Delapan belas

2.2K 252 67
                                    

Setelah nantik kalian sampai di kata paling akhir, plis kasih tau ini part sedih atau b aja ya woi.

Sekian terima kasih.

-----------------------------

Rumah sakit itu entah mengapa terasa sangat hampa. Randi memukul-mukul dadanya berulang kali. Sesuatu terasa mengganjal disana. Sakitnya seperti ditularkan oleh seseorang yang sedang berjuang di dalam ruangan itu.

Devan menarik Randi untuk duduk di kursi dimana dirinya duduk. Jika kalian berfikir mungkin Devan lebih santai dan biaa mengendalikan diri, maka kalian salah. Lihatlah air mata yang sudah derasnya jatuh kelantai. Devan tak henti-henti berdoa. Tangannya disatukan sambil mulutnya berucap segala permohonan kepada Yang Maha Esa.

Tak peduli suranya terlalu keras. Tak perduli orang" mulai memperhatikan mereka sesekali. Yang Devan tau, dia merasa sangat takut. Devan merasa sendirian, walau Randi berada tepat disampingnya.

Mario? Entah apa urusan yang harus memanggilnya. Saat dering telepon berbunyi dengan nyaring sampai beberapa kali dan tidak berhenti, Mario mengalah. Dia pergi menjauh dan mengangkat panggilan tersebut.

Sekarang disinilah dia berada. Di pintu keluar rumah sakit dan berbicara dengan suara lantang. Ternyata seseorang yang menghubunginya adalah istrinya sendiri. Ara.

"KAU GILA! SEBENARNYA APA MAUMU WANITA BRENGSEK!?!?!". Mario tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri lagi. Tangannya menarik kasar rambutnya.

Suara wanita di sebrang sana membuat Mario semakin berang.

"Kubilang, pulanglah sekarang dengan penerbangan paling cepat. Kau tau, aku itu sudah rindu dengan setiap jengkal tubuhmu. Kau tau kan aku sekarang sedang berada dimana dan dengan siapa. Aku tidak bisa menahannya jika kau tidak pulang sekarang juga!"

"WANITA SIALAN. TERSERAH AKAN DIRIMU JIKA KAU MAU MEMPERMALUKAN DIRIMU SENDIRI. PERGILAH TIDUR DENGAN SEMUA PRIA HINGGA DIRIMU PUAS!. KAU KIRA AKU PERDULI?"

Terdengar suara kekehan tawa yang membuat Mario makin tidak terkendali. Perempuan itu berucap dengan santai lalu mematikan telepon begitu saja. Mario melemparkan ponselnya.

"Bahkan jika semua orang tau bahwa selama ini semuanya adalah settingan belaka?"

Mario memukul dinding rumah sakit.

Sial. Bahkan detak jantungnya belum baik-baik saja karena melihat putranya masuk ke dalam ruangan operasi. Dan sekarang wanita sialan yang merangkap sebagai istrinya mengancamnya.

Jika Mario tidak datang, perempuan itu bisa saja menghancurkan semuanya. Jika hanya karir nya yang hancur, Mario rela. Mario rela dicap buruk oleh semua orang asalkan sekarang dia bisa bersama-sama dengan putranya.

Masalahnya adalah, jika Mario tidak datang kesana, perempuan itu akan menghasut kakeknya. Mencuci otak pria itu hingga mereka berdua bisa mengancurkan Mario hingga titik terdalam. Dan ketiga putranya bisa saja diketahui dan akan terancam.

Setelah berfikir dengan kepala yang tidak sehat, Mario berfikir dia akan kembali sebentar. Menarik rambut perempuan itu dengan sangat keras lalu menguncinya di sebuah kamar sampai dia mati kelaparan.

Iya, Mario akan melalukan itu.

Dalam fikirnya, Mario hanya akan pergi sebentar. Dia akan melakukan rencananya lalu kembali datang ke rumah sakit ini. Berkumpul dengan ketiga putranya dan mengakui semuanya. Jadi dia tidak perlu izin kepada Randi. Mario yakin dia hanya akan pergi sebentar.

Hanya sebentar. Mario akan kembali dan semuanya akan baik-baik saja.

Namun sepertinya semesta sedang menertawakan Mario dan kebodohannya. Semesta hanya memperhatikan Mario yang benar-benar pergi meninggalkan kota tersebut tanpa menghentikannya.

Random Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang