Twenty Seven - Remember

5.3K 398 12
                                    

Es mulai mencair, memberi kesan bahwa musim dingin akan segera berlalu. Setelah ini musim semi akan datang, angin berhembus dingin, namun matahari mulai memancarkan sinarnya. Suhu udara mulai naik, tidak sedingin kemarin-kemarin.

Musim semi mengingatkan kita bagaimana Tuhan mengubah dunia yang membosankan menjadi begitu indahnya. Hampir semua orang bergembira akan musim semi yang akan hadir, mereka siap-siap untuk dapat beraktivitas dengan leluasa di luar rumah. Namun tidak dengan ku.

Aku disini, bersama orang-orang yang hampir tidak ku kenal, menggunakan pakaian serba hitam. Duduk di kursi kayu panjang, mendengarkan seseorang berbicara tentang kebaikan orang lain di depan.

"Dia seorang pekerja keras, dia selalu membantuku saat kesulitan." Seorang pria berumur sekitar 35 tahun terisak di depan. "Aku paling mengingat anakku sedang sakit dan aku tidak memiliki uang sama sekali. Dia datang jauh-jauh ke rumahku, menjemputku sengan mobil yang dia pinjam, lalu mengantarkan kami ke rumah sakit. Dia membayar semua pengobatan anakku."

Aku mendengar beberapa orang ikut terisak juga mendengar cerita pria itu.

"Aku pernah menanyakan kenapa dia membantuku padahal kami baru saja kenal? Dan dia bilang, dia pernah merasakan kehilangan anaknya, dia tidak mau orang lain merasakan hal yang sama. Maka dari itu dia terus bekerja agar dapat membantu orang-orang seperti dia. Agar orang lain tidak melakukan kesalahan yang sama."

Kata-kata pria itu membuatku menoleh pada seseorang disebelahku. Aku menggenggam tangannya, dia melihatku dengan tegar. Aku tahu dia terluka, sedih dibalik kaca mata hitamnya, namun dia tidak memperlihatkannya.

Pria yang tadi berbicara didepan kini telah digantikan oleh orang lain. Ku lihat banyak orang yang sesegukan karena menangis.

Lucas, banyak orang yang menyayangimu. Ucapku dalam hati.

"Selamat jalan, Lucas." Ucapan terakhir dari orang yang memberikan kesan pada Lucas.

Setelah itu satu persatu kami mendekat ke arah peti berwarna putih, menaruh bunga mawar putih di depannya. Cloud dan aku berjalan bersamanya, kami mengambil bunga mawar putih dan menaruhnya diatas meja di depan peti.

Lucas, aku akan selalu menjaganya, aku berjanji padamu. Ucapku dalam hati.

Cloud masih terdiam, kami duduk di dekat taman. Sepertinya Cloud sibuk dengan pikirannya sendiri. Aku merapatkan coatku karena walaupun matahari sudah mulai terlihat namun udara dingin masih terasa. Ku hembuskan nafas perlahan, ingatanku kembali pada 2 minggu yang lalu.

Flashback

Lucas sudah tidak sadarkan diri hampir tiga bulan lamanya, bahkan dokter telah mengatakan hanya mukjizat yang dapat membuat mata Lucas terbuka. Cloud tidak pernah datang menjenguk Lucas, dia tidak mau. Aku sangat mengerti perasaan sakit hatinya tidak bisa dikalahkan oleh apapun.

Namun hari ini, Cloud bersedia menemaniku menjenguk Lucas. Dia bersedia menemaniku, aku sedikit memaksanya sih. Ku bilang saja aku ngidam, dan anak kami ingin sekali hari ini ditemani Cloud untuk menjenguk kakeknya. Terkejutnya aku ketika dia menyanggupi.

Sekarang kami disini, di lorong rumah sakit, kami berbelok ke arah ruang ICU, ku lihat wajah Cloud tegang, rahangnya mengeras, serius, tak ada senyum sedikitpun di wajahnya. Aku meraih tangannya yang dingin, kami bergandengan melewati ruangan-ruangan.

Kami sampai di depan pintu berwarna putih dengan kaca persegi panjang, kubuka pintu geser perlahan. Sunyi. Sepi. Hanya bunyi alat yang menyiratkan bahwa ada seseorang yang sedang terbaring lemah disini. Kakiku yang berjalan perlahan mendekati ranjang putih, tiba-tiba berhenti karena tanganku ditahan oleh seseorang.

The Wings On The Bird (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang