Bab 11

12.9K 1.7K 167
                                    

Bab 11
Kepedihan yang terselubung

"Dasar gadis tidak berguna! Kalau kekasihmu direbut ya rebut kembali bodoh! Bukannya menangis seperti itu! Memangnya menangis bisa menyelesaikan masalah?! Ha! Ada apa dengan gadis jaman sekarang, lemah sekali!" Chiyo nyaris melempar setopless kripik kentang rasa rumput laut pada televisi dihadapannya, wanita itu panas hati menonton drama sore yang menampilkan kisah menyebalkan untuknya. Ekspresinya terpilin, seolah siap mengoyak wajah karakter gadis yang kini sedang menangis tersedu-sedu kekasihnya direbut sahabatnya sendiri. Dulu biasanya jika ada Haru, mereka akan menonton bersama dan menghakimi satu peran bersama-sama dengan kompaknya. Yoko memilih tidak perduli, ibu dan kakaknya memanglah absurd luar biasa.

Jika saat seperti ini Chiyo merindukan Haru, meskipun ia sering berselisih paham dengan Haru tapi menonton drama sendirian tidak menyenangkan untuknya. Wanita paruh baya menghela napas kecil, teringat bahwa putra sulungnya sudah memiliki kehidupan sendiri. Setiap hendak pergi tidur, Chiyo akan memikirkan bagaimana kehidupan Haru setelah menikah? Apakah Haru diperlakukan dengan baik oleh Daisuke? Tapi melihat perigai menantunya, Chiyo yakin bahwa Daisuke tidak akan menyakiti Haru. Rasa cemasnya berbelok menjadi takut jika Haru membuat ulah dan memberikan masalah pada keluarga Kambe, hal ini jauh lebih mungkin terjadi mengingat putranya sangat sembrono.

"Ibu!" Yoko keluar dari dalam kamar dengan terburu-buru, si rambut pink tidak perduli dengan masker yang kini pecah. Wajah Yoko tampak panik.

"Ada apa?"

"Ponsel ibu dimana?" Yoko menyadari bahwa ponsel ketinggalan jaman tidak dipegang oleh ibunya saat ini.

Chiyo mengerutkan alis. "Oh, ibu charger karena baterainya habis."

"Pantas saja." Yoko berucap lemah. "Aku ditelephone oleh bibi Hana, katanya Haru-nii pingsan!"

"Apa?!"

Dengan begitu, pasangan ibu dan anak Kato itu melesat menuju kamar masing-masing untuk merapikan penampilan. Wajah mereka diliputi kegelisahan, Haru pingsan?

.
.
Bocah berusia tiga belas tahun mengorek lubang semut dihadapannya, sesekali ia tekikik membayangkan semut yang kini sedang panik disarangnya karena terkena serangan mendadak dari manusia. Rambut abu-abu bergerak pelan tertiup angin musim panas, seharusnya orang-orang malas keluar rumah dan memilih menikmati melon segar ataupun es limun. Bocah berambut abu-abu berbeda, ia terlihat antusias menikmati waktunya bermain.

"Halu-nii!" Seorang bocah berusia tiga tahun berjalan tertatih kearahnya, rambut merah jambutnya dikepang menjadi dikedua sisi kepala. Mata bulat berbinar cerah dengan sepasang bibir merah jambu yang mengkilap karena air liur.

"Apa, Yoko-chan?"

Haru berhenti mengorek lubang semut dan memilih memperhatikan adik kecilnya. Baju biru Yoko sudah penuh oleh lumpur dan tanah liat, jika ibunya melihat ini maka sang ibu bisa dipastikan mengamuk.

Yoko berhenti didepannya, ia merogoh saku celana cokelat pendeknya terlihat mencari sesuatu. Haru menunggu adiknya dengan sabar, tak beberapa lama Yoko menyodorkan tangan mungilnya pada Haru. Ia mengenggam sesuatu yang menggeliat ditangannya. Haru memperhatikan lekat hewan ditangan Yoko.

"Cacing untuk nii-tan*!"

*karena masih cedel, seharusnya Nii-chan jadinya Nii-tan.

Petal On The Wind [Daisuke x Haru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang