Chapter 14 (Part 1)

2.2K 202 76
                                    

Selang beberapa waktu, waktu berlalu hingga akhir pekan lagi. Untungnya hari ini kami hanya ada kelas pagi, jadi aku dan Moon pergi ke bandara bersama pada sore hari. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Phuket. Setelah turun dari pesawat, seseorang yang memakai setelan jas yang mengatakan bahwa dia dari resort Moon datang untuk menjemput. Aku diseret masuk ke dalam mobil dalam keadaan linglung, seolah-olah otakku belum sepenuhnya bangun. Mungkin karena diserbu saat khun Thewda datang untuk mengambil alih ruang kelas, para senior dan teman-temanku datang mengelilingiku dengan permintaan maaf.

*Aku gak tau khun Thewda ini nama orang atau apa, karena Thewda artinya malaikat.

Ketika aku kembali kuliah setelah beberapa hari istirahat, teman-teman dan seniorku hanya bisa melirik, tidak berani mengatakan apapun. Ten tidak berharap aku akan berbicara dengan siapa pun. Dia menunggu selama beberapa hari hingga hari Jumat, semua orang yang ada di acara hari itu berkumpul, datang bersama senior dan teman dari jurusan lain. Aku hanya bisa mengatakan itu tidak apa-apa, karena aku pikir mereka sama sekali tidak bersalah. Tetapi semua orang bersikeras untuk meminta maaf.

Situasinya tampak sangat canggung sampai Moon datang masuk ke kelasku, meskipun aku tidak mengerti mengapa semua orang membuat ekspresi wajah ketakutan yang aneh, dan aku juga tidak mengerti mengapa Moon yang tersenyum di depan semua orang terlihat sangat dingin. Tapi aku tetap berjalan menghampirinya sambil tersenyum, bahkan aku tidak berpikir bahwa dia akan meraih pergelangan tanganku dan menyeretku naik ke mobil, pergi dengan masih mengenakan seragam seperti orang bodoh.

Pantas saja di pagi hari dia menyuruhku menaruh barang bawaan di dalam mobil.

"Ra, sudah sampai na" Wajah yang tersenyum... yang terlihat berbeda dari saat dia masuk ke ruang kelas seolah-olah itu adalah orang yang berbeda, dengan lembut menoleh untuk berbicara padaku. Bahkan nada suaranya terdengar lembut.

Aku mengedipkan mataku, menatap wajah Moon untuk beberapa detik dan buru-buru berpaling. Aku melihat ke luar jendela, melihat rumah berukuran sedang di depanku, aku tidak tahu sudah berapa bulan dan hari aku tidak kembali ke sini. Aku menelepon Ibu untuk tidak memberitahu Nom dulu karena aku ingin memberikan kejutan. Tetapi segala sesuatu tidak berjalan seperti yang diharapkan, karena aku melihat orang yang ingin aku beri kejutan sedang berdiri dan menyiram tanaman di depan rumah.

"Apakah Moon akan ikut turun bersamaku?"

"Ikut, karena aku akan terjebak mengurus pekerjaan untuk waktu yang lama, jadi aku akan menggunakan kesempatan ini untuk membantu Ra berbicara" Moon mengatakan itu dan membuka pintu lebih dulu, jadi aku langsung menoleh untuk mengucapkan terima kasih pada sopir dan pergi mengikutinya.

Saat aku berbalik untuk melihat orang yang sedang berdiri menyiram tanaman lagi, aku melihatnya membuka mata lebar-lebar dan tersenyum bahagia. Tangan yang sedang memegang selang itu langsung menjatuhkannya (selang air) dan buru-buru berlari untuk membuka pintu pagar.

"Khun Nhu-nya Nom!" (Tuan muda)

*Nom di sini manggil Ra dengan sebutan khun Nhu/Hnu yang artinya tuan muda.

"Tidak perlu buru-buru khrab Nom" Kataku sambil tersenyum saat Nom datang untuk membuka kunci untuk membuka pagar. Dan ketika dia sudah membuka pintu, aku membuka tanganku lebar-lebar dan memeluk erat wanita yang aku cintai seperti Ibuku sendiri.

"Nom sangat merindukanmu, bagaimana khun Nhu bisa kembali? Bukankah khun Mae baru saja terbang ke luar negeri, apakah khun Nhu pulang sendiri!"

"Nom tenang dulu khrab, kalau Ra sendirian bagaimana aku bisa naik mobil itu?" Ketika aku mengatakan itu, Nom membuat wajah terkejut, seolah dia baru saja menyadari bahwa aku tidak sendirian. Dia menoleh untuk melihay Moon dan berbicara dengan sopan meskipun usianya lebih tua.

AFTERMOON (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang