Chapter 17 (Part 1)

1.7K 187 44
                                    

Pekan ujian akhir semester berlalu begitu saja... di mata sebagian orang, misalnya Moon yang masih hidup setiap hari seperti sebelumnya. Kami berdua sering belajar di kamarku dan dia sering mengajakku makan di luar. Tapi bagi mereka yang tidak terburu-buru membaca materi pelajaran sejak awal, seperti dua sahabatku Ten dan Dale. Keduanya hampir menahan diri di dalam kamar, membaca buku sepanjang hari, terlebih lagi pada siang hari sebelum ujian dan tidak tidur. Di pagi hari saat berjalan ke Universitas bersama, aku bisa melihat mata hitam mereka seperti panda.

*Moon dan Ra ini sering belajar bahkan jauh sebelum minggu ujian akhir dimulai, jadi mereka masih santai dan bisa keluar buat makan. Tapi Ten dan Dale awalnya santai dan baru mulai belajar saat minggu ujian dimulai, jadi mereka jarang keluar kamar buat belajar.



Tapi masih tetap bisa melewatinya na...

"Akhirnya aku bisa pergi jalan-jalan oyyy!" Ten mengangkat kedua tangannya seolah-olah dia sudah lulus, padahal ini baru satu semester.

"Banyak bicara Ai Ten, cepat masukkan barang-barang ke dalam mobil" Seseorang yang terlihat sangat gembira itu disela. Aku juga menjaga suasana hati yang lebih baik, aku buru-buru membawa barang bawaanku dan berjalan ke mobil. Aku dan Moon yang juga berdiri di sana hanya mengikuti Dale tanpa menyela, meninggalkan Ten sendirian di belakang.

Hari ini adalah hari keberangkatan ke kamp yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Kami berkumpul di Universitas pagi-pagi sekali, karena butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan. Semua orang yang datang lebih dulu sudah masuk dan tidur di dalam mobil. Kondisi setiap orang nampaknya terlihat kelelahan akibat keracunan ujian, baik itu senior maupun junior, yang aku pikir aku tidak bisa naik. Ten dan Dale segera menyusul juga.

Saat naik bus pertama kali, suasananya sangat sepi, karena bahkan Phi Tittle tertidur, matanya hitam lebih seperti beruang daripada manusia. Saat ini bus perlahan mulai melaju, hanya aku dan Moon yang duduk diam bersama di belakang dengan mata bersinar. Aku tidak merasa lelah seperti yang lainnya karena membaca setiap hari membantuku membaca semua materi lebih cepat sehingga aku tidak merasa lelah seperti yang lainnya.

"Ra, apa kamu kedinginan?" Moon menoleh untuk bertanya dan baru saja menoleh lagi untuk mengambil selimut di pangkuannya. Ten, yang duduk di kursi seberang menutupi dirinya dengan baik, karena Ten yang tidak bisa tidur dengan baik itu tidak berhanti bergumam dan berkata bahwa hawanya dingin.

"Tidak dingin. Moon sudah menyesuankan AC untuk Ra, aku baik-baik saja" Jawabku dengan senyum terima kasih, aku tidak tahu harus berkata apa dengan perhatian yang dia tunjukan. Misalnya tentang AC yang sudah disesuaikan langsung olehnya tanpa bertanya, karna dia sudah tahu bahwa aku juga orang yang dingin (suhu tubuh Ra dingin) "Dan bagaimana dengan Moon?"

"Aku lebih terbiasa dengan cuaca dingin daripada cuaca panas"

"Benar, Moon sudah lama berada di luar negeri"

"Lalu baju tebal yang kubilang padamu untuk membawa banyak, apa kamu membawanya?"

Ketika dia berbicara tentang hal-hal yang dia ulangi sejak kemarin, aku hanya mengangguk penuh semangat. Moon mengatakan bahwa cuaca di gunung mungkin akan dingin. Tapi seseorang yang tidak terbiasa dengan suhu AC di bawah dua puluh empat seperti aku harus menyiapkan jaket, jadi banyak baju tebal di dalam koperku.

"Ra mengambil semua yang ada di lemari, tapi tidak terlalu tebal"

"Tidak apa-apa jika kamu tidak punya, pakai saja milikku"

"Khopkun na"

Moon tidak menjawab apa-apa, hanya tersenyum seolah dia merasa senang, lalu berbalik untuk mengambil makanan yang kita beli sebelum masuk ke mobil dan membukanya. Aku melihat roti nanas favoritku, aku tersenyum saat dia memberikannya padaku.

AFTERMOON (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang