Aku menaiki mobilku, masih sesegukkan karena teringat kata-katanya untukku. Apakah dia benar-benar tidak menginginkanku lagi? Apa dia benar-benar ingin berpisah denganku? Air mata terus mengalir tak berhenti.
Mobil menyala dan aku langsung menginjak pedal gas ku, hari mulai malam. Kurasa aku harus segera sampai di rumah karena salju mulai turun begitu lebat.
Diperjalanan aku terus memikirkan apa yang Cloud katakan, apa yang dia maksud? Aku sudah bertahan sejauh ini, bahkan tadi pagi dia begitu manis denganku. Hal bodoh yang telah kulakukan menghancurkan semuanya! Bodoh, Hazel!
Aku memarkirkan mobil di basement, terlihat mobil yang Cloud tumpangi tadi telah sampai. Aku melihat kaca tengah mobilku, wajahku terlihat begitu kacau, mata bengkak, wajah merah, bibir pucat, aku bahkan masih meneteskan air mata ketika sampai. Air mataku seperti tidak ingin berhenti untuk keluar. Sial!
Hatiku berdebar saat menunggu lift terbuka, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan ketika bertemu dengan Cloud. Bunyi lift berdenting membuatku terkejut, aku keluar, mendengar ada seseorang yang sedang berbicara dari arah dapur.
Aku berjalan perlahan menuju ke arah suara itu, ku lihat seorang wanita berdiri membelakangiku, Cloud berada di depannya. Ku pastikan wanita itu adalah Sharon, kenapa dia malam-malam kesini?
"Cloud, kau bisa cerita padaku tentang apapun." Ku dengar suara Sharon begitu lembut.
Cloud sepertinya melihat kedatanganku, namun dia seperti mengacuhkan kehadiranku.
"Aku ingin ikut bersamamu ke Paris." Mataku membelalak mendengar apa yang dikatakan Cloud. "Ayo, kita mulai dari awal." Lanjutnya.
Aku menutup mulutku yang menganga lebar tidak percaya dengan apa yang aku dengar, aku berusaha untuk tidak berteriak.
"Cloud, apa maksudmu? Apa kau yakin dengan ini? Bagaimana dengan Hazel?"
Hatiku berdegup-degup tidak karuan, perutku terasa mulas.
"Ya, aku yakin." Ucap Cloud tegas.
"Kenapa ini sungguh tiba-tiba, Cloud? Jelaskan padaku!"
"Kau ingin bersama ku kan? Kau harusnya senang, aku belum bisa mengingat apapun, yang bisa ku ingat hanya kau."
"Kau tidak akan menyesalinya? Bagaimana jika tiba-tiba ingatan mu pulih?"
"Aku tidak akan menyesali apapun, aku yakin akan melakukan hal yang sama jika ingatan ku pulih."
Air mata terus menetes dari sudut mataku, aku tidak mengerti lagi apa yang harus aku perbuatan. Aku bukan wanita yang lemah, aku bahkan tidak pernah seperti ini. Tapi saat ini, sungguh aku tidak bisa berbuat apapun. Hatiku mengakui jika aku salah.
"Apa buktinya?" Tanya Sharon.
Cloud melihat ke arahku, aku segera menghapus air mataku. Namun kemudia matanya memandang ke lurus ke arah Sharon, tangan kanannya memegang tengkuk Sharon, tangan kirinya memegang lengan Sharon. Cloud menarik wajah Sharon agar lebih dekat dirinya, bibirnya melumat bibir Sharon, didepan mataku.
Badanku langsung berbalik, aku tak mau melihat lebih lama apa yang mereka lakukan, tanganku bergetar hebat, kakiku sangat lemas. Aku merasakan tubuhku bisa ambruk saat ini juga, pelan-pelan ku coba gerakan kaki ku untuk menuju kamar. Ku pegang erat tralis tangga agar dapat menahan tubuhku yang mungkin bisa terjatuh. Ku berjalan ke arah kamar kami, mengunci pintu takut kalau Cloud tiba-tiba akan masuk. Tapi tidak mungkin aku bahkan baru menyaksikan pernyataan Cloud yang begitu mengejutkan, badanku melorot ke bawah saat bersandar di pintu.
Aku menekuk kakiku, menyembunyikan wajahku pada tanganku yang terlipat di atas dengkul. Sebuah isakan tangis keluar dari bibirku. Bukankah aku pernah mengatakan jika aku akan pergi jika Cloud meminta? Tapi ternyata dia tidak memintaku pergi, malah dia yang akan pergi meninggalkanku. Bersama orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wings On The Bird (COMPLETED)
RomanceBagiku, pernikahan adalah hal yang paling menakutkan. Bagaimana bisa kau hidup selama berpuluh-puluh tahun dengan orang yang sama tanpa merasa jenuh atau kau bahkan bertahan selama itu untuk tidak membuat kesalahan yang membuat pasanganmu terluka? B...