.

Mereka saling terdiam, keheningan terjadi di antara keduanya. Saling diam tanpa menyapa bagaikan apartement tak berpenghuni.

"Kak ih ...." Ardella memecahkan keheningan.

Kelvin berbalik menatap kembali Ardella. Ia tersenyum tanpa di paksa Ardella memeluk Kelvin.

"Kak, aku merasakan firasat buruk," ungkapnya membenamkan wajah di dada bidang milik Kelvin.

Kelvin mengendurkan pelukannya mengangkat dagu Ardella agar mendongkak melihat ke arahnya. Ia mengamati setiap inchi wajah Ardella yang begitu manis dan bibir mungil nampak imut.

"Kenapa Della sayang?" tanya Kelvin mengelus wajah Ardella.

Ardella kembali memeluk Kelvin. Entah kenapa perasannya saat ini begitu sangat takut. Ardella kini benar-benar tidak ingin kehilangan Kelvin.

Melihat tingkah Ardella yang hanya diam, Kelvin merasa ada sesuatu hal yang terjadi pada Ardella yang tidak diketahuinya. Kelvin mengelus punggung Ardella, membalas pelukan itu dengan erat.

"Della sayang, katakan ada apa?" tanya Kelvin memastikan.

"Aku tidak apa-apa kak tapi Della mohon kakak jangan pernah tinggalin Della," lirihnya mulai terdengar suara isak tangis.

"Della, kau menangis?" tanya Kelvin kembali mengendurkan pelukannya memberi jarak untuk menatap wajah Ardella.

Benar saja, kini cairan bening itu jatuh bebas di pipi putih Ardella. Kelvin mengusap air mata itu lalu menatap lekat Ardella. Benar-benar terpancar sorot mata tidak ingin kehilangan, sorot mata yang tulus. Binar yang selalu membuat Kelvin jatuh cinta padanya.

Kelvin kembali mengeratkan pelukannya meski pun Ardella tidak mau bercerita tapi Kelvin akan mencari tahu mengapa Ardella bersikap seperti itu.

Setelah cukup lama berpelukan Ardella merasakan sakit dibagian bawah perutnya. Wajahnya terlihat pucat membuat Kelvin khawatir.

"Della sayang, kamu kenapa? Wajahmu begitu pucat," tanyanya dengan nada khawatir.

"Della tidak apa-apa kak, Della cuma butuh istirahat," ujarnya.

"Ya sudah, kalau begitu ayo tidur!" sahut Kelvin menggendong tubuh Ardella.

Ardella tersenyum, wajahnya pucat pasi namun tak menghilangkan senyum manis yang selalu terpancar di wajahnya itu. Kelvin membaringkan tubuh Ardella di atas ranjang. Menutupi tubuh Ardella menggunakan badcover yang hangat.

Kelvin terduduk di samping ranjang dekat Ardella tidur lalu ia mengelus kepala Ardella hingga gadis itu terlelap dalam tidur. Kelvin memberikan kecupan di kening lalu di bibir Ardella.

"Selamat malam istri mungilku," sahutnya.

Kelvin pun beranjak menuju ranjang, tidur di sebelah Ardella. Ia membaringkan tubuhnya di samping Ardella, menatap gadis itu dengan lekat.

Sungguh cantik dan imut istriku ini. Batin Kelvin.

Saat matanya salah fokus kembali melihat gundukan gunung kembar yang sampai sejauh ini belum sempat dirabanya. Terlintas dipikirannya mungkin ini saatnya, Kelvin bersiap-siap secara perlahan mengarahkan tangannya hingga tepat di atas gunung kembar itu hanya tinggal beberapa centi meter lagi dia bisa memegang nya. Namun ....

Tok ... tok ... tok ....

Suara ketukan pintu mengejutkan Kelvin.
Kelvin mendengus kesal beranjak berdiri dari ranjang itu.

Sialan! Keparat! Orang tidak tahu diri malam-malam begini bertamu ke rumah orang. Gerutu Kelvin.

Kelvin mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai lalu memakainya kembali. Sementara Ardella menarik selimut menutupi tubuhnya sampai ke leher. Kelvin berlalu keluar membuka pintu.

"Maaf tuan, ini paket pesanan anda," ujar salah satu seorang kurir yang membawa ratusan paket bersama rekan kerjanya yang berjajar rapi seperti sedang berbaris anak SD.

"KENAPA TIDAK BESOK SAJA?" tanya Kelvin sehari membentak membuat semua kurir disana gemetaran.

"Mah maaf pak, kami hanya melaksanakan tugas," ujar salah seorang kurir yang memberanikan berbicara.

Kelvin menggusar rambut kepalanya ke belakang.

"Ya sudah, bawa ke dalam dan letakkan disana!" sahut Kelvin sehari menunjuk ke meja luas untuk menyimpan semua paket itu.

Setelah selesai semua paket sudah tertata di atas meja, para kurir segera keluar dari apartement itu.

Siall dasar curut!

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang