"Devan berangkat." Ucap lelaki yang sudah menggandeng ransel tas di pundaknya.
Randi menatap Devan yang sudha terlihat rapih.
"Sarapan dulu dek"
"Enggak usah. Devan gak sempat nanti ikut kelas pertama. Udah telat"
Randi hanya mampu menghembuskan nafasnya pelan agar Danu tidak terganggu.
Namun yang dilakukan Danu berikutnya adalah, menarik tas Devan kasar hingga si pemiliknya juga ikut terseret ke meja makan.
Menahan kedua bahu Devan dan menekannya hingga Devan terduduk di kursi dimana biasanya Devan makan.
"Basi. Makan tuh jangan ngelawan!" Ucapnya.
"Ish apaan sih elo!?!?!?"
"Makan!"
Dengan terpaksa Devan menyantap piringnya yang sudah terisi. Makan dengan kecepatan penuh dan tangan yang rusuh. Membuat Danu menahan diri untuk tidak memukul kepala Devan kuat di depan Kakaknya Randi.
Randi menatap dalam Devan. Adiknya itu pasti sangat kesal kepadanya. Kasus Amel? Sudahlah. Lagipula masalahnya sudah selesai. Amel juga sudah dibawa pergi oleh kedua orang tuanya dan Randi tidak tau sama sekali. Jadi untuk apa dibicarakan lagi?
"Dev, kakak minta maaf kalau ada buat salah. Tapi kamu jangan keras kepala. Marahnya sama kakak aja, yang lain jangan dijadikan pelampiasan ya dek"
Danu melototkan matanya. Perasaan Devan yang salah kenapa pulak kakaknya Randi yang mengucap maaf. Dasar Devan goblok.
"Denger tuh Dev!"
"Apaan lo bocah diam aja!" Balas Devan tidak terima.
"Enak aja bocah. Umur kita sama ya bloon."
"Dah ah ga asik."
Devan hanya melanjutkan makannya dengan cepat. Berusaha secepat mungkin untuk pergi dari sana agar tidak melihat wajah menyebalkan milik Danu dan Randi.
Randi, ah Devan bingung. Nanti saja dia pikirkan lagi.
"Devan udah siap. Devan berangkat"
Randi langsung mencuci tangannya. Menyodorkan, tanda bahwa Devan harus melakukan kegiatan seperti biasa. Menyalim tangannya sebelum pergi.
Devan merengut. Menghentakkan kakinya sebal tapi tetap melakukannya dengan bersungut-sungut.
Randi tersenyum manis. Dapat, Devan sudah tidak marah lagi.
"Hati-hati di jalan ya. Kalau ada orang gk dikenal ngajak ngobrol di jalan ga usah ditanggepin"
"Ish kayak anak kecil aja"
"Bwuahaahahaha" Tawa Danu pecah saat mendengar kalimat yang keluar dari kedua kakaknya itu. Dia sudah berusaha menahan. Tapi mau bagaimana lagi.
"Diem lo!"
"Danu nanti keselek baru tau...."
Uhukk...uhuk...uhukk
"Mampus"
"Tuhkan, bandel"
Setelah menghabiskan air di dalam gelas Danu terkekeh malu.
"Eheehe iya iya maap"
"Udah kamu berangkat aja sana" Ucap Randi.
Devan mengangguk. Memukul bahu Danu pelan sebagai tanda pamit. Kurang ajar.
"Kak, kakak berangkat jam berapa?"
"Siap ini langsung kayaknya Danu. Kamu gak papa ya kakak tinggalin lebih pagi dari biasanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Us [TAMAT]
Короткий рассказRandi memandangi adik-adiknya malas. Seorang berada di atas kasur memegang konsol game. Seorang lagi berada di atas adiknya yang sedang bermain itu. Randi tau Devan sengaja. adiknya yang lahir 5 menit setelah dirinya itu tidak akan hidup jika tidak...