Epilog

6.8K 450 29
                                    

Matahari bersinar dengan cerahnya. Suara tawa yang kencang terdengar merdu bersama burung-burung yang berterbangan.

Anak kecil berlarian, rambutnya yang dikuncir dua seolah ikut bertiup-tiup, menghindar dari seseorang yahg sedang mengejarnya. Tawanya terdengar begitu renyah ketika dia ditangkap dan dilempar keatas.

Aku bergidik ngeri tidak berani melihat apa yang orang itu lakukan. Namun sedetik berikutnya malah tawa yang lebih keras kudengar, aku tersenyum melihatnya. Anak kecil itu berontak minta untuk diturunkan, berlari ke arahku, meninggalkan orang yang tadi bermain dengannya.

"Mom... mommy..." katanya berlari sambil mengangkat tangan tanda minta digendong.

Aku langsung menariknya kedalam gendongan saat sampai di depanku, berputar putar, mencium lehernya yang bau matahari, membuat dia tertawa cekikikan.

"Geli." Ucapnya.

Seseorang memeluk kami berdua, mencium bibirku sekilas lalu beralih pada kepala anak kecil yang ada dalam dekapanku.

"Daniella, kau meninggalkan Dad!" Ucap Cloud merajuk.

"Aku ingin Mommy." Jawabnya polos.

Cloud melirik kearahku. "Dad juga ingij Mommy." Katanya sambil mengedipkan sebelah mata.

Aku menggeleng padanya dan mencubitnya pelan. "Aw! Daniella, Mommy mencubit Dad." Seperti anak kecil Cloud mengadu pada anak kami.

"Mommy, Dad sakit, no cubit no pukul. Mommy selalu bilang begitu."

Aku menghela nafas, Daniella memang anak yang cukup pintar. Dia sudah berumur 3 tahun, waktu cepat sekali berlalu.

"I'm sorry, Daddy. Aku tidak sengaja." Ucapku pada Cloud.

Cloud memeletkan lidahnya, membuatku semakij gemas padanya. "Dad, ayo main lagi!" Ucap Daniella berontak ingin turun dari gendonganku lalu berlari.

Cloud langsung mengejarnya, dia sangat protektif terhadap anak satu-satunya itu. Aku sudah pernah bilang bahwa dia akan menjadi ayah yang baik, dan itu terbukti. Dia bahkan lebih sabar dariku dalam mengurus Daniella.

Dia sangat lembut. Setiap malam selalu dia sempatkan untuk membacakan dongeng Daniella sebelum tidur, mereka seperti tidak dapat terpisahkan.

Tak jarang Daniella tidur bersama kami, Cloud tidak pernah bisa menolaknya jika anaknya yang meminta sendiri.

Kami ada di Central Park, duduk di rumput menggelar tikar dan membawa bekal yang dibuatkan Eli. Aku tiduran di tikar itu, sambil menikmati musim semi yang indah.

Mataku terpejam karena angin semilir yang, kurasa aku mulai mengantuk. Kami sudah bermain disini hampir 2 jam, tapi sepertinya Daniella belum puas juga.

Tiba-tiba kurasakan seseorang mencium keningku. Membuatku membuka mata, kulihat Cloud ada disana. Aku bangun ke posisi duduk, menguap sedikit, melihat, Daniella berada di gendongan Cloud.

"Apa dia tidur?" Tanyaku.

"Ya, dia kelelahan. Sepertinya kita harus pulang, kau juga sudah mengantuk."

Aku terkekeh malu dan mengangguk. "Biarkan Tifa yang membereskan semuanya, kita pulang bersama Barret."

Aku mengangguk, Cloud membantuku berdiri, menggandengku dengan tangannya yang kosong. "Banyak orang yang melihatmu." Bisikku padanya.

"Karena aku dikelilingi dua bidadari."

Aku terkekeh. "Karena kau tampan dan romantis."

"Benarkah?"

"Ya." Ucapku.

Saat kami sampai di apartemen, aku langsung masuk ke kamar. Cloud menidurkan Daniella di kamarnya, aku segera mengganti bajuku yang sudah bau matahari. Ku dengar pintu kamar dibuka.

"Cloud."

"I'm here, Sayang."

Aku tersenyum kearahnya, berjalan perlahan memberikan kotak kecil untuknya.

"Apa ini? Apa hari ini aku ulang tahun?"

"Bukalah." Ku bilang padanya.

Dia membukanya perlahan, lalu terkejut melihat isinya. "Apa ini artinya..."

"Baby number 2."

"Oh, Sayang." Katanya mengangkatku kedalam pelukannya. "Aku bahagia memiliki banyak anak denganmu."

Aku menggeleng. "Dua cukup."

"Satu lagi, please."

"Oke tiga." Kataku lalu dia menurunkanku dari gendongannya dan menciumku dengan mesra.

Hal yang begitu menakutkan bagiku pada awalnya ternyata ada hal yang paling indah dalam hidupku. Pernikahan yang membuat hidupku lebih berwarna, pernikahan pula yang mengajarkan bahwa ada seseorang yang penting dan ingin selalu kau jaga lebih dari dirimu sendiri

Aku menyudahi ciuman kami, memegang pipinya yang yang kokoh. "Aku tidak pernah menyesali apa yang terjadi. Jika aku bisa mengembalikan waktu, aku akan memilih untuk bertemu denganmu lagi, kita akan bertengkar bersama, kau akan jatuh cinta padaku lagi dan aku akan jatuh cinta padamu lagi."

Dia tersenyum dan menciumku lagi, kami akan selalu mencoba bahagia dengan keluarga kecil kami. Bahagia yang kami ciptakan karena kami saling mencintai.

THE END.

Aku ingin mengucapkan banyak terimakasih, terutama pembaca setia yang udah membaca sampai akhir kisah ini. Kalian keren!!!! Luv you All.

The Wings On The Bird (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang