Randi tidak mampu berkutik saat sebuah suara sarkas memanggilnya untuk masuk ke dalam ruangan.
Bagus Anjani dan Istrinya Sela meninggalkan mereka berdua dengan tidak iklas di dalam ruangan berbau obat tersebut.
Langit sudah menunjukkan bahwa ini sudah semakin sore. Dan Randi masih terjebak di dalam rumah sakit beserta segala fitnah yang mengerikan.
Randi menatap Amel yang tertunduk diam. Randi bisa melihat bulir-bulir air mata yang turun dan bahu yang mulai sesenggukan saat dirinya mulai masuk ke dalam ruangan.
Hatinya iba.
Tapi Randi butuh penjelasan. Otaknya sudah terasa akan pecah semenjak bangun dari tidur nya.
"Amel. Hei, kamu baik-baik saja?"
Lembut sekali. Lembut sekali Randi bertanya kepada Amel. Yang membuat si perempuan semakin menangis tidak karuan. Tangisnya pecah saat mendengar suara halus itu terdengar.
Kenapa? Kenapa Randi tidak marah atas apa yang terjadi? Kenapa Randi masih mau perduli?
"Amel, jangan menangis lagi. Sudahlah, tidak apa-apa. Sebenarnya aku ingin kau menjelaskan apa yang terjadi tadi. Tapi jika kau masih belum sanggup, aku bisa menunggu kapan saja. Sudahla, maafkan aku ya jika membuatmu makin bersedih"
Amel semakin merasa bahwa dia sangat jahat dan tidak berhati telah menjebak lelaki sebaik dan sesopan ini.
'Kau perempuan tidak tau malu Amel' batinnya menjerit.
Amel turun dari tempat tidur. Membuat Randi membulatkan matanya saat tau bahwa perempuan mungil di depannya bersujud di depan kakinya.
"Maaf bang. Maaf. Maafkan aku bang. Aku sudah menipu semua orang. Maafkan aku. Kau boleh memukulku sekarang atau membunuhku disini. Kita hanya berdua saja bang. Sekali lagi maafkan aku" isak tangis Amel luruh seraya dia memohon pada Randi.
Namun Randi dengan cepat menarik bahu itu naik. Memperbaiki selang infus Amel yang tersendat.
"Jangan melukai dirimu lagi Amel. Bicaralah dengan baik-baik saja. Aku akan mendengar"
Senyum milik Randi seakan menamparnya.
"Bang Randi maafkan aku. Aku...aku tidak tau lagi harus bagaimana. Aku takut semua orang membenciku. Aku....aku hamil"
Randi seakan tidak bisa menghirup oksigen di sekitarnya. Kenapa masalahnya bisa seberat ini?
"Maaf bang. Aku takut papa membunuhku saat aku ha...hamil dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku dijebak oleh pacarku bang. Dia lari. Dia tidak mau tanggung jawab. Maaf, maaf aku membawamu pada masalah ini"
"Aku sangat menjijikkan karena menjebakmu juga. Maafkan aku bang. Ayo, bunuh aku sekarang juga bang. Bunuh. Aku tidak tau harus bagaimana lagi. Aku takut...."
Randi ingin marah dan berteriak frustasi. Namun gadis di depannya ini, gadis dengan tubuh mungil dan mata hitam yang besar ini pasti lebih ketakutan dari Randi.
Maka yang dilakukannya bukannya untuk menenangkan dirinya sendiri ataupun mencoba melepaskan diri dari masalah. Yang dilakukannya adalah, membawa Amel ke dalam rangkulannya dan mengelus rambut itu pelan.
Bukankah, bahunya memang tercipta untuk selalu melindungi orang lain dan bukan dirinya sendiri?
"Sudahlah Amel. Sudah. Jangan begitu cepat untuk berbicara tentang kematian. Sudahlah, jangan menangis lagi oke?"
"Bang...kau boleh adukan segala perbuatanku kepada papa. Aku sudah pasrah bang. Mungkin setelah ini, papa akan langsung membunuhku dengan tangannya sendiri. Hikss"
![](https://img.wattpad.com/cover/226168884-288-k386312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Us [TAMAT]
Short StoryRandi memandangi adik-adiknya malas. Seorang berada di atas kasur memegang konsol game. Seorang lagi berada di atas adiknya yang sedang bermain itu. Randi tau Devan sengaja. adiknya yang lahir 5 menit setelah dirinya itu tidak akan hidup jika tidak...