Chapter 4 (Part 2)

2.8K 266 67
                                    

Ketika aku bangun, hari sudah sore. Aku menjadi lebih fokus karena kepala ku tidak terlalu sakit lagi. Ini membuat berpikir bahwa sakit ku tidak terlalu serius, dan membuat ku sedikit merasa lega. Karena biasanya kalau aku sakit pasti serius, sehingga harus dibawa ke rumah sakit. bahkan sampai sulit mengendalikan nafas. Aku tidak tahu, ini karena aku dirawat tepat waktu atau apa. Tapi aku harus berterima kasih kepada orang yang telah merawatku...

Aku menoleh untuk melihat orang yang duduk tertidur di meja jepang. Aku menggerakkan tubuh dan diam-diam berdiri, tidak lupa mengambil selimut lain yang terlipat di samping tempat tidur. Perlahan berjalan mendekat untuk menutupi selimut pada orang yang mungkin tidak tidur dengan nyaman. Meskipun aku takut padanya dan berpikir aku akan digoda olehnya, aku masih tidak bisa menyangkal bahwa Moon membantu merawatku dari pagi.

"Kenapa kamu tidur seperti ini?..." Sepertinya tidak terlihat nyaman dan pendingin ruangan juga menyala. Jika dia lemah sepertiku, mungkin dia akan sakit. Tapi kurasa Moon kebalikannya, jauh dari kata lemah. Sepertinya itu bukan masalah yang harus diperhatikan.

Dengan kata lain, ketika Moon tertidur.. dia terlihat seperti Moon...

Aku berbicara sendiri.

Perlahan aku menurunkan diriku untuk duduk di kursi di sampingnya, dan menggunakan momen ini untuk melihat wajahnya yang sedang tertidur, dia terlihat seperti tidak bisa tidur. Saat dia memejamkan matanya, dia terlihat sangat mirip dengan teman yang ada dalam ingatanku. Meski gambarnya agak memudar, tapi aku masih mengingat detail tertentu dengan jelas.

Bulu mata yang panjang, kulit putih dan bibir yang merah.

"Benar-benar itu bukan?"

Menyadarinya lagi, aku tanpa sadar menyandarkan wajah. Menempelkan pipiku ke meja. Menatap wajah putih orang yang sedang tertidur, tanpa mengetahuinya.

"Apa yang bukan Ra?"

Aku terkejut hampir terjatuh ketika tiba-tiba orang yang tertidur... tidak... orang yang aku pikir sedang tertidur berbicara tanpa membuka mata. Tidak lama setelah itu, dalam sekejap mata yang berbahaya itu terbuka dan menatapku dengan penuh arti.

"Aku minta maaf"

"Aku tidak mengatakan apa-apa, katakan saja. Jangan takut" Moon tertawa ketika tangannya mengambil sandaran punggung dan untuk duduk lebih tegak. Tapi karena aku merasa malu, aku hanya bisa memalingkan wajah dan menutup bibir dengan rapat. Butuh beberapa saat untuk melihat ke atas lagi.

"Moon... bukankah ini dingin?"

"Hmm"

"Tidur disini tidak terlihat nyaman. Selain itu Ac nya juga masih dingin, tidak akan nyaman dengan cepat"

"Jangan khawatir, aku sudah biasa dengan cuaca dingin" Dia tersenyum kecil menatap ku dengan tatapan yang sulit dibaca. "Tapi... terimakasih sudah khawatir"

Berbicara sesuai dengan etika...

Diam-diam aku berdebat dalam hati, tetapi aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Namun dia sudah salah paham dengan banyak hal, salah paham lagi akan baik-baik saja.

"Moon bisa kembali dan beristirahat di kamar... Ra baik-baik saja" Aku tersenyum kering, yang bahkan diriku sendiri merasa terpaksa mengirim senyum padanya sebelum tanpa sadar aku menundukkan bahuku ketika senyum di wajah orang lain itu memudar.

"Hei, jika aku tidak kenal Ra, aku akan berpikir bahwa aku diusir" Dan detik berikutnya, dia perlahan tersenyum lagi... dengan cara yang tiga kali lebih menakutkan. "Bagus, aku tau kalau Ra khawatir, aku baik-baik saja. Aku senang berada disini... sepanjang hari"

Sepanjang hari... ?

Dan mengapa akhir kalimat itu terdengar berat. Apakah kamu tidak tahu bahwa itu terdengar menakutkan?

AFTERMOON (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang