IMTK (4)

4.5K 117 2
                                        

Setelah beberapa menit kemudian, Kelvin sampai di SMA Mutiara. Dimana istri mungilnya itu bersekolah. Kelvin dengan cepat berlari memasuki setiap lorong kelas. Banyak diantaranya para siswi yang tengah memperhatikan Kelvin.

Kelvin hanya terfokus pikirannya pada istri mungilnya itu. Saat ia berlari menabrak seorang siswi perempuan yang tak lain adalah Melodi.

"Maaf Maaf, saya tidak sengaja," sahut Kelvin dengan mimik wajah penuh kecemasan.

Sementara Melodi, hatinya berbunga-bunga melihat pria tampan yang berdiri tepat dihadapannya. Ia menganga, terpana, matanya hanya menatap setiap inci ketampanan wajah Kelvin.

Kelvin yang tengah terburu-buru segera menghindar. Ia sangat khawatir dengan kondisi Ardella.

"Maaf saya buru-buru."

Dengan gugup Melodi bertanya, "Maaf kakak sedang mencari siapa?"

Kelvin tersadar, ia baru terpikirkan kenapa tidak menanyakan pada siswa atau siswi di sini. Padahal semenjak tadi, ia berlarian banyak siswa siswi yang lewat. Hanya karena panik dan khawatir, dalam sekejap seorang Kelvin menjadi pria bodoh.

"Saya sedang mencari siswi atas nama Ardella, apa kamu mengenalnya?"

"Ardella? maksudnya Della?" jawab Melodi tak sadar akan yang ditanyakan Kelvin.

Melodi sangat terpukau dengan ketampanan pria ini.

Tolong sadarkan Melodi, kenapa jadi seperti orang terhipnotis begitu?

Melodi sampai gugup, padahal Ardella itu temannya sendiri.

"Iya Della, kamu mengenalnya?"

"Sekarang Della ada dimana?"

Pertanyaan bertubi-tubi terlontar dari mulut Kelvin. Namun Melodi hanya mengangguk dan tanpa sadar ia menarik tangan Kelvin berjalan menuju ruang UKS.

Semua siswa maupun siswi menatap ke arah Melodi. Kelvin juga tidak sadar tangannya ditarik oleh Melodi karena sampai saat ini hanya Ardella yang memenuhi isi pikirannya.

Sampai di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS)

Ardella yang tengah duduk di sisi ranjang, melihat kedatangan Melodi bersama suaminya.

Eh benarkah suaminya?

Ardella menatap ke arah lengan Kelvin yang di genggam oleh Melodi. Ia memasang wajah tidak suka.

Kelvin melihat Ardella dengan pakaian yang sedikit berantakan. Seketika ia tersadar tangannya di pegang oleh gadis lain.

"Maaf, tolong lepaskan tangan saya!"

Melodi tersipu malu, ia melepaskan tangan Kelvin dari genggamannya. Sementara Kelvin langsung mendekati Ardella.

Ia memegang bahu Ardella dengan kedua tangannya, mereka saling bertatapan menatap satu sama lain hingga akhirnya Kelvin memeluk tubuh Ardella. Setelah kekhawatirannya selama di perjalanan sampai saat ini, ia bisa melihat istri mungilnya itu.

Melodi yang menatap mereka berdua penuh tanda tanya.

Sebenarnya pria ini siapanya Ardella? kenapa begitu akrab sekali. Apa dia kakaknya Ardella? eh setahuku Ardella anak pertama lalu siapa pria ini? Apa hubungannya dengan Ardella. Jangan-jangan mereka .... Gumam Melodi mencoba menebak.

Saat itu Kelvin mulai melepaskan pelukannya, ia mengamati setiap inci tubuh Ardella. Tepat sasaran matanya tertuju pada bibir mungil Ardella yang nampak bengkak.

Kelvin mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pria ini menahan emosinya yang kian membara, terlihat dari otot rahangnya yang mengeras.

"Della, katakan siapa yang berani berbuat seperti ini?" tanyanya serius menatap tajam pada Ardella.

Ardella yang menyadari bahwa Kelvin mengetahui sesuatu yang terjadi padanya. Ia takut dengan tatapan pria itu yang sangat tajam dan menusuk.

Ardella tidak menjawab, ia malah menangis.

"DELLA KATAKAN, SIAPA YANG BERANI MEMBUATMU SEPERTI INI?" bentak Kelvin.

Melodi yang mendengar itu bergedik ketakutan. Ia kasihan melihat Ardella dengan mengumpulkan semua keberaniannya, Melodi membantu menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kelvin.

"Ma-maa-maaf kak, Ardella seperti ini karena ulah kakak kelas kami."

Tiba-tiba emosinya semakin tidak terkendalikan, Kelvin mengepalkan kedua tangannya berlalu keluar dari ruang UKS itu.

Ardella yang tahu bahwa Kelvin sedang marah besar, ia berlari mengejar langkah Kelvin. Begitu pun dengan Melodi.

Kelvin menuju ruang kepala sekolah, di sana terdapat dua pria yang sedang menunduk di depan kepala sekolah. Kelvin sangat yakin bahwa di antara dua pria itu yang telah berani menyentuh miliknya.

Saat kedatangan Kelvin ke ruangan itu, kepala sekolah berdiri lalu menunduk. Rio pun melakukan hal yang sama seperti kepala sekolah. Namun berbeda dengan pria yang satunya, ia sama sekali tidak memiliki sopan santun.

"KATAKAN SIAPA YANG TELAH MELAKUKAN ITU PADA ARDELLA?" teriak Kelvin.

Teriakan itu terdengar sangat nyaring memenuhi ruangan kepala sekolah. Semua guru dan para siswa-siswi sudah berkumpul di depan ruang kepala sekolah untuk melihat kejadian di dalam.

Dengan lancangnya, tidak ada rasa takut sama sekali, pria itu menghadap ke arah Kelvin.

"Gue yang sudah menikmati bibir mungil wanita jijik itu."

Perkataan yang terlontar dari mulut pria itu berhasil membangkitkan amarah Kelvin. Saat ini, ia benar-benar marah. Kelvin menghampiri anak ingusan itu, menarik kerah baju seragamnya menyeret keluar dari ruang kepala sekolah.

Namun, anak itu tidak mau kalah. Ia memukul wajah tampan milik Kelvin.

Brugh ....

Satu pukulan keras mendarat di wajah Kelvin. Sudut bibirnya mengeluarkan cairan berwarna merah. Amarahnya benar-benar sedang di uji, Kelvin bangkit lalu menarik kerah baju anak ingusan itu. Ia menjentikkan jari telunjuknya tepat di kening anak ingusan itu.

"GUE KATAKAN, SEKALI LAGI LO BERANI MENYENTUH ARDELLA, GUE GAK AKAN SEGAN-SEGAN MEMBUAT HIDUP LO MENDERITA!" ancam Kelvin dengan penuh ambisi untuk menghabisi anak ingusan ini.

Brughh ....

Ardella yang melihat perkelahian itu berlari menghampiri kedua pria itu.

"STOP!" teriaknya.

Namun diabaikan oleh kedua pria itu. Mereka tetap melanjutkan perkelahian itu saling memukul tanpa rasa kasihan.

Ardella menangis, berlari menghampiri Kelvin. Ia memeluk tubuh pria itu. Kelvin terhenti dari pergerakannya. Tiba-tiba ...

Brugh ...

Kelvin kembali tersungkur bersama dengan Ardella. Saat ini wajah tampannya dipenuhi luka lebam. Ardella semakin terisak.

"Kak, bangun ...." lirihnya.

Kelvin yang tergeletak tak berdaya, mengulas senyum pada Ardella.

Ardella bangkit berdiri menghampiri kakak kelas yang telah membuat suaminya terluka. Ia dengan berani menatap pria itu.

"Kamu jahat, kamu tega ..." lirih Ardella dalam isak tangis.

Seringai senyum menghiasi wajah lebam pria itu.

"Kemarilah sayang, kita bersenang-senang."

Pria itu memegang pergelangan tangan Ardella. Ardella memberontak tetapi tenaganya cukup lemah karena sedari tadi ia terus menangis.

Pria itu kembali menarik pinggang Ardella hingga tubuh Ardella kembali terjatuh pada dada bidang pria itu.

Rio melihat itu, ia segera berlari menghampiri pria yang tengah mengunci pergerakan tubuh Ardella di pelukan pria itu.

"Mas Riko hentikan!" teriak Rio.

Semua mata yang ada di sana tertuju pada Rio. Mereka bertanya-tanya apa hubungan Riko dan Rio?

Mengapa Rio memanggil Riko dengan sebutan mas?

Para siswa-siswi tidak bisa membantu mencegah perkelahian itu, mereka tidak berani. Sementara para guru kalang kabut mencari dan menelepon petugas keamanan.

Terpaksa MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang